Cut Dhora Narenza Ratu Fania Prattydina Mulya Thambak Isna Dianti Fauzatun Rahmi Shibghatullah Kaoy.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Bab 7 SISTEM PERNAPASAN XI IPA 1 Oleh kelompok 2: Anggari Kirana Dewi
Advertisements

Standar kompetensi & kompetensi dasar
Benda asing di THT-KL.
K EPERAWATAN M EDIKAL B EDAH A SUHAN K EPERAWATAN K ARSINOMA L ARING Kelompok 15: Aufar Anthasyari Hermi.
1. FRANKY MARTION(17) 2. MIM JAZULI(25) 3. OKI RISKI KARLISNA(31) 4. RONALD GUNTORO(35) 5. UMMUL AMANIA SARI(38) 6. YOGA ARFYAN(41) INDERA PENCIUMAN.
Susunan respirasi. Gambaran anatomi sistem pernafasan
SISTIM PERNAFASAN. SISTIM PERNAFASAN Tujuan pembelajaran: Menjelaskan struktur dan fungsi kavitas nasalis dan faring Menjelaskan struktur laring dan.
MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISTEM PERNAFASAN MANUSIA
SISTEM SARAF.
SISTEM RESPIRASI drh. Handayu Untari.
Proses menelan makanan atau minuman pada manusia
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
Hidung dan Sinus paranasal
ASKEP OMK (OTITIS MEDIA KRONIK)
Saluran nafas atas.
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
Anatomi tubuh manusia.
ADAPTASI FISIOLOGI PERSALINAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
CARA PEMERIKSAAN GIGI GELIGI
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
MENU Istilah Lazim dalam Anatomi dan Fisiologi Struktur Tubuh Manusia
RESUSITASI JANTUNG PARU
Rangka manusia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : a
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
Cavum Oris Fidya, DRG., MSI..
Infeksi Leher Bagian Dalam
ANFIS THT BAGONG PRIYANTONO S.Kep.Ns.
Pemeriksaan Fisik Sesuai Sistematika Tubuh
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Ada 2 jenis cegukan, yaitu :
Akper Pemkab Cianjur tahun 2015
DIFTERIa.
ANATOMI DAN FISIOLOGI.
pada kepala, mata, hidung dan kulit.
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Membuka jalan napas dengan alat (OPA) atau tanpa alat
PBL gangguan pendengaran
Mata dan Telinga Drh, desmeri heppy.
PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI
FISIOLOGI Sistem Stomatognatik
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
TRAKEOTOMI DAN SUMBATAN JALAN NAPAS ATAS
KOMPLIKASI DAN PENYULIt KALA ii
Adiatus laringis dan glotis.
Pemeriksaan Fisik Head And Neck
ANATOMI SISTEM RESPIRASI Oleh : dr. Neni Destriana.
TUGAS PATOLOGI DIFTERI.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
Nama Kelompok : Albert B M Alberthus Andre K Anthony David V G Edwin.
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014.
Sistem pencernaan manusia adalah proses perubahan atau pemecahan zat makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan menggunakan.
ANATOMI FISIOLOGI FARING & LARING.
Pemeriksaan Telinga Hidung dan Tenggorok
Noviani. Identitas Pasien  Nama: An RAZ  Umur: 5 tahun  Jenis Kelamin: Perempuan  Alamat: Gampong Asan  Agama: Islam  Nomor RM: 248xxx  Tanggal.
TUJUAN PEMBELAJARAN Jenis-jenis Pernapasan Penyakit atau Gangguan pada Sistem Pernapasan Mekanisme Pernapasan Struktur Organ Pernapasan Fase Pernapasan.
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
Pemeriksaan Fisik Oleh Zaenal Arifin.
PEMBIMBING : Zaenal Arifin, S.Kep.Ns, M.Kes
ANATOMI SISTEM RESPIRASI 1. BERLIAN RUSTANTINA ( ) 2. RISNA DARA ANDITA ( ) 3. OKTAVIAN ABDI ESA ( )
Dipresentasikan oleh Enggar. Anatomi adalah: ilmu urai atau ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh dan hubungan bagian yang satu dengan yang lain.
Transcript presentasi:

