Dr. Tri Soesantari, Dra. Msi IIP-FISIP Universitas Airlangga Persepsi Kelompok Rentan Perempuan tentang Risiko Paparan bahan kimia berbahaya Dr. Tri Soesantari, Dra. Msi IIP-FISIP Universitas Airlangga
Plastik Plastik adalah satu bahan yg dapat kita temui di hampir setiap barang. Plastik sulit diurai oleh mikro organisme, bertahan bertahun – tahun sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, ketika sampah plastik terbakar akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernapasan manusia. Jika ditimbun dalam tanah akan mencemari tanah dan air.
Perempuan dalam kehidupan sehari-harinya hampir semua menggunakan produk plastik: Murah Mudah diperoleh Ringan Cantik/indah
Perempuan menggunakan plastik untuk: Membawa barang : tas belanjaan Membungkus makanan: soto, bakso, tempe, tahu, es campur Mewadahi makanan : tempat nasi, tempat kue Aksesoris : kalung, gelang, sepatu, tas Tempat penyimpanan : rak, lemari Dan fungsi lain : sikat gigi, bulu mata palsu dsb
Program literasi terhadap bahaya bahan kimia dari produk plastik: Ada tetapi tidak dapat diakses oleh semua perempuan Karena akses melalui internet terbatas hanya bagi perempuan yang melek TI Perempuan memilih produk plastik yang tidak berbahaya tetapi hanya yang mahal/yang mampu membeli Perempuan miskin menggunakan produk plastik yang murah, mengakibatkan perempuan menjadi rentan terhadap bahan kimia
Perempuan rentan terhadap bahaya bahan kimia yang terkandung di dalam produk plastik Perempuan kurang berpengetahuan Perempuan bekerja di sektor domestik Perempuan bekerja di sektor industri Perempuan bekerja di sektor perdagangan
Pemanfaatan limbah plastik oleh perempuan : Ada kader lingkungan pada tingkat kecamatan seperti Surabaya Green and Clean, dengan kegiatan seperti mengolah limbah plastik untuk meningkatkan ekonomi : membuat tas, aksesoris dll Proses daur ulang, digunakan kembali sebagai produk lain (pengalihfungsian) dll
Reaksi Perempuan terhadap produk plastik dan sampah plastik (dilihat dari perspektif eco-feminism): Perempuan dekat dengan alam/lingkungan karena konstruksi sosial. Di rumah: Perempuan berusaha untuk memilah sampah di dapur untuk menghindari bau dan kotor yang bisa mendatangkan serangga, tikus, lalat yang dapat menyebabkan penyakit. Di luar rumah: Perempuan berusaha untuk membuang sampah sesuai dengan fungsinya, sampah basah/sampah kering, sampah plastik/sampah kertas Mengorganisir barang-barang sesuai jenisnya menggunakan tempat- tempat plastik untuk menjaga kerapian dan kebersihan Menjadi kader lingkungan
Regulasi Kesetaraan Gender dalam lingkungan menjadi Mainstreaming Harus ada regulasi (semua lembaga mulai dari Kementerian sampai ke RT/RW/Dasa wisma) yang mengatur tentang lingkungan yang responsif gender Harus ada program/kegiatan yang responsif gender, menggunakan alat analisis gender (Gender Analysis Pathway) Menyusun Gender Budget Statement dan Terms of References yang responsif gender. Sehingga keterlibatan Perempuan dan Laki-laki setara dalam pengelolaan sumber daya yang aman dan sehat.