IPA dan Peranannya Bagi Kehidupan Manusia
I. Sejarah IPA dalam Sekejap Mata 1. Fase Pertama Perkembangan Ilmu. Masanya sangat panjang yaitu sejak 3000 sM -200 TM. 2. Fase Kedua Perkembangan Ilmu. Masanya lebih singkat yaitu sejak Revolusi ilmiah pada abad ke 17 dan hanya sekitar 400-an tahun saja.
Fase Pertama Perkembangan Ilmu 1. Diawali dengan Kebudayaan Mesopotamia (sekarang Iran dan Irak) yang meliputi : Sumer (3000-2000 sM), Babilon (2000-500 sM) dan Mesir. Masa ini telah mengenal Matematika, Bahkan kebudayaan Sumer telah menggunakan bilangan desimal, kali,bagi akar kwadrat, akar kubik bahkan soal2 linier. Mesopotamia icon Old Babylonian
Pencapaian lain : Pengamatan terhadap langit malam, gugus bintang, keteraturan alam, perputaran planet. Nama –nama gugus bintang yg sampai sekarang masih digunakan berasal dari kebudayaan Sumer dan Babilon. Kebudayaan Mesir belum semaju Sumer dan Babilon tetapi mereka menemukan perhitungan penanggalan, bahwa 1 th= 365 hari. Selain itu Mesir juga maju dalam pengobatan.
Kemajuan Astronomi pada kebudayaan Mesir tidak berdasarkan pengamatan ilmiah, melainkan pada anggapan bahwa bumi dan langit merupakan 2 cakram mendatar, dengan langit spt kubah tempat sumber hujan (air) dan di atasnya lagi tempat tinggal para dewa. Dibawah bumi terdapat sumber air tanah. Matahari,bulan dan benda lainnya adalah dewa yang “keluar rumah” berkeliling untuk mengatur segala sesuatu di bumi.
2. Perkembangan Ilmu di Cina, India dan Dunia Islam Ilmu di Cina tidak berkembang dengan baik walaupun sebenarnya telah banyak teknologi ditemukan lebih dahulu drpd di daerah lain . mis: tembikar yg sangat halus Kertas dengan percetakan (abad 7-15). Magnet utk menuntun pelayaran. Bahan peledak/mesiu Meriam besi dll
Sejarah ilmu di India dapat digolongkan dalam 2 periode : 1. Kebudayaan India kuno sejak 3000 sM menghasilkan kitab Vedas, Bagavatgita dan Upanisyad. 2. Kebudayaan India yg terpengaruh kebudayaan Yunani. Ada bukti saat itu mereka telah mengenal bilangan decimal, dalil Pitagoras dan yang sangat mengagumkan adalah penemuannya tentang bilangan Nol.
Perkembangan Ilmu di dunia Islam Sebenarnya Perkembangan cukup maju terutama di bidang Astronomi, tetapi karena terjadi peperangan terus menerus maka ilmu tidak berkembang maksimal. Ilmu tidak dapat berkembang tanpa perdamaian.
3. Perkembangan Ilmu di Yunani Kebudayaan Yunani mengalami kemajuan kira-kira 600 sM-200TM. Yunani dianggap sebagai sumber ilham kebudayaan barat. Namun tidak dipungkiri bahwa kebudayaan Cina dan dunia Islam juga ikut ambil bagian.
lebih maju daripada peradaban Mesopotamia, Cina, India dan Islam lebih maju daripada peradaban Mesopotamia, Cina, India dan Islam. Karena mereka memiliki kebebasan berpikir, komitmen kuat terhadap Kebenaran. Pola berpikirnya tidak hanya berdasarkan mitos saja tetapi berdasarkan pada pemikiran yang rasional. Pola pikir Yunani
Beberapa Pemikir Yunani: Tales, Pitagoras, Aristoteles sampai Ptolomeus berpendapat : Bumi adalah sebuah Sfera, yang terbukti bila kita berada di puncak gunung ,kita dapat melihat semua kapal. Tetapi bila kita di kaki gungung kita hanya dapat melihat puncak tiangnya saja. 2. Bumi berada di pusat alam semesta dan tidak bergerak. Pendapat ini dikenal sebagai Teori Geosentris Aristotle and Plato
Teori Heliosentris Matahari adalah pusat dari sistem tata surya. Bumi adalah salah satu dari planet-planet yang bergerak mengelilingi matahari. Bulan beredar mengelilingi bumi, dan bersama bumi beredar mengelilingi matahari. Bumi berputar pada porosnya dari Barat ke Timur, menyebabkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
Kesimpulan Fase Pertama Perkembangan Ilmu Ada hubungan erat antara ilmu-ilmu yang dahulu dianggap sangat berlainan. Mis: Astronomi dan Astrologi yakin bahwa ada suatu keilahian dalam kelakuan suatu benda langit yang dapat menentukan nasib mereka. Terjadi pencampuradukan antara hal-hal yang ilmiah dengan kepercayaan. Misalnya: ilmu Kedokteran jaman kuno masih bercampur aduk dengan ilmu kimia, anatomi sampai ke perdukunan. Ilmu-ilmu akan berkembang subur jika tidak dicampur adukan dengan kepercayaan
Fase Kedua Perkembangan Ilmu Revolusi Ilmiah Terjadi perubahan teknis terhadap pengetahuan astronomi. Adat kuno ditinggalkan diganti dengan sesuatu yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Ilmu berkembang maju tidak selangkah-selangkah (incremental) melainkan secara revolusi. Selama revolusi ilmu semua pandangan lama ditantang dan dirobohkan oleh pandangan baru yang akhirnya diterima oleh umum. Sampai nanti ada pandangan “baru” lagi datang dan merobohkan pandangan yang telah menjadi umum/lama tersebut. Revolusi ilmiah dimulai dari jamannya Copernicus. Saat ini kita berada di tahap akhir revolusi Einstein yang telah mengubah pandangan kita tentang alam semesta. Revolusi ilmiah dalam bidang Astronomi berlangsung sangat pesat.
