Perilaku Kelompok dan Kemampuan Interpersonal

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BUDAYA PERUSAHAAN DAN ETIKA
Advertisements

Keterampilan Dasar Mengajar
Dinamika Kelompok.
By kelompok 10 : Ryan Giantara Elia Yohanes Fendi Muhamad Effendi
Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling pada Pasien
BAB 6 Menganalisis Pasar Konsumen
KONFLIK PADA DUNIA KERJA
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
Pembentukan Sikap Dan Tingkah Laku
PERILAKU KELOMPOK Pertemuan ke-6
Psikologi Dunia Kerja Organisasi Informal
Pertemuan 6 Charisma Ayu Pramuditha, B. Tech Mgt, MHRM
PERILAKU KELOMPOK (Pertemuan ke-6)
PERTEMUAN 9 KEPEMIMPINAN.
“K O N F L I K“ DEFINISI : Suatu proses yang mulai bila satu fihak merasakan bahwa suatu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera.
PENGARAHAN / KEPEMIMPINAN
STKIP-PGRI Banjarmasin
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
PENGARAHAN / KEPEMIMPINAN
INTERPERSONAL SKILL.
KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL DAN TIM (Chapter 1)
GAYA KERJA DALAM KEPEMIMPINAN
PERILAKU KELOMPOK PERTEMUAN 6.
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 9 Komunikasi Interpersonal
KELOMPOK SOSIAL PADA MASYARAKAT PETANI
BAB 6 Menganalisis Pasar Konsumen
DEFINISI GAYA KERJA Gaya kerja adalah kesatuan dari berbagai cara/ tindakan yang didasari oleh sistem nilai dan asumsi (SINA) seseorang dan ditampilkan.
KEPEMIMPINAN PERTEMUAN 9.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi dan Manajemen Konflik
PROSES KOMUNIKASI PERTEMUAN 11.
SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
BAB 7 Menganalisis Pasar Konsumen
KLASIFIKASI KELOMPOK DAN PENGARUH KELOMPOK
Pert. 7 & 8 Menganalisis Pasar Konsumen
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
SIKAP DAN TINGKAH LAKU. TINGKAH LAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN SOSIAL (HUMAN BEHAVIOR AND SOCIAL ENVIRONMENT)
PERILAKU KELOMPOK (Pertemuan ke-6)
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KELOMPOK DALAM ORGANISASI
PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
KEGIATAN KELOMPOK ..
DASAR-DASAR PRILAKU KELOMPOK
KOMPETENSI KOMUNIKASI PENYULUH
Keterampilan Dasar Mengajar
KELOMPOK 3 Ningrum Isnaeni Muhammad Ferdi H. Suci Rizki F.
KARAKTERISTIK ANGGOTA KELOMPOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENDEKATAN NON DIRECTIVE
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Keterampilan Dasar Mengajar
“K O N F L I K“ DEFINISI : Suatu proses yang mulai bila satu fihak merasakan bahwa suatu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera.
STIKES ABI SURABAYA KONSEP BERUBAH.
BAB 6 Menganalisis Pasar Konsumen
Peran (Role) Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Peran dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu.
PROSES PEMBENTUKAN KESAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
Manajemen Konflik dan Negoisasi
KET. INTER-INTRA PERSONAL
KET. INTER-INTRA PERSONAL
Komunikasi Interpersonal  Komunikasi interpersonal menduduki peran yang sentral dalam kehidupan sehari-hari.  Komunikasi ini juga akan memenuhi terhadap.
KELOMPOK KERJA (TEAMWORK) KELAS EAP PENGANTAR MANAJEMEN Disusun oleh : 1. Audhira Syafa Azzahra 2. Maria Ekawati 3. Hasri Fazari 4. Annisya Putri 5. Losdiani.
Transcript presentasi:

Perilaku Kelompok dan Kemampuan Interpersonal Presented by : Agil Martin Ramadhan Muhammad Nurdin Salim Said Banaem

Definisi Kelompok Kelompok adalah orang yang memiliki kepentingan yang sama dan memiliki beberapa landasan interaksi yang sama. Mereka diikat bersama oleh serangkaian hubungan sosial yang khas. Kelompok dapat terorganisasi secara ketat dan berjangka panjang, namun juga dapat bersifat cair dan sementara.  Kelompok dapat terdiri atas dua orang (dyadlduo), tiga orang (tryadltrio), empat orang (kwartet), dan seterusnya sampai puluhan atau bahkan ribuan orang.

Tim berkinerja tinggi dijumpai mempunyai karakteristik yang sama Tim berkinerja tinggi dijumpai mempunyai karakteristik yang sama. Tim itu cenderung kecil, berisi orang-orang dengan tipe-tipe keterampilan yang berbeda.

