MENGEMBANGKAN KEAHLIAN DALAM MENGGUNAKAN KATA-KATA KOMUNIKASI PROFESIONAL MENGEMBANGKAN KEAHLIAN DALAM MENGGUNAKAN KATA-KATA OLEH AKHMAD LAKSONO WIDODO EDI 2005-21-089
MODEL PROSES KOMUNIKASI Pesan Pesan Pengertian Penyandian SALURAN Gangguan Menerima Mengirimkan PENERIMA Pengirim (Sumber) Umpan Balik Menerima Mengirimkan
BAGAIMANA KOMUNIKASI EFEKTIF ? 1 2 Kemampuan Berempati 3 Kemepuan Mengenali Jenis Penerima Informasi Kemampuan Bahasa tubuh
KEMAMPUAN BEREMPATI Empati : memposisikan diri kita sebagai rekan komunikasi kita Gunakan bahasa positif yang ditujukan untuk mewakili kepentingan lawan bicara dari pada kepentingan sendiri Contoh : “ Ayolah, jangan malas begitu. Nanti saya beri bonus kalau kalian mau bekerja lebih tekun “ “ Teman-teman, saya minta tolong supaya Anda semua mau bekerja sama membangun kemajuan usaha ini. Insya Alloh kita sama-sama menikmati hasilnya”.
Kemampuan Mengenali Jenis Penerima Informasi Jenis Auditory menggunakan kemampuan pendengaran saat menerima informasi cirinya menggunakan kata-kata : “Saya dengar …” “Saya cermati…” “Menurut apa yang saya terima…..” . Jenis Visual menggunakan kemampuan penglihatan dalam menerima informasi. ciri-cirinya menggunakan kata-kata : “Saya lihat…” “Saya pandang…’ “Menurut peninjauan saya…”
Kemampuan Mengenali Jenis Penerima Informasi (Cont’) 3. Jenis Kinesthetic menggunakan perasaan dalam menerima informasi. Cirinya : Menggunakan kata-kata : “ Saya rasa…” “ Sensasi yang saya terima…” “ Menurut hati saya…”
MEMFOKUSKAN KOMUNIKASI PEMPROSESAN INFORMASI INDRAWI OLEH OTAK OTAK MEMILIH MASUKAN TERTENTU MENJADI FOKUS PILIH KATA YANG MENGARAHKAN FOKUS KATA MEMBUKA ASOSIASI ARAHKAN ASOSIASI YANG MENDUKUNG KEGIATAN
HEMAT BAHASA KATAKAN APA YANG PERLU KITA KATAKAN DENGAN KEJELASAN SEBANYAK MUNGKIN DAN DENGAN KATA SEDIKIT MUNGKIN TIDAK GENERAL GENERALISASI MEMUNGKINKAN ORANG LAIN MENGISI KEKOSONGAN DENGAN PEMAHAMANNYA SENDIRI SEMAKIN SPESIFIK PERMINTAANNYA, SEMAKIN BESAR ORANG AKAN MELAKUKANNYA SESUAI YANG DIINGINKAN
Kesopanan Dalam berkomunikasi (Politeness) Faktor kesopanan lebih banyak terkait dengan aspek sosio kultural pemakai bahasa. Pembicara dan lawan bicara dituntut untuk saling memahami dan mengerti maksud yang diinginkan tanpa harus mengucapkan secara eksplisit. Lakof (dalam Cook, 1989) merumuskan tiga prinsip kesopanan dalam berkomunukasi : - Don’t Impose (jangan memaksa). - Give Option (berikan pilihan). - Make your recivier feel good ( buatlah lawan bicara anda merasa senang)
Kesopanan Dalam berkomunikasi (Cont’) Contoh : Seseorang memerintah dengan perintah: “Jangan merokok diruang ini!” atau “Dilarang membuang sampah di sini!” Kata tersebut dapat dapat menimbulkan ketidaksenangan orang yang diperintah, apalagi bila yang memerintah tidak dalam posisi sebagai orang yang berhak memerintah (atasan). Akan lebih baik jika ; “Terima kasih anda tidak merokok di ruang ini” atau “Terima kasih anda tidak membuang sampah di tempat ini”.
Ungkapan Tidak Langsung Tujuan : untuk menjaga hubungan sosial dengan lawan bicara. Gumperz (1982) memberi istilah rappot dan defensiveness. Rappot : pembicara atau lawan bicara akan merasa senang ucapannya dapat dimengerti tanpa harus menjelaskan secara detail. Defensiveness : kepentingan untuk menyelamatkan muka.