2. Antara Yunani Kuno dengan Copernicus. Ptolomeus tokoh terakhir astronomi Yunani kuno yang masih menganut Geosentris. Berabad-abad kemudian tidak ada tokoh yang mampu mengubah astronomi secara struktural. Ilmu Pengetahuan Yunani mengalami kemerosotan ( Zaman Kegelapan ) berlangsung antara 500 s/d 1000 TM. Perkembangan ilmu di Eropa mencapai titik nol, IP Yunani muncul dan berkembang di Baghdad dan Spanyol. Menjelang abad ke 10 jaman kegelapan berakhir dengan membanjirnya buku-buku terjemahan dari bhs Arab ke bhs Latin. Terang Ilmu dimulai lagi.
Beberapa Tokoh Perkembangan Ilmu Modern N. Copernicus ( 1473 – 1543 ) Pencetus Teori Heliosentris Tycho Brahe (1546-1601) Teori sendiri bahwa ke 5 planet pengembara mengelilingi matahari( spt Copernicus) tetapi pada waktunya bulan dan matahari akan berputar mengelilingi bumi, jadi buminya tetap tidak bergerak. 3. Yohanes Kepler (1571-1630 ) Planet beredar mengelilingi matahari pada I1 garis edar yg berbentuk eklips dgn 1 fokus. 4. Galileo ( 1564 – 1642 )
Nicolaus Copernicus 1473-1543 Seorang Polandia yang belajar astronomi di universitas terkenal di Itali, juga terkenal sebagai ahli matematika dan pengobatan. Merupakan pencetus teori Heliosentris, dengan tulisannya yg Berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium (Peredaran Alam Semesta) telah mengubah pandangan astronom jamn Yunani kuno ttg Geosentris.
Galileo (1564-1642) Penemuan Galileo: Seorang Italia pengikut Copernicus. 1609 membuat teropong yang teknologinya dia curi dari Lippershey orang Jerman. Penemuan Galileo: Permukaan Bulan itu tidak bulat sempurna dan mulus tetapi seperti bumi juga ada lembah dan gunung. 2. Yupiter memiliki 4 planet kecil (bulan) yang beredar mengelilinginya. Jd tidak semua planet mengitari bumi. 3. Venus seperti bulannya bumi , bentuknya berubah dari bulan sabit sampai bulat penuh. 4. Bintang sangat jauh dari bumi, karena dengan teropong tetap berupa bintik kecil.
Beberapa Kesimpulan dari Fase ke2 Perkembangan Ilmu Pada hakekatnya Copernicus hanya bersifat ilmiah, tidak bermaksud menentang pandangan awam thd alam semesta. Inilah tanda awal dari spesialisasi ilmu di jaman modern, ahli bekerja sendiri di bidangnya, tanpa memikirkan implikasinya di bidang lain. 2. Galileo menguatkan pandangannya berdasarkan hasil pengamatannya dengan teropong. Bahwa sebenarnya sempurna itu tidak ada. Pandangan ini sangat revolusioner shg menimbulkan banyak gejolak religius dengan kalangan agama, shg para ilmuwan diejek sbg “Kafir dan Ateis”.
10 Ilmuwan Muslim AL-FARABI Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir). Al Farabi dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan. Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian: Logika Ilmu-ilmu Matematika Ilmu Alam Teologi Ilmu Politik dan kenegaraan Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
2. AL-BATANI Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani nama lengkap: Abū Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri
3. IBNU SINA Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Karya Qanun fi Thib (Canon of Medicine/Aturan Pengobatan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) An Najat
4. IBNU BATUTAH Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko. Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).
6. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
7. UMAR KHAYYAM 'Umar Khayyām (18 Mei 1048 - 4 Desember 1131), dilahirkan di Nishapur, Iran. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri . Khayyām berarti "pembuat tenda" dalam bahasa Persia. Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Umar Khayyām dan Islam Filsafat Umar Khayyām agak berbeda dengan dogma-dogma umum Islam. Tidak jelas apakah ia percaya akan kehadiran Allah atau tidak, namun ia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan ilahi. Ia pun tidak percaya akan Hari Kiamat atau ganjaran serta hukuman setelah kematian. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati. Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Khayyām akhirnya naik haji ke Mekkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim.
8. TSABIT BIN QURRAH Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18 Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin. Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia. Al-Sabiʾ Thabit bin Qurra al-Ḥarrānī, Latin: Thebit / Thebith / Tebit, 826 - 18 Februari, 901) adalah seorang ahli matematika, dokter, astronom, dan penerjemah Islam Golden Age yang tinggal di Baghdad pada paruh kedua abad kesembilan. Ibnu Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi. Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis pertama dari sistem Ptolemaic, dan dalam mekanika dia adalah seorang pendiri statika.
9. MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.
10. ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut. Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada ilmu kimia dan metalurgi. Karya Jabir antara lain: Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the Composition of Alchemy) Kitab Al-Sab’een Kitab Al Rahmah Al Tajmi Al Zilaq al Sharqi Book of The Kingdom Book of Eastern Mercury Book of Balance'