Perspektif Terhadap Kelompok Menurut Huse dan Bowditch ada 3 aliran golongan perspektif yakni : Perspektif I, intinya melihat konsep organisasi/manajemen dari faham klasik. Aliran ini pada intinya mengartikan organisasi/kelompok sebagai suatu isue-isue  tentang bagaimana kelompok itu disusun, fungsi-fungsi dirancang dan dibiayai, kewenangn dan tanggungjawab dijalankan, span pengawasan dijalankan  dan gaya kepemimpinan yang bagaimana yang seharusnya dijalankan. Perspektif II, dalam perspektif ini konsep oranisasi/kelompok lebih diartikan sebagai aliran pekerjaan. Konsep dasarnya bagaimana suatu informasi itu bisa dijalankan dan disampaikan dengan sebaiknya melalui alat analisa yang tepat. Perspektif III, dalam hal ini konsep organisasi/manajemen sebagian besar titik perhatian pada human perspektif. Dalam pandangan perspektif organisasi dan manajemen bahwa manusia dalam setiap satuan kerja organisasi/kelompok menjadi lebih penting dibandingkan dengan struktur seperti yang diteknakan dalam aliran perspektif I.

Jenis-jenis Kelompok 1. Kelompok formal dan informal : Kelompok formal, adalah sub unit sah dari organisasi yang telah ditetapkan oleh anggaran dasar atau suatu ketetapan management. Jadi kelompok ini sengaja dibentuk untuk memenuhi tugas yang nyata guna mendukung tugas organisasi. Kelompok non-formal, adalah kelompok yang muncul sebagai upaya pemenuhan kebutuhan individu dengan mengembangkan tata hubungan dengan anggota lain dalam organisasi. Kelompok informal hanya dapat terbentuk apabila lokasi fisik anggota-anggotanya, sifat pekerjaan, dan jadwal kerja memungkinkan untuk terbentuknya kelompok. Oleh karena itu kelompok informal muncul dari kombinasi antara faktor-faktor formal dan kebutuhan manusia sebagai anggotanya.

2. Kelompok primer dan sekunder : Kelompok primer adalah kelompok yang jumlah anggotanya sedikit, walaupun tidak setiap kelompok yang anggotariya sedikit adalah kelompok primer. Hubungan antaranggota bersifat personal  (saling kenal secara pribadi) dan mendalam, diwarnai oleh kerja sama, sering bertatap muka dalam waktu lama, sehingga terbangun keterlibatan perasaan yang dalam. Contoh kelompok primer adalah, keluarga, kelompok teman, sepermainan. Kelompok sekunder, adalah kelompok yang jumlah anggotanya banyak. Hubungan antar anggota bersifat impersonal (tidak saling kenal secara pribadi), lebih diwarnai oleh kompetisi, jarang bertatap muka dalam waktu lama, sehingga tidak terbangun hubungan yang emosional. Hubungan yang ada lebih bersifat fungsional, artinya orang bukan dilihat dan segi “siapanya” melainkan lebih dilihat dan segi “apa kegunaannya” bagi pencapaian tujuan kelompok. Contoh kelompok sekunder adalah, organisasi buruh, universitas, sekolah dll.

3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan : Kelompok keanggotaan, adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Kelompok rujukan, adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

4. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif : Kategori deskriptif, menunujukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

5. Kelompok Komando, adalah kelompok yang terdiri dari individu – individu yang melapor langsung kepada manajer tertentu, atau dengan kata lain kelompok komando adalah manajer dan semua bawahannya. 6. Kelompok tugas, adalah orang-orang yang secara bersama-sama menyelesaikan tugas. 7. Kelompok Kepentingan, adalah orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing- masing orang.

Motivasi Pembentukan Kelompok Pembentukan kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya, lalu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi kesamaan di antara anggota – anggotanya. Seseorang lebih menyenangi berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. misalnya kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.

Ciri-ciri Kelompok Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya dan Memiliki kepentingan bersama. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya. Kelompok sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tidak terlepas dengan adanya komunikasi sosial dan interaksi sosial.

Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama). Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. Berlangsungnya suatu kepentingan dan adannya pergerakan yang dinamika.

Konsep Peran Beal, Bohlen, dan Audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut: Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok. Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok. Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.

