Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Bangsa Barat
Perlawanan terhadap Portugis Serangan Kerajaan Aceh terhadap Portugis Latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis antara lain: Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis di Selat Malaka Pelarangan Portugis terhadap orang-orang Aceh berlayar ke Laut Merah Penangkapan kapal kapal Aceh oleh Portugis.
Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka pertama kali dilakukan masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah. Dengan bantuan dari Turki dan Demak, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568. Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Sultan Alaudin telah menunjukkan ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639) armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Pada tahun 1629 Aceh mencoba menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Faktor penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka adalah: Tidak dipersiapkan dengan baik Perlengkapan senjata yang digunakan masih sederhana Terjadi konflik internal dikalangan pejabat Kerajaan Aceh
Serangan Kerajaan Demak Kedatangan bangsa Portugis ke Pelabuhan Malaka yang dipimpin oleh Diego Lopez de Sequeira menimbulkan kecurigaan rakyat Malaka. Dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Sultan Demak R. Patah mengirim pasukan dipimpin Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Dengan kekuatan 100 kapal laut dan lebih dari 10.000 prajurit Adipati Unus menyerang Portugis. Serangan tersebut mengalami kegagalan Tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang mulai menanamkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan Fatahillah tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Serangan Rakyat Maluku Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini: Portugis melakukan monopoli perdagangan. Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan. Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti bertentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate. Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham dengan mereka. Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat. Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Perlawanan Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun Perlawanan Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun. Pada tahun 1565 Portugis semakin terdesak dan siasat perundingan pun mulai dijalankan oleh Portugis. Perundingan antara kerajaan Ternate dan Portugis diadakan pada tahun 1570. Dalam perudingan tersebut Portugis melakukan kelicikan, yaitu membunuh Sultan Hairun. Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pasukan Sultan Baabullah memusatkan penyerangan untuk mengepung benteng Portugis di Ternate. Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut, Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun 1975.
Perlawanan Minahasa terhadap bangsa Spanyol Perang disebabkan oleh ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap monopoli yang dilakukan Spanyol Perang dilakukan anak suku Tombatu (toundanow/Tansawang) di daerah Kali dan Batu Lesung atau sekitar danau Bulilin di bawah pimpinan Panglima Monde Pecah perang pertama tahun 1643 di Tompaso yang mengakibatkan 40 tentara Spanyol tewas sedang pihak Minahasa panglima Monde beserta 9 tentara gugur. Namun demikian pasukan Spanyol dapat dikejar dan berkat bantuan residen VOC, Herman Jansz Steynkuler berhasil diadakan kesepakatan damai pada 21 September 1694. Pada kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa pasukan Minahasa menguasai Tompaso Baru, Rumoong bawah, dan Kawangkoan Bawah.
Perlawanan terhadap Belanda Perlawanan Sultan Agung (Mataram). Untuk mewujudkan cita-citanya menguasai seluruh Pulau Jawa, Sultan mengirim pasukan kerajaan Mataram untuk menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628 tetapi gagal Tahun 1629 kedua kalinya Kerajaan Mataram menyerang VOC di Batavia tetapi juga mengalami kegagalan, perlawanan-perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC terus berlanjut, antara lain perlawanan di bawah pimpinan Tronojoyo, perlawanan untung Senopati, perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said.
Perlawanan Sultan Hasanudin Penyebab perlawanan Pendudukan benteng Pa’nakkyung oleh VOC Peristiwa De Walvis pada tahun 1662, waktu meriam-meriamnya dan barang-barang muatannya disita oleh pasukan Karaeng Tallo Peristiwa kapal Leeuwin (1664) yang kandas di Pulau Don Duango dimana anak kapal dibunuh dan sejumlah uang disita.
Sultan Hasanudin pada Oktober 1660 mengumpulkan semua bangsawan yang diminta bersumpah setia padanya kepadanya. Pasukan VOC dikirim oleh Speelman untuk menyampaikan surat kepada Karaeng Goa berisi tuntutan penggantian yang disertai ancaman Tuntutan itu di tolak oleh Sultan Hasanudin dan hanya bersedia mengganti kerugian yang diderita oleh VOC. Speelma melakukkan pengeboman untuk mengintimidasi. Ekspedisi bergerak ke arah Butung, perjalanan itu melampaui Banthaeng, dan di serang hingga hancur lebur. Dan para pemimpin pasukan, yaitu Karaeng Bottomarannu, Sultan Bima, dan Opu CeningLuwu, dan 5000 pasukan.