Cut Dhora Narenza Ratu Fania Prattydina Mulya Thambak Isna Dianti Fauzatun Rahmi Shibghatullah Kaoy

 Keadaan dan bentuk daun telinga Keadaan normal  Pada keadaam normal daun telinga berukuran : 1. tinggi : lebih kurang 6,5 cm 2. lebarnya : 50-60% dari tingginya

CONTOH KELAINAN DAUN TELINGA  Mikrotia  Makrotia

PEMERIKSAAN DENGAN MENGUNAKAN OTOSKOPI  Pada saat pemeriksaan daun telinga harus di tarik ke belakang atas (dewasa) atau ke belakang bawah (anak- anak) dan pencahayannya harus bagus  Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat liang telinga dan membran timpani

KEADAAN LIANG TELINGA  Pada keadaan normal di liang telinga hanya terdapat serumen dengan ukuran kecil dengan warna dindingnya sama seperti warna kulit.  Pada keadaan tidak normal dapat di jumpai tanda-tanda peradangan,nanah berdarah,benda asing,bisul,eksotouse(tonjlan tulang keliang telinga) dan sebagainya.

MEMBRAN TIMPANI  pada keadaan normal membrana timpani : 1. warna : putih mutiara 2. Bentuk : berbentuk seperti kerucut dengan umbo (puncaknya) mengarah ke cavum timpani 3. Reflek cahaya : mengarah ke pukul 7 (telinga kiri) atau pukul 5 (telinga kanan) Reflek cahaya

CONTOH KELAINAN MEMBRAN TIMPANI Perforasi membran timpani Otitis media akut

PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM HIDUNG  Spekulum hidung dapat digunakan dengan memengan badian bwah spekulum degan jari ke3-5 dan ibu jari memengan bagian atas spekulum  jari telunjuk menyentuh bagain tepi hidung pasien  Spekulum dimasukkan ke dalam lubang hidung dan membukan lubang hidung berlahan dan pelan  Pada saat mengeluaraknnya spekulum dalam keadaan terbuka  Dengan menggunakan spekulum dapat melihat vestiblum nasi, konka nasi, septum nasi serta meatus nasi inferior dan media

VESTIBULUM NASI  Pada keadaan normal pada vestibulum nasi dapat di jumapai bulu hidung dan kelenjar seacea dengan warna pink kemerahan  Pada saat pemeriksaan perhatikan ada tidaknya krusta,sekret,radang dan lainnya

CONTOH KELAINAN VESTIBULM NASI Nasal vestibulitis

KAVUM NASI  Perhatikan a. septum nasi : dengan gambaran yang tidak terlalu lurus atau aak bengkok dengan warna pink kemerahan. b. konka nasi : pada pemerikasaan hayan tampak konka nasi inferior dan media dengan warna pink kemerahan c. Meatus nasi : pada peneriksaanhanya tampakmeatus nasi inferior dan media meatus nasi terletak di antara konka. Pada saat pemeriksaan kita haris memperhatikan ada tidaknya pembengkakan,sekre(serouse,mu cous pus),darah,arofi,hipertrofi dan lainnya Septu m nasi Konka nasi Meatus nasi

CONTOH KELAINAN PADA CAVUM NASI POLIP NASITHE NOSE IS IMFLAMED, SWOLLEN AND COVERED IN PURULENT EXUDATE

PEMERIKSAAN RONGGA MULUT  Perhatikan : ronggan nulut : normalnya berwarna pink kemerahan dan lembab.

 Kavum Oris Batas Anterior : Bibir Posterior : Arkus anterior Inferior : Dasar mulut Superior : Palatum molle & palatum durum

 Batas kavum oris dan orofaring disebut Ismus fausium, yang dibatasi: Lateral: lengkungan arkus anterior Inferior: pangkal lidah Medial: uvula, sll menunjuk vertikal ke bawah

MULUT Inspkesi :  Ptialismus, trismus  Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)  Mukosa dan ginggiva, misalkan adanya ulkus sinusitis maksilaris (caries gigi P1, P2, M1, M2) atas atau trimus yang disebabkan gigi M3 bawah yang letaknya miring  Lidah : Parese N. XII, atrofi, aftae, tumor malignan alveolaris bengkak oleh karena radang tumor sinus maksilaris Palpasi :  jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinoma) Perkusi :  Pada gigi dan geraham, terasa sakit bila ada radang

