GERAKAN PEMUDA DAN ORGANISASINYA
Sigma Marshella Matondang Disusun Oleh M. Ivan Dwi Saputra Moudyna Sahana Liwi Alweni Inka Liyani Rizky Tri Kurnia Rany Santave Stevin. NA Ferina Rahayu Disty Sigma Marshella Matondang SMA NEGERI 1 PRABUMULIH Thn Ajaran 2014/2015
GERAKAN PEMUDA DAN ORGANISASINYA Peranan pemuda dan organisasi kepemudaan merupakan fenomena baru pada abad XX. Pada abad-abad sebelumnya, dengan mengesampingkan pemuda di sekitar pangeran mahkota Jawa dan anak-anak ulama, peranan kelompok ini hamper tidak tercatat dalam sejarah. Dapat dikatakan sejarah Indonesia pada masa itu merupakan sejarahnya orang dewasa, terutama sejarahnya orang tua. Munculnya gerakan–gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah sendirian karena di Negara-negara Asia lainnya juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang sama. Perubahan itu terjadi karena masuknya ide-ide baru, system pendidikan, industrialisasi dalam batas-batas tertentu, urbanisasi, disintegrasi tatanan masyarakat lama, teknologi baru dan lain sebagainya. Perubahan yang telah memporak-porandakan tatanan lama itu ternyata belum diikuti dengan terwujudnya masyarakat baru.
Gerakan Pemuda yang Bersifat Kesukuan dan Keagamaan a. Trikoro Dharmo/Jong Java Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo. Sebab para pendiri Budi Utomo sebenarnya para pemuda yang masih menjadi murid-murid STOVIA. Namun sejak kongresnya yang pertama, Budi Utomo telah diambil alih kaum priyayi (bangsawan) dan para pegawai negeri, sehingga para pemuda kecewa lalu keluar dari Budi Utomo. Pada 7 Maret 1915, para pemuda keluaran Budi Utomo mendirikan organisasi pemuda yang disebut Trikoro Dharmo di Jakarta. Para pemimpinnya antara lain: R. Sukiman Wiryosanjoyo (Ketua), Sunardi-Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo (Sekretaris). Sementara itu, para anggotanya: Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Yang diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah menengah yang berasal dari pulau Jawa dan Madura.
b. Jong Sumatranen Bond (9 Desember 1917) Setelah Jong Java, para pemuda Sumatera yang belajar di Jakarta, pada tanggal 9 Desember 1917 mendirikan organisasi serupa yang disebut Jong Sumatranen Bond. Adapun tujuannya adalah: mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda-pemuda pelajar Sumatra dan membangkitkan perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin dan pendidik bangsanya. membangkitkan perhatian anggota-anggotanya dan orang luar untuk menghargai adat istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian dan Sejarah Sumatra. Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut: menghilangkan adanya perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang Sumatera; memperkuat perasaan saling membantu; bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatra dengan alat propaganda, kursus, ceramah-ceramah dan sebagainya. Dari organisasi inilah kemudian muncul tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Atas kesadaran nasionalisme, nama Jong Sumatranen Bond yang menggunakan istilah bahasa Belanda, diubah menjadi Pemoeda Soematra.
d. Jong Minahasa dan Jong Celebes c. Jong Ambon Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu sebenarnya telah lahor berbagai organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon. Misalnya: Ambons Studiefonds (1909) oleh Tehupeilory, Ambons Bond (1911) untuk pegawai negeri, Mena Muria (1913) di Semarang, dan Sou Maluku Ambon di Ambon. Pada 9 Mei 1920, A.J Patty mendirikan Serikat Ambon di Semarang. Tujuannya yaitu ntuk mempersatuakan semua organisasi Ambon, hingga menjadi organisasi politik Ambon yang pertama. Karena ia sangat aktif melakukan kampanye di mana-mana. Akhirnya ia ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan. Perjuangan berikutnya diteruskan oleh Mr. Latuharhary. d. Jong Minahasa dan Jong Celebes Jong Minahasa dan Jong Celebes didirikan pada 25 April 1919 oleh tokoh-tokoh muda Minahasa yaitu Samuel Ratulangie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa. Tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Tetapi dalam kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak bisa tumbuh menjadi besar karena jumlah pelajar dari Sulawesi tidak begitu banyak.
e. Perkumpulan Pemuda Daerah lainnya Dengan berdirinya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, suku-suku bangsa lainnya juga tidak ketinggalan. Mereka ikut mendirikan organisasi berbagai perkumpulan pemuda, antara lain: Sekar Rukun (1920), didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta. Pemuda Betawi, didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni Thamrin. Timorsch Verbond, didirikan di makasar (8 Juni 1922) untuk suku Timor Jong Batak Bond, didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926. f. Organisasi Pemuda yang bersifat Keagamaan Muda Kristen Djawi (MKD) didirikan pada tahun 1920. Mula-mula menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dan pergaulan, akan tetapi akhirnya diganti dengan bahasa Indonesia, Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK). Jong Islamieten Bond (JIB), didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh Syamsuridjal (Raden Sam). Semula ia sebagai ketua Jong Java, oleh karena kedua usulnya dalam kongres ditolak. Persatuan Murid-murid Diniyah School (PMDS). Ini adalah organisasi pemuda di dalam lingkungan keagamaan (Diniyah School). Organisasi ini didirikan oleh Zainuddin Labai El Yunusy di Padang Panjang (Sumatra Barat) tanggal 10 Oktober 1915.