Benne dan Sheats (dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas: Task role: anggota kelompok yang melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu pada kelompok tersebut. Misalnya sebagaicoordinator, elaborator, energizer, evaluatorcritic, information giver, information seeker, dan opinion seeker. Sociemotional role: Posisi anggota dalam kelompok untuk mendukung perilaku interpersonal secara akomodatif. Misalnya compromiser, encourager, follower, dan harmonizer. Individual role : peran  individu yang tidak berkontribusi dengan besar, namun tetap dibutuhkan perannya sebagai penopang kebutuhan kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan help seeker

Kadang terdapat benturan sehingga menimbulkan konflik dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi peran mereka menjadi kompleks. Role ambiguity : ekspektasi yang tidak jelas tentang perilaku yang akan dilakukan oleh individu yang menempati posisi dalam kelompok. Sehingga ketika hal ini dirasakan oleh seseorang, maka dia akan kebingungan harus berperan seperti apa dalam kelompok tersebut. Role conflict : Konflik yang terjadi secara intragroup dan intraindividual yang merupakan hasil dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang mengalami pergolakan dengan perannya sendiri akibat dari peran oranglain yang tidak sesuai sehingga mengacaukan perannya sendiri. Hal inilah yang dinamakan intrarole conflict. Namun apabila ketidakcocokan antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole conflict. Role conflict group performance: konflik dari peran yang terjadi pada anggota cenderung mengakibatkan konflik pada performa kelompok. Apabila hal ini terjadi maka keberlangsungan kelompok secara tidak langsung akan terancam.

Model Terpadu dari Pembentukan dan Pengembangan Kelompok Indikator yang dijadikan pedoman untukmengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut : Adaptasi, setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu. Pencapaian tujuan, setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu

Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu: Fase orientasi, individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual. Fase bekerja, anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka. Fase terminasi, fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)

INTERPERSONAL SKILL / KEMAMPUAN INTERPERSONAL : Suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia mampu berinteraksi sosial dengan sesamanya. Kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, baik dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk mengembangkan kerja secara optimal.

Menurut Spitzberg & Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif”. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan.

Menurut Buhrmester, dkk (1988 ; 991) adalah : “ kecakapan yang dimiliki seorang untuk memahami berbagai situasi sosial dimanapun berada serta bagaimana orang tersebut menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan harapan orang lain yang merupakan interaksi dari individu dengan individu lain.” Kekurang mampuan dalam hal membina hubungan interpersonal berakibat terganggunya kehidupan sosial seseorang. Seperti malu, menarik diri, berpisah atau putus hubungan dengan seseorang yang pada akhirnya menyebabkan kesepian.

Berdasarkan definisi di atas, maka kemampuan interpersonal adalah : “Kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang dimana ia mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mengerti apa yang diinginkan orang lain dari dirinya, entah itu dari sikap, tingkah laku atau perasaannya.”

Buhmester, dkk (1988 : 933) menemukan 5 aspek kemampuan interpersonal, yaitu: 1. Kemampuan berinisiatif Inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahami.

2. Kemampuan bersikap terbuka (self disclosure) Adalah kemampuan seseorang untuk mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain. Dengan adanya keterbukaan, kebutuhan dua orang terpenuhi yaitu dari pihak pertama kebutuhan untuk bercerita dan berbagi rasa terpenuhi, sedang bagi pihak kedua dapat muncul perasaan istimewa karena dipercaya untuk mendengarkan cerita yang bersifat pribadi.

3. Kemampuan bersikap asertif Dalam komunikasi interpersonal orang sering kali mendapat kejanggalan yang tidak sesuai dengan alam pikirannya, sehingga disaat seperti itu diperlukan sikap asertif dalam diri orang tersebut. Menurut Pearlman dan Cozby (dalam Fuad Nashori, 2000 : 30) mengartikan “asertif sebagai kemampuan dan kesedian individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-hak dengan tegas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya secara jelas, meminta orang lain untuk melakukan sesuatu dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain, jadi seseorang itu memahami tindakan dan ucapannya sendiri. Dengan demikian sifat asertif, individu tidak akan diperlakukan secara tidak pantas oleh lingkungan sosialnya dan dianggap sebagai individu yang memiliki harga diri.

4.Kemampuan memberikan dukungan emosional. Menurut Buhmester dkk (1988 : 998) “kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antara dua individu”. Sedangkan menurut Barker dan Lemle (dalam Buhmester, dkk 1998 : 1001) mengatakan bahwa sikap hangat juga dapat memberikan perasaan nyaman kepada orang lain dan akan sangat berarti ketika orang tersebut dalam kondisi tertekan dan bermasalah.

5. Kemampuan Mengatasi Konflik Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsur perbedaan yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik senantiasa hadir dalam setiap hubungan antar manusia dan bisa muncul karena berbagai sebab.

Menurut Buhmester (1988 : 1006) kemampuan mengatasi konflik adalah berupaya agar konflik yang muncul dalam suatu hubungan interpersonal tidak semakin memanas. Kemampuan mengatasi konflik itu diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan memberikan dampak yang negatif.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan interpersonal : “Merupakan kecakapan yang dimiliki individu untuk memahami berbagai situasi sosial dan menentukan perilaku yang tepat yang merupakan hasil dari interaksi individu dengan orang lain, yang mencakup lima komponen yaitu kemampuan berinisiatif, kemampuan bersikap terbuka (self disclosure), kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam mengatasi konflik.”

“Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” – Imam Syafi’I (Muhammad bin Idris) ‘rahimahullah’