dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp.An

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Standar kompetensi & kompetensi dasar
Advertisements

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
P3K OFF. OLIVIA CHRISTINE M. OFF. RAYMOND SIAGIAN STAGE 3.
BANTUAN HIDUP DASAR DAN RJP
Bantuan Hidup Dasar Dibuat secara Serius oleh: Bagus Jatiswara.
PENANGANAN HENTI JANTUNG
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )
By : Romalina Airway manajemen. By : Romalina Airway manajemen.
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISTEM PERNAFASAN MANUSIA
Sri Yunita Suraida Saat, S.ST.M.Kes.
Ns. Sitti Nurchadidjah S.Kep
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Penanggulangan Kedaruratan Nafas
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
LUKA BAKAR.
Sudden cardiac arrest n CPR
BANTUAN HIDUP DASAR YULIATI, SKP,MM.
Heri Widiarso, S.Kep, Ns, MNur Bidang Perawatan RS Bethesda Yogyakarta
Rury Narulita Sari, SST., M.Kes RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes
Penanganan kegawatdaruratan jantung pada pasien dengan metode Bls
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
SELAMAT DATANG PMI DAERAH MAKASAR.
RESUSITASI JANTUNG PARU
Kebutuhan Oksigenasi R Bayu KN, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Penatalaksanaan jalan napas
MANAGEMENT JALAN NAFAS
RESUSITASI JANTUNG & PARU
DASAR – DASAR ANESTESIA I
Akper Pemkab Cianjur tahun 2015
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Membuka jalan napas dengan alat (OPA) atau tanpa alat
Airway Management.
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
Tanda Tanda Terjadi Sumbatan
dr. Arif Dharmawan, SpB, FINACS SMF Bedah RSUD Blambangan
TRAKEOTOMI DAN SUMBATAN JALAN NAPAS ATAS
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
KEGAWAT DARURATAN PADA TRAUMA ABDOMEN
FIRST AID FOR THE CHOKING BABY (INFANT) RASDIYANAH MUHLIS.
Airway & Breathing Management
PENDAHULUAN.
Kepatenan Jalan Napas.
Materi PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat)
PENILAIAN PENDERITA.
AIRWAY AND VENTILATION MANAGEMENT
BHD (Bantuan Hidup Dasar) atau BLS (Basic Life Support)
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
PROSEDUR MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
Resusitasi jantung PARU (RJP ) ROSMALIANA. PURBA.S.Kep, Ns Disampaikan Oleh :
Penanggulangan Kedaruratan Nafas
BANTUAN HIDUP DASAR (RESUSITASI JANTUNG PARU)
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
Puskesmas Binangun Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD). EM AMA ET ITI = MATI Dalam istilah kedokteran dikenal dengan dua istilah untuk mati: mati klinis dan mati biologis Mati Klinis.
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
M. Siauta. CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melakukan tindakan Irigasi Lambung CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini,
NAMA KELOMPOK 1. Adam bagas 2. Hartinus alif.A. 3. Herinda nabila putri.W. 4. May citra a 5. Pandu F.
ASUHAN GAWAT DARURAT SISTEM PERNAPASAN Ns. Arifin Dwi Atmaja, S. Kep. CWCCA.
Transcript presentasi:

dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp.An MANAJEMEN JALAN NAFAS dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp.An

TUJUAN PEMBELAJARAN Mengetahui adanya tanda-tanda gangguan jalan nafas dan penyebabnya Mampu membebaskan jalan nafas tanpa menggunakan alat maupun dengan alat Mampu membersihkan jalan nafas Mampu mengatasi sumbatan jalan nafas baik yang parsial maupun yang total

INDIKASI Pada penderita tidak sadar apapun penyebabnya Pada penderita adanya sumbatan jalan napas parsial ataupun total

Anatomi jalan nafas atas

Jalan Nafas Bawah (mekanisme respirasi)

Anatomi jalan nafas atas AIRWAY • Gangguan oksigenasi pada otak dan jaringan sangat membahayakan korban, serta dapat menyebabkan kematian. • Proses kematian dapat dimulai dari hipoksia • Hipoksia dapat dicegah dg mempertahankan airway & oksigenasi yg cepat dan tepat.

OTAK & Tidak ada O2 JANTUNG Hipoksia Mati 0-4 Menit 4 – 6 menit Mati Klinis Kerusakan Sel-sel otak tidak diharapkan Mungkin sudah terjadi kerusakan sel otak Sudah mulai terjadi kerusakan otak Mati biologis > 10 menit Hampir dipastikan terjadi kerusakan sel-sel otak

Progresif Parsial Total Snoring lidah Gangguan Jalan Nafas Sesak, a/ mengeluh sesah jk sadar Tanda2 Obstruksi Takhipnea Obstruksi Progresif PADAT CAIR ANATOMIS Retraksi otot bantu nafas Parsial Gurgling cairan Total Snoring lidah Stridor obstruksi anatomis

Penilaian Jalan Napas Look Listen Bunyi napas? -Pergerakan dada -Penurunan kesadaran, disorientasi? -Gelisah? Look Kaji Tanda2 Obstruksi “HIPOKSIA” •Pasien trauma kaptis, gelisah? Listen Bunyi napas? Feel Rasakan aliran udara pada saat ekspirasi?