g. Organisasi-Organisasi Wanita Atas Dasar Emansipasi Konsep egaliterianisme (persamaan) dalam Revolusi Prancis ternyata menyangkut masalah bias gender. Kaum wanita yang sebelumnya menjadi makhluk kedua sesudah pria, setelah Revolusi Prancis menjadi lebih berani dan percaya diri bahwa mereka pun sama dengan kaum pria yang memiliki tanggung jawab sosial yang relatif sama. Pergerakan paham emansipasi pada gilirannya mencapai Indonesia pula yang tengah dalam giatgiatnya membangun kesadaran kebangsaan. Seperti halnya dengan para pemuda, kaum perempuan Indonesia tidak ketinggalan dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memperluas dan memperkuat perasaan kebangsaan. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi kewanitaan, dengan menitik beratkan perjuangannya pada perbaikan kedudukan sosial wanita. Seperti halnya hal yang menyangkut perkawinan, keluarga, peningkatan pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan wanita. Pada mulanya gerakan mereka merupakan bagian dari organisasi lokal kedaerahan atau keagamaan.
h. Organisasi Kepanduan Kepanduan yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Pramuka sebernanya telah ada sejak awal abad XX dengan nama Nederlanche Padvinders Organisatie (NPO). Didirikan oleh John Smith, seorang Belanda, atas usulan dari kepanduan Belanda, sehingga bersifat Nederlandosentris. NPO kemudian berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeneging. Setelah perubahan itu, barulah orang-orang bumi putera bisa masuk mengikuti kegiatannya. Pada 1916, organisasi kepanduan bumi putera pertama berdiri dengan nama Javaanse Padvinders Organisatie (JPO) di Mangkunegaran Surakarta, yang tak bisa dilepaskan dari peran Mangkunegoro VII, seorang bangsawan Jawa yang aktif di Boedi Oetomo saat masih muda.
Organisasi Kepanduan yang muncul di masa itu digunakan para pemuda untuk meningkatkan budi luhur, ketrampilan dan kepribadian, serta memupuk bakat kepemimpinan. Hal itu semua berguna untuk meningkatkan rasa kebangsaan para pemuda. Sejalan dengan itu, organisasi-organisasi kebangsaan mendirikan organisasi kepanduan sendiri-sendiri yang berada di bawah naungannya. Boedi Oetomo mendirikan Nationale Padvinderij pada 1924 di bawah pimpinan Daslan Adiwarsito. Serikat Islam mendirikan Wina Tamtama pimpinan A. Zarkasih. Pada 1923 berdiri Nationale Padvinders Organisatie (NPO) di bawah pimpinan Usman, sedangkan di Jakarta berdiri Jong Indonessche Padvinders Organisatie (JIPO). Di Yogyakarta, Muhammadiyah juga mendirikan Hizbul Watban pada tahun 1923 di bawah pimpinan Djumairi. Organisasi pemudapun ikut mendirikan kepanduan. Jong Java mendirikan Jong Java Padvinders, Jong Islamieten Bond mendirikan Nationale Islamistiche Padvinders. Selain itu juga ada Pandu Pemuda Sumatera yang didirikan Pemuda Sumatera.
i. Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia} atau (Belanda) Indonesische Studentbond adalah perhimpunan para pelajar Indonesia yang didirikan pada bulan September 1926 oleh para mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia (RHS - Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta), dan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS - Sekolah Tinggi Teknik di Bandung). Organisasi ini bermaksud untuk menyatukan perkumpulan pemuda yang saat itu ada di Indonesia. Organisasi ini sangat berpengaruh di kalangan pelajar, mengingat para anggotanya adalah mahasiswa THS, STOVIA dan RHS. Para tokohnya yang terkenal antara lain adalah: Soegond Hendromartono Koentjoro Djojopuspito Soebari Wilopo Sigit Abdul Syukur Rochjani Soerjadi Goelarso Soenarko A. K. Gani Soemitro S. Djoenoed Amir Sjarifoedin Samijono Poesponegoro Aboe Hanifah
Peranan Golongan Terpelajar Dalam Pergerakan Kebangsaan Indonesia Tumbuhnya golongan terpelajar sebagai akibat dari perkembangan pendidikan baik yang bercorak barat maupun islam akhirnya membangkitkan suatu kekuatan baru dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dari pendidikan yang mereka dapat itulah mereka akhirnya dapat menemukan kesalahan dalam perjuangan bangsanya dalam mengusir penjajah, yaitu : tidak adanya ikatan persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajah, karena mereka berjuang untuk kepentingan daerahnya sendiri-sendiri. perjuangan yang dilakukan terlalu bergantung pada seorang pemimpin, tidak ada regenerasi perjuangan yang dilakukan tidak terorganissir dengan baik perjuangan yang dilakukan tidak memiliki tujuan yang jelas Belajar dari kesalahan masa lampau, akhirnya timbullah kesadaran untuk membentuk orgasisasi perjuangan yang teratur agar tujuan perjuangan dapat segera terwujud.
Tumbuh dan berkembangnya kesadaran nasional Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor dari dalam negeri : lahirnya golongan terpelajar/cerdik pandai timbulnya perasaan senasib sepenanggungan akibat penjajahan timbulnya kesadaran pentingnya persatuan dan kesatuan timbulnya dorongan untuk mengembalikan kejayaan bangsa dimasa lalu, seperti dulu masa sriwijaya dan Majapahit Faktor dari Luar negeri : kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, yang membangkitkan semangat bangsa Asia melawan bangsa Eropa Masuknya paham paham baru. misalnya paham demokrasi dan liberalisme Munculnya pergerakan nasional diberbagai negara di kawasan Asia.