Perang Padri Kaum Padri Kaum Adat Tuanku Kota Tua pembaharuan dan praktik agama Islam Dukungan Murid Tuanku nan Renceh Haji Hj. Miskin, Hj. Sumanik & Hj. Piabang. “Kelompok Harimau Nan Salapan” Pakaian Putih Ajaran Agama Islam jauh dari Al-Quran dan sunah Nabi Berjudi, menyabung ayam, minum-minuman keras Pakaian Hitam
Fase Pertama (1821-1825) Kaum Padri menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap patroli Belanda. Tuanku Pasaman menggerakkan pasukan untuk mengadakan serangan menggunakan senjata tradisional seperti tombak dan parang. Belanda dgn kekuatan 200 org serdadu Eropa dan 10.000 pasukan pribumi termasuk juga kaum adat. Menggunakan senjata yang lebih modern seperti meriam dan senjata api lainnya. Belanda berhasil menguasai di lembah Tanah Datar, kemudian mendirikan benteng di Batusangkar. Tuanku Pasaman memusatkan perjuangannya di Lintau dan Tuanku Nan Renceh memimpin pasukannya di sekitar Baso. September 1822 kaum Padri berhasil mengusir Belanda dari sungai Puar, Guguk Sigandang dan Tajong Alam. Pada tgl 26 Januari 1824 tercapailah perundingan damai antara Belanda dgn Kaum Padri. Akan tetapi dgn perjanjian tersebut justru dimanfaatkan oleh Belanda untuk menduduki daerah2 lain.
FASE KEDUA (1825-1830) Pada tgl 15 November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang. Isi perjanjian Padang antara lain: Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam, Bukitinggi, dan menjamin pelaksanaan sistem agama di daerahnya. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yg sedang melakukan perjalanan Secara bertahap Belanda akan melarang praktik sabung ayam.
FASE KETIGA (1830-1837) Kaum Padri mendapat dukungan dari kaum adat Kaum Padri dari bukit kamang berhasil memutuskan sarana komunikasi antara benteng Belanda di Tanjung Alam dan Bukittinggi. Pada Agustus 1831 Belanda dapat menguasai benteng Marapalam. Tahun1832 datang pasukan bantuan dari Jawa, yaitu pasukan Sentot Ali Basah Prawirodirjo dgn 300 prajurit. Belanda mendapat perlawanan sengit, 100 org pasukan Belanda termasuk perwira terbunuh namun berhasil menangkap Tuanku Nan Cerdik Pada th 1834 Belanda memusatkan kekuatannya untuk menyerang pasukan Imam Bonjol di Bonjol. Belanda menawarkan perdamaian, Imam Bonjol mau tetapi ada syarat tertentu, yaitu jika tercapai perdamaian, Bonjol dibebaskan dari segala bentuk kerja paksa dan tidak lagi diduduki Belanda. Oktober 1837 Belanda mengepung dan menyerang benteng Bonjol. 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan kemudian dibuang ke Cianjur, kemudian ke Ambon pada 19 Januari 1839 dan pada th 1841 dipindahkan ke Manado sampai meninggalnya pada tgl 6 Nov 1864.
SIAPA PANGERAN DIPONEGORO ?? Perang Diponegoro (1825-1830) SIAPA PANGERAN DIPONEGORO ?? Pangeran Diponegoro (1785-1855) Putra Tertua Hamengkubuwana III Dibesarkan oleh neneknya (Ratu Ageng, wafat 1803) di desa Tegalrejo Mempelajari kitab agama Islam, karya sastra, sejarah jawa Akrab dgn lingkungan pesantren, kaum bangsawan, dekat dengan penduduk desa 1805-1808 mendapatkan pengalaman religi calon raja Jawa
Kondisi Sosial-Politik Jawa sebelum 1825 Sistem Sewa Tanah Kesultanan Yogyakarta EKSTERNAL 1) Intervensi kerajaan 2) 1811 Daendels menghapus sistem sewa tanah di pesisir secara sepihak INTERNAL KERAJAAN 1) Pergeseran adat dan budaya Keraton 2) Persengkokolan dan Korupsi RAKYAT 1) rakyat menjadi tenaga kerja paksa 2) Perbedaan status sosial 3) Penarikan pajak Bangsawan membutuhkan uang menyewakan tanah Pengusaha (swasta) Pengusaha tanah diolah menjadi perkebunan nila, kebu, lada sistem Feodal pengolah lahan rakyat Pengusaha tinggal di sekitar kebun tidak menghargai budaya setempat tindakan asusila, mabuk-mabukan, opium Opium menjadi komoditi penting pemerintah kolonial (1827-1833)
“INSIDEN ANJIR” Mei Belanda membangun jalan di Tegal rejo Belanda memasang patok kayu batas pembangunan jalan Melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro Oleh pasukan diponegoro Patok diganti dengan Tombak