Trauma kapitis & penurunan kesadaran Luka di wajah UPAYA MEMPERBAIKI AIRWAY: AKAN SELALU MENGGERAKAN KEPALA Ingat ! Multitrauma Trauma kapitis & penurunan kesadaran Luka di wajah Immobilisasi Leher

TEKHNIK MEMPERTAHANKAN JALAN NAFAS DASAR ATAU TANPA ALAT LANJUTAN ATAU DENGAN ALAT (SEDERHANA /KOMPLEK)

Jika tidak ada respon : BUKA MULUT dengan CrossFinger technique Penanganan Obstruksi AIRWAY Cairan (gurgling) : • Suction • Cairan banyak miringkan kepala Jika tidak ada respon : BUKA MULUT dengan CrossFinger technique (Trauma : “log roll”) JIka tidak teratasi :  Airway definitif

Log Roll Ingat Imobilisasi Leher

AIRWAY BUKA JALAN NAFAS MANUAL Back Blow Manuver Heimlich

Head tilt chin lift Jaw trust BU JALAN NAFAS MANUAL

AIRWAY : Obstruksi Parsial Naso-

Orofaringeal Airway Cara Pemasangan: • Bersihkan mulut dan faring dr segala kotoran • Masukan alat dg ujung mengarah ke chefalad • Saat didorong masuk mendekati dinding belakang faring, alat diputar 180’ • Ukuran alat dan penempatan yg tepat menghasilkan bunyi nafas yg nyaring pd auskultasi paru saat dilakukan ventilasi • Pertahankan posisi kepala yg tepat setelah alat terpasang Bahaya: •Cara pemasangan yg tdk tepat dpt mendorong lidah ke belakang atau apabila ukuran terlampau panjang, epiglotis akan tertekan menutup rimaglotis, sehingga jalan nafas tersumbat •Terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat Perhatian ! jangan gunakan alat ini pd korban dmn refleks faring masih ada karena dpt mengebabkan muntah dan spasme laring

Nasofaringeal Airway Cara Pemasangan: • Pilih alat yg sesuai • Lumasi dan masukan menyusuri bagian tengah dan dasar rongga hidung, hingga mencapai belakang lidah • Apabila ada tahanan dg dorongan ringan alat diputar sedikit Bahaya: •Alat yg terlalu panjang dpt masuk ke esopagus dg segala akibatnya •Alat ini dpt merangsang muntah dan spasme laring •Dpt menyebabkan perdarahan akibat kerusakan mukosa akibat pesangan, oleh sebab itu alat pengisap harus selalu siap saat pemasangan Hal yg perlu diperhatikan: •Selalu periksa apakah nafas spontan timbul setelah pemasangan alat ini •Apabila tdk ada nafas spontan, lakukan nafas buatan dg alat bantu nafas yg memadai •Bila tdk ada alat bantu nafas yg memadai, lakukan pernafasan dr mulut ke mulut dg menggunakan barier

Nasofaringeal airway Cara pemasangan

Sumbatan anatomis (stridor) • Trauma edema laring pada luka bakar fraktur • Non trauma Benda asing Difteri Biasanya perlu jalan napas definitif 1. Proteksi Airway : Indikasi Ancaman obstruksi & Ancaman aspirasi Proteksi Cervikal 2. Perlu ventilasi

Airway Definitif • Tanpa / dengan obat pelumpuh otot Intubasi Oro-trachea • Menggunakan obat sedasi • Persiapan alat lengkap • Perhatikan malposisi • Selalu bersiap untuk kriko-tirotomi

STATICS S Scope : laringoskop dan stetoskop

Blade Magill Macintosh

STATICS T TUBE Dewasa ukuran 7,0; 7,5 atau 8,0 Anak > 2 thn : Uk. Tube = 4 + umur/4

STATICS A AIRWAY OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY, SUNGKUP MUKA, KANTUNG TEKANAN POSITIF, RESERVOIR

STATICS AIRWAY (OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY) Ukuran antara 0 – 6 Diukur dari sudut bibir sampai angulus mandibula

STATICS T TAPE

STATICS I INTRODUCER

STATICS C CONNECTOR

STATICS S SUCTION

STATICS LAIN-LAIN Jelly Spuit cuff Anestetik lokal (xylocain spray) Handscoen

Persiapan Langkah intubasi Periksa suplai Oksigen Periksa kelengkapan statics Posisikan pasien “ Sniffing Position” sehingga mulut, faring dan laring menjadi satu aksis. Jika pasien suspek trauma servikal, diperlukan penolong untuk menahan kepala pasien tetap pada posisi netral.