Ungkapan Tidak Langsung (Cont’) Ullman (1972), menyebut ada keterkaitan antara name and sense, yaitu satu sebutan dapat mengacu pada beberapa makna. Contoh : Malam sudah larut seorang suami masih menulis di ruang kerja, kemudian istrinya bilang “ Pak sudah malam”. Ungkapan ini mempunyai interpretasi bermacam-macam Ungkapan tersebut mungkin berarti istrinya minta suaminya mengecek pintu dan jendela yang belum terkunci, mematikan lampu yang tidak terpakai, memeriksa kunci pengaman kendaraan, atau juag bisa berarti ajakan untuk “tidur” agar besok pagi tidak mengantuk sewaktu bekerja
Eufemisme ( penghalusan istilah) Pemakaian Eufimisme sebaiknya digunakan untuk kesantunan, bukan untuk membodohi. Contoh Eufimisme : “masih dipertimbangkan “ (artinya belum jelas) “diamankan” (artinya ditahan) “negara berkembang” (artinya negara miskin). “Pekerja Seks Komersial” (artinya pelacur). Pemakaian Eufimisme dalam komunikasi sehari-hari dapat mengakibatkan perubahan makna kata (semantic change) yang signifikan. Misal : kata aman dalam kalimat diamankan. Aman berarti tidak ada masalah, sedangkan diamankan artinya ditahan karena seseorang dianggap bermasalah.
Basa – basi (Lips Service) Ungkapan basa-basi merupakan bagian dari budaya orang Indonesia khususnya orang Jawa, yang berfungsi untuk menjalin hubungan sosial antara pembicara dengan lawan bicara. Untuk memahami ungkapan basa-basi ini tidak cukup hanya memahami makna sebuah ungkapan, namun pemahaman sosio kultural antar pembicara dan lawan bicara menjadi sangat penting.
Kata Populer dan Kata Ilmiah Dalam aktivitas berbahasa, seorang pengguna bahasa akan menggunakan beberapa macam variasi pilihan kata yang di -sesuaikan dengan situasi Kata populer adalah kata-kata yang secara umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun masyarakat biasa. Kata-kata ini merupakan andalan dalam bahasa mana pun di dunia.
Kata Populer dan Kata Ilmiah (Cont’) Kata ilmiah adalah kata-kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Selain itu, kata-kata ini juga digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan dalam diskusi-diskusi yang khusus, terutama dalam diskusi-diskusi ilmiah Sebagai contoh seorang dokter, ketika ia berkomunikasi dengan rekan seprofesi, dapat saja menggunakan kata feces. Namun, ketika ia berkomunikasi dengan pasiennya, ia harus menggunakan kata kotoran.
Bahasa untuk mempengaruhi masyarakat Pada masa Orde Baru ungkapan-ungkapan bahasa Jawa relatif sering digunakan. Penggunaannya disisipkan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Misalnya: - Mikul dhuwur mendhem jero. - Lengser keprabon madek pandhito ratu. Ungkapan-ungkapan yang sering disampaikan dalam berbagai kesempatan oleh penguasa pada waktu itu cukup efektif untuk memengaruhi sikap atau perilaku masyarakat. Pilihan kata-kata yang tepat disesuaikan dengan budaya yang hidup dalam masyarakat dianggap efektif untuk menenangkan kegelisahan rakyat. Misalnya: > Pejabat yang diduga bermasalah akan segera diperiksa. > Semua koruptor akan segera diadili.
Bahasa untuk mempengaruhi masyarakat (Cont’) Kalimat tersebut cukup efektif untuk menenangkan masyarakat yang tidak puas terhadap proses hukum. Padahal bila dicermati kalimat tersebut lebih bermakna memberi janji. Janji yang bisa ditindaklanjuti bisa juga dilupakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa memang memiliki kekuatan dan dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan
Bahasa untuk mempengaruhi masyarakat (Cont’) Bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kekerasan sehingga menimbulkan kekerasan verbal, Kekerasan verbal tersebut dapat memunculkan terjadinya kekerasan fisik (physical violence). Hal itu dapat terjadi karena muatan psikologis yang terkandung dalam kekerasan verbal (verbal violence) biasanya menyerang orang lain/kelompok tertentu melalui komunikasi verbal dengan cara menghina, menyudutkan, mengancam, mengkritik, menyindir, melecehkan, merendahkan, dan lain-lain.
Bahasa untuk mempengaruhi masyarakat (Cont’) Kekerasan verbal (verbal violence) dapat juga dilakukan oleh negara (state violence), misalnya tindak tutur represif maupun diskriminatif. Ungkapan yang sering dilontarkan oleh pemerintah Indonesia pada era Orde Baru, misalnya antikemapanan, garis keras, PKI, dan sebagainya