 Menonjol dari fossa tonsilaris  Di muka dibatasi arkus palatoglossus (arkus anterior)  Di blkg dibatasi arkus palatofaring ( arkus posterior) Stadium pada pembesaran tonsil:

 Pada dinding blkg dijumpai jar.limfoid disebut granul “Lateral band”  Di bag.lateral mrpkn bag.dari lingkaran Waldayer yang tdd adenoid, tonsila palatina, lateral band dan tonsila lingualis. Epifaring (nasofaring)  FaringMesofaring (orofaring) Hipofaring (faringofaring)

TONSIL DAN FARING Mulut buka lebar – lebar lidah ditarik ke dalam, dilunakkan, lidah ditekan ke bawah, di bagian medial.  Penderita disuruh bernapas  Tidak boleh menahan napas  Tidak boleh napas keras – keras  Tidak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”  Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole bawah tonsil.

TONSIL DAN FARING Memakai dua spatula lidah, satu diletakkan di atas lidah (paramedian) dan yang lain ditekankan di arcus anterior dengan posisi tegak Tonsil terdorong pus yang berada di fossa peritonsil, sehingga terdorong ke inferior, medial, anterioor sehingga tampak seperti membesar

TONSIL DAN FARING a. Memeriksa besar tonsil  Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :  T0 : tonsil di dalam fossa tonsil / telah diangkat  T1: bila besarnya 1/4 jarak arcus anterior & uvula  T2: bila besarnya 2/4 jarak arcus anterior & uvula  T3: bila besarnya 3/4 jarak arcus anterior & uvula  T4: bila besarnya mencapai uvula / lebih b. Memeriksa mobilitas tonsil Digunakan 2 spatula  Spatula 1 : posisi sama dengan di atas  Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari arcus anterior Pada tumor tonsil : fiksasi Pada tonsilitis kronik : mobile dan sakit c. Memeriksa patologi dari tonsil dan palatum molle  Perhatikan anatominya  Perhatikan patologinya

TONSIL DAN FARING Tonsilitis akut  semua merah, titik – titik putih pada tonsil Tonsilitis kronik  arcus anterior merah Aftae  ditekan sakit Abces peritonsil  isthmus fausium kecil  tonsil terdesak ke medial  sekitar tonsil merah & oedem  Uvula terdesak heterolateral oedematus Difteri  pseudomembran warna kotor, hemoragic, ada yang di luar batas tonsil  mukosa normal, bull neck, usap tenggorok Plaut Vincent  ulkus seluruh tonsil, monolateral, febris, perlu usap tenggorok Radang spesifik  tuberkulosa Tumor benigna  keras, fiksasi tonsil Sikatriks  akibat tonsilektomi, incisi abces peritonsil Korpus alineum  duri ikan, tulang

TONSIL DAN FARING

Stadium pada pembesaran tonsil:

TONSIL DAN FARING d. Memeriksa patologi faring :  Faringitis akut  sangat merah  Faringitis kronik  hanya granule merah  Aftae, difteri, ulkus sifilis, sikatriks, korpus alineum e. Memeriksa paresis/paralisis palatum molle :  Normal  waktu istirahat: - uvula menunjuk ke bawah - konkavitas palatum molle simetris  Ucapkan “aa, ee”: bergerak – gerak tetap simetris  Paresis bilateral  Waktu istirahat: seperti normal  Ucapkan “aa, ee”: seperti normal  “eee”: mungkin uvula sedikit bergerak

TONSIL DAN FARING  Paresis unilateral  Waktu istirahat : seperti normal  Ucapkan “aa, ee” : palatum molle terangkat ke arah yang sehat, uvula miring, menunjuk ke arah sehat, konkavitas, tak simetris Kondisi di atas dapat karena tumor nasofaring atau parese N. X f.Memeriksa paresis faring  Normal: bila disentuh sensitif, dijumpai refleks muntah  Paresis Bilateral:  Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak sensitif dan reflek muntah hilang  Paresis unilateral  Bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring yang sehat)