Bagaimana mengetahui kemungkinan sulit intubasi? Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik Jarak Thyromental ≤ 6 cm Klasifikasi Mallampati

Riwayat Penyakit Rheumatoid Arthritis Ankylosing Spondylitis Cervical Fixation Devices Klippel-Fiel Syndrome: leher pendek, vertebra servikal kurang dari 7, vertebra servikal menyatu. Riwayat pembedahan besar daerah leher Pierre Robin Syndrome: rahang kecil, tidak memiliki reflex menelan, lidah lebih mengarah ke belakang Acromegaly: penebalan rahang, struktur jaringan lunak wajah

Pemeriksaan fisik Semua hal yang menyebabkan terbatasnya gerakan leher Jaringan parut akibat pembedahan didaerah leher atau luka bakar Trauma, terutama daerah leher dan kepala Obstruksi : tumor, benda asing, kehamilan,dll

Pierre Robin Syndrome Klippel-Fiel Syndrome rahang kecil, tidak memiliki reflex menelan, lidah lebih mengarah ke belakang Leher pendek, vertebra servikal kurang dari 7, vertebra servikal menyatu.

Klasifikasi Mallampati

Sniffing Position

Intubasi

Langkah Intubasi Preoksigenasi pasien dengan oksigen 100% Pegang laringoskop pada tangan kiri, buka mulut pasien, lalu masukkan laringoskop melalui sudut kanan bibir, lalu pindahkan ke arah tengah sambil mendorong lidah ke arah kiri. Angkat blade, dengan arah tegak lurus, hingga terlihat faring posterior. Identifikasi epiglotis, lalu letakkan ujung blade pada valecula, dan angkat sesuai aksis gagang. Identifikasi trakea, kartilago aritenoid dan pita suara. Masukkan tube sepanjang blade ke dalam trakea hingga 2 s/d 3 cm melewati pita suara. Kembungkan cuff.

VENTILASI Satu Penolong Dua Penolong

Pemasangan endotrakeal tube (ETT) Keuntungan : Indikasi pemasangan ETT: • Terpeliharanya jalan nafas Henti jantung • Dpt memberi oksigen dg konsentrasi tinggi Korban sadar tdk mampu bernafas dg baik c/ edema paru • Menjamin tercapainya volume tidal yg diinginkan Perrlindungan jalan nafas tdk memadai c/koma • Mencegah terjadinya aspirasi Penolong tdk mampu memberikan bantuan nafas dg cara konvensional • Mempermudah penghisapan lendir dr trakea • Merupakan jalur masuk beberapa obat resusitasi

1. Dengan jarum (needle cricothyroidotomy) 2. Surgikal oleh dokter Airway Definitif (lanjut…) Tidak berhasil intubasi trachea Kriko-Tiroidotomi 1. Dengan jarum (needle cricothyroidotomy) 2. Surgikal oleh dokter Kriko-tirotomi dengan jarum: • Ditusuk lewat membran krikotiroidea • Sambungkan oksigen 1 detik ditutup, 4 detik buka • Hanya selama 30-45 menit

Airway Definitif Kriko-Tiroidotomi Kartilago tiroid Membrana Kartilago krikoid Trakea

Airway Definitif Krikotirotomi - Jarum • Ditusukkan lewat membran kriko-tiroidea. • Sambungkan oksigen : 1 detik tutup, 4 detik buka • Hanya selama 30-45 menit

Breathing Ventilasi Tambahan : Bag Valve & Mask Mulut Ke Mulut Mulut Ke Mask Ventilator

Breathing Ventilator • Bisa secara non-invasive (tanpa intubasi) • Bisa secara invasive (terintubasi)

Simpel Mask (6 – 8 Lt/Mnt) Reabring Mask ( 9 – 12 Lt/ Mnt) Breathing PEMBERIAN OKSIGEN Konsentrasi Rendah Nasal Kanul (1-5 Lt/mnt) Sistem Aliran Rendah Simpel Mask (6 – 8 Lt/Mnt) Reabring Mask ( 9 – 12 Lt/ Mnt) Non Rebriting Mask (9 – 12 Lt/ Mnt) Konsentrasi Tinggi O2 Konsentrasi Rendah Venturi Mask (24 % - 50%) Sistem Aliran Tinggi Ambu Bag (12 – 15 Lt/Mnt) Konsentrasi Tinggi Ventilator (24 – 100 % O2)

TERIMA KASIH