Menangkal persebaran berita palsu (pendekatan teori intervensi sosial) Sebastian Partogi S.Psi Reporter dan copywriter The Jakarta Post

Analisis permasalahan (Tapsell, 2018) Faktor makro: Pemanfaatan perputaran berita palsu oleh elit yang ingin merebut kekuasaan dengan cara memecah-belah massa Pihak penyedia jasa algoritma dan penyedia bahan dengan modal besar dan bisa dibayar (Kasus Indonesia): Trauma dengan rezim totaliter menggerus rasa percaya warga terhadap pihak berwenang Sistem pendidikan yang buruk (tidak dibekali kemampuan berpikir kritis atau melek media)

Analisis permasalahan (Tapsell, 2018;Panggabean, 2004) Faktor mezzo Budaya Indonesia (Melayu pada umumnya?) senang ngerumpi, menyuburkan tumbuhkan kelompok-kelompok WhatsApp yang begitu ramai Budaya kolektivistik mendorong pribadi untuk segera menyebarkan informasi dengan secepat kilat tanpa terlebih dahulu memeriksa kebenarannya, buru-buru meneruskan pesan hanya supaya ‘tidak ketinggalan’ saja Rendahnya budaya literasi pada umumnya

Analisis permalasahan Faktor mikro: Rendahnya kebiasaan membaca, kemampuan berpikir kritis dan melek media pada kebanyakan individu (yang tentu sangat dipengaruhi faktor-faktor makro dan mezzo yang sudah disebut di atas)

Intervensi sosial Tataran makro: Mendorong sanksi keras pada orang-orang yang mengedarkan informasi menyesatkan di muka umum untuk menimbulkan efek jera Mendorong revisi kurikulum nasional, dengan memasukkan lebih banyak aspek berpikir kritis dalam pembelajaran serta pendidikan melek media pada anak sejak usia dini

Intervensi sosial Tataran mezzo: Melakukan intervensi berbasis budaya ke komunitas-komunitas, menganjurkan anggota komunitas untuk memeriksa terlebih dahulu kebenaran dari sebuah berita sebelum terburu-buru menyebarkannya Menciptakan jejaring dan pembauran yang lebih dekat di antara kontributor media daerah dengan komunitas mereka dimana para kontributor media ini bisa berperan sebagai sumber berita yang terpercaya dan penangkal berita palsu

Intervensi sosial Tataran mikro: Orangtua diharapkan mengajak anak mereka – pada usia sedini mungkin – bersama-sama menonton atau membaca berita dari sumber terpercaya lantas mendiskusikan isi berita tersebut dan bagaimana bias media tersebut turut mempengaruhi pembingkaian berita tersebut, juga menanamkan kebiasaan membaca agar anak mereka memiliki pengetahuan umum yang luas, dengan demikian menjadi pribadi yang lebih kritis Kalau punya uang, lebih baik kirim anak ke sekolah internasional saja…