Pemeriksaan laring terdiri atas :  Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi  laringoskopia inderecta dengan cermin laring  laringoskopia directa dengan laringoskop kaku, laringoskop fiber optik atau mikroskop  pemeriksaan kelenjar leher  pemeriksaan X-foto rontgen

Inspeksi  diperhatikan warna dan keutuhan kulit, serta benjolan yang ada pada daerah leher disekitar laring. Suatu benjolan yang mengikuti gerakan laring adalah struma dan kista duktus tireoglossus. Palpasi berguna untuk :  mengenal bagian – bagian dari kerangka laring (kartilago hyoid, kartilago krikoid) dan gelang – gelang trakea  Apakah ada oedem, struma, kista metastase. Susunan yang abnormal dijumpai pada fraktur dan dislokasi.  Laring yang normal, mudah sekali digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh tangan pemeriksa LARING

Laringoskopia Inderekta Maksudnya adalah melihat laring secara tidak langsung dengan cara menempatkan cermin didalam faring dan cermin tersebut disinari dengan cahaya. Bayangan laring pada cermin terlihat dari sinar yang dipantulkan. Syarat – syarat yang harus dipenuhi :  Harus ada jalan yang lebar buat cahaya yang dipantulkan oleh cermin dari faring ke laring. Untuk keperluan itu maka lidah harus dikeluarkan, sehingga radix linguae yang menutup jalan itu bergerak ke ventral.  Harus ada tempat yang luas buat cermin, dan cermin tak boleh ditutup oleh uvula. Untuk keperluan itu penderita disuruh bernapas dari mulut. Dengan demikian uvula bergerak dengan sendirinya keatas dan menutup jalan ke nasofaring.

Alat – alat :  Cermin laringoskop yang besar, lampu spiritus, larutan tetrakain buat faring yang sensitif, kain kassa yang dilipat Tahap – tahap pemeriksaan :  Memeriksa radix linguae, epiglotis dan sekitarnya  Memeriksa lumen laring dan rima glotidis  Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotidis

Pelaksanaan :  Anestesi faring dengan tetrakain. Pada umumnya anestesi ini tidak diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat sensitif. Pemeriksaan dapat dimulai kira – kira 10 menit setelah disemprotkan larutan tetrakain.  Mulut harus dibuka lebar – lebar, harus bernapas dari mulut  Penderita diminta menjulurkan lidah panjang – panjang. Bagian lidah yang diluar mulut :  Dibungkus dengan kain kassa, kita pegang dengan tangan kiri, jari I di atas lidah, jari III di bawah lidah dan jari II menekan pipi.  Dipegang dengan tenaga yang optimal. Lebih keras dari itu menyebabkan penderita merasa sakit, bila lebih lunak lidah akan terlepas

Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil arah cermin ke bawah. Cermin dipanasi (lebih sedikit dari 37ºC), supaya nanti tidak menjadi kabur. Alat semprot obat anestesi lokal

LARING Panas cermin dikontrol pada lengan bawah kiri pemeriksa. Cermin dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula. Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung cermin, cermin disinari.

LARING

Untuk pemeriksaan laringoskopia inderekta kepala penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu :  Posisi tegak (a)  Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior (b)  Posisi Turck’s lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior (c) Tahap I : Radix lingue, epiglotis dan sekitarnya  Kelihatan gambar dri radix linguae, epiglotis yang menutup introitus laringitis, plica glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan.  Perhatikan anatominya  Perhatikan patologinya : oedem dari epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum  Facies psoterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir tahap 3  Perhatikan : warna, aftae, ulkus LARING

 Untuk keperluan ini penderita disuruh menngucapkan huruf “iii” yang panjang dan yang tinggi.  Akibat mengucapkan huruf “iii” yang tinggi itu, ialah laring ditarik ke atas dan ke muka  Dalam gerakan ke atas dan ke muka itu, ikut pula serta epiglotis  Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea  Korda vokalis bergerak ke garis median.

Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya Perhatikan anatomi laring, berupa :  Epiglotis dan pinggirnya  Aritenoid kiri dan kanan  Plika ari-epiglotika kiri dan kanan sinus piriformis kiri dan kanan  Dinding posterior dan dinding lateral faring  Plika ventrikularis kiri dan kanan  Komisura anterior dan posterior  Korda vokalis kiri dan kanan

Radang  Laringitis akut (semua merah)  Laringitis kronik (sedikit merah atau yang merah hanya korda vokalis saja) Ulkus  Laringitis TBC berupa erosi-ulkus pada komisura posterior dan erosi-ulkus pada korda vokalis  Epiglotis berupa oedem, infiltrat, ulkus, amputasi  Karsinoma Oedem  Radang, alergi, tumor Cairan  Sputum hemorrhagic dijumpai pada TBC, keganasan  Tumpukan saliva di sinus pyriformis Tumor  Benigna (papiloma, polip, nodul, kista)  Maligna-karsinoma

Perhatikan gerakan dari korda vokalis kiri-kanan normal, simetris, tidak bererak (parese) unilateral atau bilateral Kausa paralisa, antara lain :  Kelainan syaraf otak  Di leher : tumor colli, operasi struma  Dalam toraks : karsinoma paru, TBC paru, aneurisma  Jantung  Corbovinum, perikarditis, mitral insufisiensi stenosis  Nefritis, diabetes  Fiksasi dari aritenoid  Misalnya karsinoma aritenoid

Tahap 3 : melihat trakea  Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi  Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis, sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu belum ada adduksi yang komplit, atau di waktu permulaan abduksi.  Perhatikan anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio subglotik, oedem, tumor Kesalahan-kesalahan yang lazim dibuat dokter a. Lidah penderita ditarik keluar sehingga frenulum linguae mungkin terjepit antara incisivus inferior kanan dan kiri. Kalau terasa sakit maka tangan kita akan ditolak oleh penderita b. Lidah dipegang terlalu keras dapat menimbulkan rasa sakit, akibatnya penderita menarik lidahnya ke dalam mulut, atau tangan dokter ditolak c. Cermin dapat menimbulkan reflek muntah, kalau menyentuh faring. Kalau cermin terlalu panas, uvula terasa sakit, penderita akan memukul tangan dokter atau kepalanya diputar.

Laringiskopa direkta Tujuan:  Melihat laring secara langsung tanpa cermin tetapi dengan perantaraaan alat yang disebut laringoskop Laringoskop yang digunakan dapat berupa : a. Laringoskop kaku yaitu :  Endoskop model brunings, Jackson, Mc. Intosh, Mc. Gill.  Sumber cahaya Brunings proximal, Jackson distal Teknik :  Penderita ditidurkan terlentang di atas meja periksa  Pemeriksaan baru dapat dimulai kira-kira 10menit setelah ke dalam faring dan laring diteteskan tetrakain 1% (masing-masing 10 tetes)  Pipa dimasukkan sampai ke dalam introitus laringitis  Memperhatikan gambar laring seperti pada laringoskopi indirekta b. Laringoskop fiber c. Mikrolaringoskop dnegan memakai mikroskop Perhatikan :  Penderita berbaring, posis kepala di depan pemeriksa  Bagian kanan penderita adalah juga bagian kanan pemeriksa

Pemeriksaan Kelenjar Leher Kelenjar leher pada umunya baru teraba apabila ada pembesaran lebih dari 1cm. Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa berada di penderita dan dilakukan secara sistematis/berurutan dimulai dari submental berlanjut ke arah angulus mandibula, sepanjang muskulus sternokleidomastoid, klavikula dan diteruskan sepanjang saraf accesorius. X-foto Rontgen indikasi untuk membuat x-foto :  Fraktura laring  Karsinoma laring :  Untuk melihat passage yang masih ada  Untuk melihat luasnya tumor

 Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Halaman 1-9. Edisi ketujuh. Penerbit FKUI.  Teknik pemeriksaan telinga hidung dan tenggorok oleh dokter sri rupmini, sp.tht, dan sri herawati sp.tht. Catatan pertama tahun penerbit EGC.  Atlas berwarna teknik pemeriksaan kelainan telinga hidung tenggorok. Tahun penerbit EGC.