Pertahanan di Selarong 20 Juli 1825 pengikut Pangeran Diponegoro berkumpul di Tegalreja Belanda menyerang Tegalreja di hanguskan Pangeran Diponegoro, pasukan & keluarga Menyingkir ke Bukit Selarong Keluarga, anak-anak & orang2 tua diamankan di Dekso Didukung 15 Pangeran dan 41 Bupati Tujuan Khusus : 1823 GubJend van der Capellen (1816-1826) menghapus sewa tanah. Dampaknya bangsawan harus mengembalikan uang muka kepada para pengusaha. Kehilangan sumber pendapatan dan keharusan membayar uang muka menjadi alasan para bangsawan ikut dalam perang
Mengatur Strategi di Selarong Merencanakan serangan ke Keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah masuknya bantuan dari luar Mengirim kuris kepada para Bupati atau ulama agar mempersipakan peperangan melawan Belanda Menyusun daftar nama bangsawan, siapa kawan dan lawan Membagi kawasan Kesultanan Yogyakarta menjadi 16 mandala perang, dan mengangkat para pemimpinnya Berhasil banyak kota berhasil ditaklukkan Yogya, Surakarta, Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang Rembang, Jawa Timur Pangeran Diponegoro diberi gelar Sultan Abdulhamid Herucokro (Sultan Ngabdulkamid Erucokro) PERANG SABIL
BELANDA Pusat Pertahanan pindah ke Dekso oleh Ali Basyah Sentot Jendral De Kock Goa Selarong Letkol Clurens Tegal & Pekalongan Letkol Diell Banyumas Pusat Pertahanan pindah ke Dekso oleh Ali Basyah Sentot Ali Basyah Sentot Prawirodirjo 1826 menang di Kulon Progo dan sekitarnya Pangeran Singosari menang di Gunung Kidul Tumenggung Suronegoro menyerang benteng di Prambanan Kertopengalasan mempertahankan pertahanan di Plered
Jendral De Kock BENTENG STELSEL Sistem Perbentengan Magelang Pusat Dijalankan Tahun 1827
Bentengstelsel Sistem Benteng pada setiap kawasan yang sudah dikuasai Belanda, dibangun Benteng pertahan, kemudian di tiap kubu pertahanan tsb dibangun infrastruktur penghubung seperti jalan atau jembatan. Benteng yang dibangun Semarang, Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, Magelang Total 165 benteng di Jateng, Jogja, Jatim Keunggulan mempersempit ruang gerak musuh, mempercepat penyelesaian perang Kelemahan Menghabiskan biaya, membutuhkan tenaga kerja paksa yang banyak untuk membangun benteng dan infrastruktur antar benteng Digunakan pula dalam mengatasi Perang Padri
Penyerahan Pasukan Sentot Prawiryodirjo Sentot Prawirodirjo dibujuk untuk berdamai dgn bantuan Aria Prawirodiningrat 17 Oktober 1829 Perjanjian Imogiri Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam Pasukan Sentot tidak dibubarkan dan ia tetap menjadi komandannya Sentot dan pasukannya tetap diizinkan memakai sorban 24 Oktober 1829 Sentot dan pasukannya masuk ke Kota Yogyakarta dan menyerahkan diri
PERANG BANJAR Kesultanan Banjarmasin (Abad 19) Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Pusat Martapura Keunggulan strategis dalam perdagangan Komoditi emas, intan, lada, rotan dan damar Awal Kontak dengan Belanda 1817 Perjanjian antara Sultan Banjar (Sultan Sulaiman) dengan Belanda Isi Sultan Sulaiman harus menyerahkan wilayah Dayak, Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir Kutai dan Beran. 4 Mei 1826 Perjanjian Sultan Adam Alwasikh dengan Belanda Isi Wilayah Kesultanan tinggal daerah Hulu Sungai, Martapura dan Banjarmasin wilayah menyempit
Konflik Internal Dalam Kerajaan 1852 Putera Mahkota Abdul Rahman meninggal Sultan Adam memiliki 3 kandidat pengganti : Pangeran Hidayatullah surat wasiat dari Sultan Adam Pangeran Tamjidillah Belanda Pangeran Anom akan dijadikan sbg mangkubumi 1857 Sultan Adam meninggal Residen E.F. Graaf von Bentheim Teklenburg mengangkat : Pangeran Hidayatullah Mangkubumi Tamjidillah Sultan Ditentang oleh Pengulu Abdulgani Suka minum Menghapus hak-hak istimewa Pangeram Anom dibuang ke Bandung
