Elemen-elemen jurnalistik Elemen berita Pilihan antara kepentingan bisnis dan kepentingan pemberitaan yang berimbang masih menjadi bahan perdebatan besar. Fenomena ini membetot perhatian sejumlah wartawan idealis untuk lebih memilih menjadi penulis lepas atau freelance dari pada bergabung dalam sebuah institusi atau organisasi media. Karena konsekuensinya, wartawan tak lagi memiliki kebebasan dalam mempertahankan keberpihakannya terhadap suatu masalah yang berkembang, khususnya menyangkut kepentingan masyarakat, bukan penguasa.
Komunikator pada komunikasi massa, seperti wartawan media cetak atau penyiar televisi, dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya memeng tidak bertindak atas nama individu, tetapi atas nama lembaga dan sejalan dengan kebijaksanaan surat kabar atau televisi yang diwakilinya, sehingga kebebasannya dalam membuat sebuah laporan jurnalistik merupakan kebebasan yang terbatasi. Tak heran, jika wartawan idealis yang memutuskan menjadi wartawan freelance merasa bahwa dengan bersikap seperti itu bebas dari kepentingan bisnis ataupun bisa melahirkan idealismenya.
10 elemen jurnalisme oleh bil kovach dan tom rosentiel 1.Kebenaran Kebenaran dalam jurnalisme tidak bersifat mutlak. Apa yang dianggap kebenaran senantiasa bisa direvisi. Contoh : polisi melacak dan menangkap tersangka berdasarkan kebenaran fungsional; hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan kebenaran fungsional; dosen mengajarkan dasar- dasar jurnalistik kepada mahasiswa adalah kebenaran fungsional. Sesorang terdakwa bisa dibebaskan karena tak terbukti bersalah. Hakim bisa keliru. Materi kuliah bisa salah.
Dengan demikian, kebenaran dalam jurnalistik bukan kebenaran dalam tataran filosofis, melainkan kebenaran dalam tataran fungsional. Misalnya : orang membutuhkan informasi lalu lintas agar bisa mengambil rute yang lancar. Orang butuh informasi harga, informasi kurs mata uang, ramalan cuaca, hasil pertandingan bola, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhannya dan untuk mengambil keputusan. Bagi kovach dan rosentiel, kebenaran yang diberitakan media dibentuk lapisan demi lapisan. Contohnya peritwa tabrakan lalu lintas hari pertama beritanya diaman lokasi dan jam berapa hari kedua dikoreksi oleh polisi dan korban tenta apa yang diberitakan. Hari ketiga ditambah opini pembaca.
Kebenaran dalam jurnalisme dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Ibarat stalagmit, tetes demi tetes kebenaran itu membentuk stalagmit yang besar, makan waktu, dan berproses. Tapi dari kebenaran yang dibentuk berhari-hari ini pula terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap. Terkait dengan penjelasan mengenai elemen kebenaran, kita bisa melihat kasus nazarudin, mantan bendahara umum partai demokrat. Nazarudin sempat menjadi buronan interpol lantaran berhasil kabur sejak 23 mei 2011 silam. Menurut KPK, Nazarudin didindikasikan terlibat dalam 35 kasus korupsi senilai Rp. 6,307 triliun.
Satu pun dari pihak aparat penegak hukum maupun media massa Indonesia yang bisa mengetahui keberadaannya secara pasti saat itu. Sebelum berhasil ditangkap di Kolombia, Nazarudin beberapa kali mengeluarkan sejumlah pernyataan yang tergolong mengejutkan khalayak dari tempat persembunyiannya. Sejumlah nama public figure yang terlibat dalam skandal korupsi yang juga melibatkan dirinya. Dengan menggunakan media komunikasi, Nazarudin bisa menyampaikan pernyataan-pernyataan tersebut untuk dipublikasikan oleh media massa Indonesia. Bahkan sebelum tertangkap ia berhasil skype bersama jurnalis.
Sampai detik inipun, kebenaran yang mungkin dibuka oleh media massa masih dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Tapi dari kebenaran yang berusaha dibentuk hari demi hari ini nantinya akan membentuk sebuah bangunan kebenaran yang lebih lengkap dan terang benderang. Meski sejumlah pengamat dan sebagian masyarakat Indonesia menyangsikan hal tersebut, setidaknya media massa terutama wartawan yang berada di bawah lembaga berusaha menjalankan elemen ini.
Loyalitas kepada warga Patut dikhawatirkan jika jumlah wartawan yang mengurusi bisnis kian lama kian bertambah. Hal ini bisa mengaburkan misi media dalam melayani kepentingan masyarakat. Patut diingat bahwa bisnis media berbeda dengan bisnis-bisnis lainnya. Dalam bisnis media ada segitiga. Sisi pertama adalah pembaca, pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi ketiga adalah masyarakat. Dalam bisnis media, pemirsa, pendengar atau pembaca bukanlah pelanggan. Kebanyakan media, televisi, radio atau online memberikan media gratis.
Pilihan antara kepentingan bisnis dan kepentingan pemberitaan yang berimbang memang masih menjadi bahan perdebatan di kalangan pekerja jurnalistik. Hal inilah yang kemudian mendorong sebagian pekerja jurnalistik yang bekerja dalam suatu lembaga media massa memilih menjadi jurnalis freelance. Pergulatan antara idealisme sebuah media dan kepentingan praktis pemilik media massa akan berjalan terus. Disinilah sikap profesionalisme pekerja jurnalistik berperan dalam menghadapi pihak pemilik media massa. Mereka harus mampu memberikan argumentasi intelektual untuk mencegah campur tangan kepentingan bisnis pemilik media massa.
Media masa yang memiliki nama besar meski pemiliknya adalah pihak swasta harus dijalankan secara progesional, apalagi di dalamnya terdapat sejumlah jurnalis senior yang setia terhadap sikap profesionalitasnya. Banyak jurnalis progesional di dalam media mampu menyeimbangkan kepentingan para pembaca dan stake holder secara keseluruhan sehingga intervensi itu tetap dibatasi. Makin banyak benturan dialami pekerja jurnalistik dengan pemilik media massa, maka media tersebut sebenarnya tengah belajar menjadi dewasa. Kehadiran jurnalis profesional akan memberikan pelajaran penting bagi pemilik media akan pentingya indepensi dalam bekerja.
Disiplin dalam melakukan verifikasi Ini mutlak dimiliki wartawan agar senantiasa disiplin dalam menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru, dan manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Menurut Kovach dan Rosentiel ada 5 konsep yaitu : 1.Jangan menambah atau mengurangi apapun 2.Jangan menipu atau menyesatkan pembaca 3.Bersikaplah transparan dan jujur dalam reportase 4.Bersandarlah pada reportase anda sendiri 5.Bersikaplah rendah hati
Pekerjaan wartawan selain mengandalkan investigasi juga verifikasi. Investigasi adalah suatu teknik pencarian informasi sebanyak-banyaknya melalui penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam. Oleh karena itu pekerjaan wartawan dikatakan “mendekati pekerjaan intelejen atau detektif”. Terkadang, berkesan seperti melakukan penyelidikan atau pengusutan yang berangkat dari kasus lama. Investigasi bertujuan untuk mencari kebenaran atau menemukan fakta-fakta baru di lapangan berkaitan dengan kasus lama tersebut. Investigasi tak hanya dikenal pula dalam kegiatan jurnalistik, tapi juga kegiatan penelitian.
Tugas 1. Sebut dan jelaskan fungsi-fungsi jurnalistik yang tidak dijalankan oleh media cetak ataupun media elektronik saat ini? Berikan contohnya dan media mana yang anda maksud? 2. Sebutkan perbedaan majalah dan tabloid 3. Apa saja kelebihan yang melekat pada televisi hingga menyebabkan media ini paling populer di kalangan masyarakat? 4. Mungkinkah kehadiran media online bisa menggeser media cetak dan media elektronik? Bagaimana opini anda?