Konflik dari daerah Pedalaman Dipelopori oleh Aling Pusat Pergerakan Tepi Sungai Muning Atau disebut dengan Tambai Mekah Dikenal dgn Panembahan Muning Bersemedi dan mendapat Firasat bahwa Kesultanan Banjarmasin diserahkan kembali kepada Pangeran Antasari Pangeran Antasari datang dari Serambi Mekah Mendapat dukungan dari Sultan Pair & Tumenggung Surapati Pangeran Antasari
Memilih melawan bersama rakyat dipimpin Pangeran Antasari Pangeran Hidayatullah dibujuk untuk bergabung dgn Belanda dgn imbalan diangakat menjadi Sultan Memilih melawan bersama rakyat dipimpin Pangeran Antasari Pangeran Antasari Agustus 1859 menyerang Benteng Tabanio Dibantu Haji Buyasin, Kiai Langlang & Kiai Demang Lehman
Agustus- September 1859 Banua Lima dipimpin Tumenggung Jalil SungaAi Barito Dipimpin Pangeran Antasari gelar Panembahan Amuruddin Kalifatullah Mukminin Martapura & Tanah Laut Dipimpin Demang Lehman Mempertahan Benteng Tabanio yang diserang Belanda Benteng Tabanio dikuasai Belanda pertahanan dipindah di Benteng Gunung Lawak (Tanah Laut) 28 Februari 1862 Antasari berhasil ditangkap dan disingkan ke Cianjur Jawa Barat
PERLAWANAN SISINGAMANGARAJA Latar Belakang Setelah Perang Padri Belanda mulai memasuki tanah Batak Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok, Tapanuli dikuasai Penyebaran agama Kristen Sisingamangaraja mengambil tindakan tegas Mengusir para zending Pembakaran Pos Zending di Silindung 8 Januari 1878 Dijadikan alasan Belanda untuk menduduki Silindung
Belanda di Silindung Batak Dibawah pimpinan Sisingamangaraja XII Terus memperluas kekuassan Dibawah pimpinan Kaptel Schelten BAHAL BATU menyerang mempertahankan Mempersiapkan bentang alam Membuat pagar keliling dari tanah dan batu Luar tembok ditanami bambu berduri Selokan keliling Siapa yang Menang ??
Perlawanan di BALI Huskus Koopman Prancis Dibali terdapat banyak kerajaan sudah ada kontak sejak masa Daendels Belanda pemuda Bali akan dijadikan tentara G.A. Granpre Moliere misi ekonomi Huskus Koopman Misi Politik Menjalin perjanjian dgn beberapa penguasa di Bali Raja Badung (28 November 1842) Raja Karangasem (1 Mei 1843) Raja Buleleng (8 Mei 1843) Raja Klungkung (24 Mei 1843) Tabanan (22 Juni 1843) Penghapusan Hukum Tawan Karang
Perlawanan di BALI 1844 Raja Karangasem & Raja Buleleng belum melakukan Merampas 2 kapal Belanda yang terdampar di Pantai Sangsit & Jembrana Belanda menuntut ganti rugi Raja Gusti Ngurah Made Karangasem menolak Persiapan perang Raja Gusti Ngurah Made Karangasem & Patih Ktut Jelantik Mempersiapkan prajurit & pos pertahanan Mendapat dukungan dr Kerajaan Karangasem & Klungkung BELANDA Juni 1846 Disiapkan 1.700 pasukan darat Pasukan laut
Perlawanan di BALI 27 Juni 1846 Belanda menyerang 2 hari Raja, Prajurit, dan rakyat buleng berperang mati-matian Benteng pertahanan Buleleng jebol dan ibu kota Singaraja dikuasai Raja dan pasukan Buleleng menyingkir ke desa Jagaraga Terdesak dibuat Perjanjian pada 6 Juli 1846
Perjanjian hanya pura-pura diterima : Di Jagaraga dibangun Benteng Hukum tawang karang tetap dilakukan Raja meminta bantuan dari Klungkung, Karangasem dan Mengwi 7 dan 8 Juni 1848 Pasukan Belanda tiba di Pantai Sangsit 8 Juni 1848 Benteng Jagaraga diserang strategi gelar-supit urang Belanda mundur April 1849 Pasukan Belanda menuju Jagaraga 15 April 1848 Benteng Jagaraga diserang 16 April 1848 berhasil diambil alih Raja Buleleng dan Patih Ktut Jelantik meninggal saat mempertahankan diri Karangase & Klungkung ditaklukkan
Perang Aceh (1873-1904) Teuku Umar Cut Nyak Dien
Penyebab peperangan: Perlawanan dipimpin oleh para Bangsawan (Tengku) dan para tokoh ulama (Tengku) seperti Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Penglima Polem, Cut Nyak Dien, Cut Mutia dan lain-lain. Dalam rangka pax netherlandika. karena Belanda melanggar Perjanjian Traktat London tahun 1824 yang berisi bahwa Inggris dan Belanda tidak boleh mengganggu ke merdekaan Aceh. Untuk menguasai Aceh, Belanda menggunakan cara seperti Konsentiasi Stelsel dan mendatangkan ahli Agama Islam yaitu Snouch Hurgronye.
Setelah Aceh dapat dikuasai oleh Belanda, Raja-Raja yang berhasil dikuasai oleh Belanda diikat dengan Plakat Pendek yang isinya : 1. Mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya. 2. Tidak akan mengadakan hubungan dengan negara lain. 3. Taat dan patuh pada Pemerintah Belanda
Perang Tondano 1 Terjadi pada masa VOC Latar Belakang Orang Spanyol yang tiba di Minahasa (Tondano) Sulawesi Utara menyebarkan agama Kristen Tokoh Fransiscus Xaverius Abad 17 hubungan terganggu VOC datang VOC Ternate Gubernur Simon Cos memonopoli & mengusir pedagang Spanyol serta Makasar
VOC memonopoli beras dari Minahasa Perang Tondano 1 VOC memonopoli beras dari Minahasa Minahasa melawan Masalah Muncul !! Hasil panen tidak ada yang membeli Rakyat mendekati VOC untuk membeli beras Terbukalah rakyat kepada VOC Strategi VOC : membendung Sungai Temberan Dampak : Banjir Simon cos memberi Ultimatum : Orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC Orang Tondano harus membayar ganti rugi karena rusaknya tanaman padi dengan menyerahkan 50-60 budak
Faktor Kekalahan Minahasa Beras produksi lokal menumpuk tanpa ada pembeli. Belanda (VOC) melakukan blokade di luar danau Tondano. Para pemimpin Minahasa berpikir untuk mendekati VOC
Perang Tondano 2 Latar Belakang G.J Daendels menambah pasukan dari kalangan Pribumi untuk memerangi Inggris. Suku yang memiliki keberanian Madura, Dayak, Minahasa
Pusat : Minawanua (Tondano) Perang Tondano 2 Daendels Hartingh Prediger Ukung Kapten kapal Residen Pemimpin distrik Pengiriman 2000 pemuda Minahasa ke Jawa Penyerahan beras secara Cuma-cuma Perlawanan Tokoh : Ukung Lunto Pusat : Minawanua (Tondano)
23 Oktober 1808 – Agustus 1809 pertempuran berkobar Perang Tondano 2 Predinger mengirim pasukan ke Tondano Dalam Perang Tondano 1, rakyat akhirnya menjalin hubungan dengan VOC karena tidak ada yang membeli hasil buminya. Mengapa rakyat Tondano tidak berusaha untuk menjual ke pedagang atau wilayah lainnya?? Jelaskan dengan singkat, bagaimanakah jalan pertempuran Perang Tondano 2 ?? Strategi membendung Sungai Temberan Pasukan 1 menyerang dari Danau Tondano Pasukan 2 menyerang dari Minawanua (darat) 23 Oktober 1808 – Agustus 1809 pertempuran berkobar
Perlawanan terhadap Penjajahan Inggris Perlawanan di Yogyakarta Saat Inggris berkuasa yang mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, dan Karesidenan Yogyakarta dipimpin Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat kolonial Inggris terganggu. Sunan Pakubuwana IV (Sultan PB IV) menawarkan kerja sama menentang pemerintahan kolonial Inggris Sultan HB II menyetujui hal itu dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan dimulainya penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II untuk diasingkan ke Penang
Perlawanan di Palembang Raffles mengirim utusan untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau Bangka namun ditolak Sultan Mahmud Badaruddin II Raffles mengirim ekspedisi perang tahun 1812 yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Kesultanan Palembang jatuh ke tangan Inggris dalam waktu 1 minggu 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris untuk menggantikan kakaknya sebagai Sultan Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II kemudian kembali ke Palembang untuk menjadi sultan lagi. Tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W. Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin