ASAS – ASAS KOMUNIKASI MANUSIA MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel Antonio Parulian, S.Psi, M.I.Kom
GUNUNG ES KOMUNIKASI [yang terlihat & tak terlihat dari komunikasi manusia] Proses komunikasi sederhana muncul melalui tahapan: pesan dikirim pesan diterima orang bersikap sesuai dengan pesan yang diterima. Kasus-kasus komunikasi manusia, aspek-aspek proses yang dapat dengan mudah diamati hanya ada di puncak gunung es komunikasi.
GUNUNG ES KOMUNIKASI
ASPEK-ASPEK YANG TERLIHAT DARI KOMUNIKASI Tiga komponen penting dari proses saat kita mengamati komunikasi yang sedang berlangsung: Orang Simbol Media
Orang Individu sebagai pengirim dan penerima pesan. Baik individu yang berbicara kepada orang lain, kelompok, organisasi, maupun yang membentuk tulisan atau bentuk ciptaan pengiriman pesan. Selain itu individu yang merupakan penerima pesan, baik pendengar, pembaca, pengamat yang terlibat dalam situasi komunikasi.
Simbol (1) Definisi simbol – karakter, huruf, angka, kata-kata, benda, orang, atau tindakan yang berfungsi mewakili sesuatu selain simbol itu sendiri. Simbol = sifat sosial kita. Produksi, pengiriman dan penerimaan pesan penting dalam kehidupan sosial bagi banyak makhluk hidup. Mereka semua berkomunikasi dalam berbagai bentuk untuk beradaptasi, dan untuk kelangsungan hidupnya.
Simbol (2) Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berkomunikasi yang unik. Kita dapat menggunakan simbol & bahasa simbolis, yang membuat manusia menonjol dari makhluk hidup yang lain. Maksud dari bahwa manusia dapat menciptakan dan menggunakan bahasa simbolis adalah: penggunaan bahasa.
Simbol (3) Definisi bahasa dalam arti yang paling umum, adalah seperangkat karakter atau elemen yang dalam penggunaannya memiliki aturan & hubungan satu sama lain. Contoh: berbagai macam jenis bahasa asing, kode morse, huruf braille, kode genetik, bahasa komputer. Melalui bahasa kita menyusun & mengirim kode dari satu titik ke titik lainnya dengan menggunakan satu atau lebih cara komunikasi.
Simbol (4) Cara komunikasi tersebut antara lain: pembicaraan lisan, kode bahasa & bunyi melalui mode pendengaran serta tulisan atau bahasa dengan mode visual/gambar. Huruf dan kata adalah elemen yang paling jelas dalam bahasa simbolik. Kata-kata digolongkan menjadi simbol karena mewakili benda, ide, hubungan, orang, tempat, dan perasaan.
Simbol (5) Simbol yang berbentuk kata-kata dalam suatu bahasa mewakili konsep. Individu dimasyarakat harus belajar tentang kata-kata yang mewakili sesuatu. Contoh kata: “Jendela” Jendela adalah kaca yang terpasang ditengah-tengah dinding, namun kita tetap menggunakan kata “Jendela” walaupun bukan terdiri dari bahan kaca, berbeda ukurannya, buram/bening, dll. Perlu diingat bahwa simbol itu dapat memiliki lebih dari satu rujukan.
Teknologi Suara, sentuhan, sensasi atau bau secara efektif dapat membuat hewan berhubungan dengan sesamanya & dengan lingkungannya. Setelah pesan itu tersampaikan, tidak meninggalkan jejak. Pada beberapa hewan, ada yang harus berada dalam jarak penglihatan atau pendengaran untuk menanggapi pesan. Tanpa menggunakan penglihatan atau pendengaran, hewan mungkin dapat menanggapi pesan melalui isyarat penciuman. Namun isyarat penciuman digunakan untuk menandai wilayah & memberikan jejak, dan umumnya cepat hilang.
Teknologi [Permanen & Portabilitas] (1) Melalui penggunaan teknologi, simbol dapat memiliki ketetapan dan makna yang terpisah dari situasi yang pada awalnya simbol-simbol itu digunakan. Misalnya, informasi yang disajikan dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada teman, buku, puisi, rumus ilmiah, rencana pembangunan, atau tanda-tanda dijalan raya yang bersifat tidaklah sementara. Pesan-pesan tersebut memiliki keberadaan dan penggunaan yang hampir tiada akhir. Tetapi pesan-pesan itu dibatasi oleh kemampuan manusiawi kita untuk melestarikan materi fisiknya dimana mereka direkam.
Teknologi [Permanen & Portabilitas] (2) Teknologi memungkinkan kita untuk mengumpulkan & mengirimkan informasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teknologi memungkinkan kita untuk “menjembatani” atau “mengikat” waktu. Cara yang digunakan dengan: menggunakan rekaman dari masa lalu & membuat pesan hari ini yang akan menjadi bagian dari generasi mendatang. Teknologi komunikasi manusia juga memiliki kapasitas “berpindah-pindah” untuk menjembatani ruang. Benda atau orang yang merujuk pada simbol tertentu tidak perlu hadir agar simbol itu dapat digunakan dalam komunikasi.
Teknologi [Permanen & Portabilitas] (3) Informasi yang dibuat dan dikemas disatu lokasi geografis dapat dikirimkan kepada orang dinegara/dibenua yang lain. Teknologi komunikasi memperpanjang dan memberikan alternatif untuk komunikasi tatap muka, sebagai sarana mengirim dan menerima pesan. Contoh dalam penggunaan telepon seluler, surat elektronik, dan jaringan nirkabel. Media akan terus memainkan peran yang semakin luas dan nyata dalam kegiatan kita.
Aspek Komunikasi yang Tidak Terlihat 10 Aspek komunikasi yang tidak terlihat antara lain: Makna Pembelajaran Subjektivitas Negosiasi Budaya Level dan Konteks Interaksi Referensi Diri Refleksi Diri Etika Keniscayaan
Makna (1) Untuk menggunakan simbol yang sudah kita ciptakan, kita juga harus menciptakan makna dan tanggapan kepada simbol-simbol itu. Karakteristik dari kata dan suara yang diucapkan yang terdiri dari kode simbolik itu hanya berguna bagi mereka yang memahaminya. Contoh: lampu merah dipersimpangan jalan – Warna merah tidak memiliki apapun, ini adalah simbol & maknanya diciptakan melalui adat, kebiasaan & peraturan. Interpretasi warna merah memberikan petunjuk untuk berhenti. Contoh lain: warna bendera NKRI – Merah & putih.
Makna (2) Selain itu kita sebagai manusia, kita tidak hanya mampu membuat peristiwa, tetapi kegunaan dan makna peristiwa itu bagi kita. Kita bisa menciptakan sebuah kontes, berencana, dan berlatih untuk berpartisipasi didalamnya. Selain itu secara sukarela mengarahkan tindakan kita selama kegiatan berlangsung.
Makna (3) Ada pengalaman yang membanggakan dan memuaskan setelah menerima medali & piala – kemudian merefleksikan diri kita sendiri dan pengalaman kita kepada peristiwa itu. Karena kita memiliki kapasitas untuk menciptakan dan menanamkan makna pada orang lain, benda, keadaan yang mengelilingi kita dan kepada diri kita sendiri.
Makna (4) Dalam hal dasar, seperti cara makan juga terkandung makna tertentu. Seperti halnya orang Amerika Utara yang menyukai sapi panggang, tetapi umat Hindu menganggap daging sapi adalah hal yang suci. Bagi orang Arab yang menggunakan tangan kanan untuk makan atau bangsa lain yang menggunakan jari-jari, garpu dan pisau atau sumpit, atau menggunakan tangan kiri. Kesemuanya itu tergantung dari makna yang telah kita ciptakan dan kita lekatkan pada lingkungan hidup kita.
Pembelajaran (1) Saat kita lahir, memiliki kecenderungan merespons pesan. Sentuhan saat menyusui ke mulut bayi yang baru lahir. Sentuhan itu adalah isyarat yang memicu respons reflek menghisap yang diperlukan untuk makan. Contoh lain: ketika kita menempatkan jari-jari kita diatas kompor panas & dalam sekejap tangan kita akan kita tarik kembali. Tanggapan ini terjadi secara otomatis. Hal reflek demikian sebagai peristiwa memproses informasi yang bersifat non-simbolik, karena tidak melibatkan proses pembelajaran simbol.
Pembelajaran (2) Kebanyakan dari pengalaman kita meminta kita untuk memproses pesan bersadarkan makna yang kita pelajari. Sebagai contoh: ketika kita meletakan jari diatas kompor. Kita akan mulai berpikir seputar pengalaman terbakar, seperti mencoba memahami penyebab rasa sakit, menimbang berbagai solusi medis, mengaitkan rasa sakit dengan pengalaman terdahulu, atau berbicara tentang peristiwa jari terbakar kepada orang lain. Berbagai respons berpikir demikian, menandai bahwa kita sedang terlibat dalam peristiwa memproses informasi dengan menggunakan simbol dan makna.
Pembelajaran (3) Perilaku kita bergantung bukan pada faktor keturunan, melainkan lebih kepada makna dan nilai informasi yang kita pelajari untuk kita sematkan kepada simbol tertentu. Seperti kegunaan yang melekat pada bendera kita, perkataan yang diucapkan diantara kenalan atau ekspresi wajah dan gerakan rekan-rekan ditempat kerja. Simbol-simbol dan makna harus dibuat, disepakati dan dipelajari agar berguna untuk berkomunikasi dan mampu menggunakannya dengan tepat.
Subjektivitas (1) Simbol yang kita gunakan dalam komunikasi manusia tidak berarti hal yang sama untuk kita semua. Kita berhubungan dengan sebuah pesan sebagai produk dari pengalaman kita. Tidak akan ada dua orang dari kita dibekali pengalaman yang sama persis. Tidak akan pernah terjadi dua orang diantara kita merujuk makna secara sama persis terhadap berbagai pesan yang ada disekeliling kita.
Subjektivitas (2) Semua dari kita tidak membuat dan menerjemahkan pesan dengan cara yang sama. Bahkan individu yang sama tidak akan pernah melampirkan arti yang sama persis terhadap sebuah pesan tertentu pada titik waktu dan situasi yang berbeda. Aspek subjektif dari komunikasi manusia meluas ke semua jenis simbol (kata, seni, uang, bendera, dsb). Makna-makna yang akan dimiliki sebagiannya akan menjadi pribadi, merefleksikan pengalaman kita pribadi masing-masing.
Subjektivitas (3) Sebagai contoh logo McDonald’s Beberapa individu mengasosiasikan dengan simbol kenyamanan, kecepatan, dan menu yang dapat diperkirakan. Bagi individu yang lain, lengkungan pada logo McD dapat melambangkan gizi buruk, atau pilihan makanan yang terbatas. Selain itu ada kemungkinan lain, yaitu individu tidak memiliki imajinasi lain terhadap logo McD.
Subjektivitas (4) Contoh lain dalam hubungan interpersonal: bahwa sepasang kekasih atau rekan kerja dari kedua negara yang berbeda memiliki interpretasi yang sangat berbeda.
Negosiasi (1) Agar dapat terhubung dengan yang lain secara efektif, maka untuk simbol yang kita gunakan harus klop dengan makna yang dimiliki oleh orang lain. Dalam proses komunikasi, terdapat sebuah proses negosiasi, dimana kita mencocokan makna-makna yang kita miliki dengan yang dimiliki oleh orang lain. Proses negosiasi ini, tidak terlihat seperti saat kita melakukan kontrak kerja.
Negosiasi (2) Proses negosiasi melibatkan individu-individu yang menyesuaikan ulang berbagai pesan yang mereka kirim. Tafsir pesan yang mereka lakukan dalam menerima pesan dari orang lain. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk bisa memahami, menanggulangi, dan beradaptasi terhadap tuntutan & kesempatan.
Budaya (1) Fakta bahwa makna-makna yang dimiliki oleh orang lain, bukanlah sebuah kecelakaan & bukanlah hasil dari negosiasi sederhana. Kita dipengaruhi oleh partisipasi kita didalam sebuah grup, organisasi dan masyarakat. Melalui partisipasi ini membentuk kesamaan umum dalam hal pengalaman budaya bersama orang lain melalui komunikasi sosial.
Budaya (2) Simbol-simbol kita beserta maknanya menjadi milik bersama yang terstandarisasi antar-subjektif dan meraih kualitas objektif untuk digunakan dalam komunikasi. Sehingga simbol-simbol menjadi tampak nyata. Bersama penggunaan yang berlanjut, simbol-simbol berserta makna yang menyertainya menjadi bagian dari lingkungan budaya yang kemudian biasa kita terima begitu saja.
Budaya (3) Melalui komunikasi manusia kita menciptakan budaya umum dan pandangan bersama tentang realitas. Terdapat tahap memahami satu sama lain untuk mengkoordinasikan makna dari simbol-simbol yang kita gunakan. Sehingga semakin kita & orang lain bersama-sama mengembangkan makna umum untuk simbol, semakin baik pula proses komunikasi akan bekerja.
Budaya (4) Ben Shahn mengungkapkan pendapatnya: “Karakteristik novel dan drama, bangunan besar, gambar-gambar kompleks dan makna, melambangkan konsep, prinsip, dan ide-ide besar dalm bidang filsafat dan agama & telah menciptakan komunitas manusia. Simbol-simbol tersebut tidak bernilai atau diartikan seperti biasa hingga mereka dilambangkan, dibuat ulang & diilhami dengan makna”
Budaya (5) Budaya adalah sistem pengetahuan yang digunakan oleh sekelompok besar orang yang memiliki dua ciri: Individualistis & Kolektivistik. Negara penganut paham kebudayaan individualistis adalah Amerika Serikat. Negara individualistis memiliki karakter kebudayaan seperti: inisiatif individu, prestasi & kompetisi dan realisasi diri adalah tujuan utama.
Budaya (6) Sementara negara penganut paham kebudayaan kolektivistik adalah Kenya & Indonesia. Negara kolektivistik memiliki karakteristik, antara lain: menekankan tujuan kelompok, tanggung jawab bersama, harmoni, dan kerjasama kelompok. Dengan demikian, nilai-nilai yang dihargai oleh masing-masing tipe budaya bisa sangat berbeda. Misalnya, pesan iklan yang sukses di Amerika Serikat tidak dapat bekerja bahkan tidak dapat diterima oleh negara yang menganut paham budaya kolektif, yang memegang makna berbeda untuk berbagai simbolnya.
Konteks & Tingkat Interaksi (1) Komunikasi manusia beroperasi dalam berbagai konteks & tingkatan. Komunikasi adalah ‘darah kehidupan’ bagi individu, hubungan antar sesama, kelompok, organisasi, dan masyarakat. Komunikasi intrapersonal, interpersonal, kelompok, organisasi, publik, massa,dan komunikasi masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Dimanapun kita terlibat, digrup mana kita menjadi anggota, organisasi tempat kita bekerja, dan masyarakat dunia dimana kita hidup, semua memiliki dampak terhadap kegiatan komunikasi pribadi kita.
Konteks & Tingkat Interaksi (2) Komunikasi intrapersonal dan cara kita merasa, dan berpikir tentang diri kita sendiri akan mempengaruhi kita dalam suatu hubungan antar sesama, kelompok, organisasi & masyarakat. Sama halnya dengan pengaruh komunikasi publik dan massa dalam mempengaruhi interaksi kita. Komunikasi manusia adalah jaringan yang menyatukan dan memberikan pengertian dari berbagai bentuk dan tingkat aktivitas manusia.
Referensi Diri (1) Makna yang kita pelajari untuk disematkan kepada simbol yang kita & orang lain gunakan selalu mencerminkan pengalaman kita. Sehingga segala sesuatu yang kita katakan, dan kerjakan dan cara kita menafsirkan kata-kata orang lain beserta dengan tindakan-tindakan kita adalah refleksi atau cerminan dari pernyataan tentang maksud, pengalaman, kebutuhan & harapan-harapan kita.
Referensi Diri (2) Misalnya ketika seseorang berkata bahwa: “film yang sangat baik”, “tentu saja itu sangat sulit”, berarti ia sedang berbicara banyak tentang perasaan sendiri tentang pengalaman yang ia alami tentang menonton film atau mengerjakan/melaksanakan sesuatu. Dengan demikian, bahwa komunikasi antarmanusia mengacu pada kehidupan diri sendiri & bersifat otobiografis.
Refleksivitas Diri (1) Karakteristik lain dari komunikasi manusia adalah kemampuan untuk mempunyai refleksi diri atau kesadaran diri – inti dari proses komunikasi. Inti pemahamannya: individu dimungkinkan untuk melihat diri mereka sebagai “diri” sebagai bagian lingkungan, atau bagian yang terpisah dari lingkungan. Dengan demikian, kita mampu untuk berpikir tentang pertemua kita & keberadaan kita didalam komunikasi & perilaku manusia.
Refleksivitas Diri (2) Kemampuan refleksivitas diri membantu kita untuk menetapkan tujuan & mengukur kemajuan kita dalam tahapan meraihnya. Selain itu refleksivitas diri memungkinkan kita untuk memiliki berbagai harapan, dan mengetahui kapan kita bisa meraih harapan tersebut. Pada sisi yang lain, melalui reflektivitas diri kita dapat mengenali titik kegagalan kita, mengenali harapan yang tidak tercapai & mengenali kualitas ideal yang belum kita miliki.
Refleksivitas Diri (3) Kemampuan refleksi diri memungkinkan kita untuk berteori tentang diri kita dan pengalaman kita. Tujuannya agar kita bisa berada “diluar diri” sehingga bisa melihat diri kita sendiri. Kita berbicara pada diri sendiri, berpikir tentang diri kita dalam cara-cara tertentu dan ‘bertindak’ terhadap diri kita sendiri. Pola kita dalam komunikasi refleksi diri berimplikasi besar terhadap bagaimana kita berbicara, berpikir & bertindak terhadap orang lain. Pada akhirnya memberi dampak terhadap bagaimana kita berhubungan dengan diri kita sendiri.
Etika (1) Ada beberapa jenis pendekatan yang bersifat sangat individual yang tertanam dalam proses ini. Dalam kehidupan nyata, individu sering kali harus membuat beberapa pilihan sulit ketika berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya: mengenai kejujuran. Dalam hal ini banyak makna kebaikan yang bersifat individual, seperti lebih memilih berusaha membesarkan hati teman dengan mengatakan bahwa dia tampak baik-baik saja, walaupun hal ini tidak benar. Isu-isu etika timbul dalam semua jenis situasi komunikasi, termasuk komunikasi interpersonal, komunikasi organisasi, komunikasi politik, iklan & berita media.
Etika (2) Etik terhadap komunikasi memiliki beberapa tujuan: Mengembangkan dialog Menghargai keanekaragaman Toleransi ketidaksepakatan Mendorong individu untuk memahami diri sendiri Menilai integritas
Etika (3) Mengembangkan dialog Richard Johannesen berpendapat bahwa titik awal etik dalam komunikasi adalah dialog. Dengan dialog berarti ‘melihat yang lain’ atau ‘mengalami sisi yang lain’. Dialog ditandai dengan keaslian, inklusi, konfirmasi, kehadiran, semangat kesetaraan dan iklim saling mendukung. Individu yang terlibat dalam dialog, sebagai langkah awal untuk peduli dan menghargai satu sama lain.
Etika (4) Menghargai keanekaragaman Amerika Serikat dan Indonesia adalah negara yang memiliki campuran suku bangsa dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Meskipun banyak aspirasi yang sama, namun ada kecenderungan memiliki perilaku komunikasi yang berbeda. Sehingga sangat penting untuk memahami perbedaa budaya dalam menimbang proses komunikasi.
Etika (5) Toleransi ketidaksepakatan (1) Dalam kehidupan sosial, kita dapat belajar banyak dari orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Kadang kita memiliki kepentingan untuk belajar membela keyakinan kita, tetapi alangkah baiknya untuk belajar mendengarkan pendapat orang lain. Individu dapat saling menghormati antar sesama, jika ada dan memiliki perbedaan. Perbedaan pendapat yang demikian, adalah perbedaan pendapat yang produktif.
Etika (6) Toleransi ketidaksepakatan (2) Sementara kata-kata permusuhan tidak dapat digolongkan sebagai perbedaan pendapat yang produktif. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah untuk belajar menandingi ide-ide orang lain dengan siasat untuk mendorong rasisme, diskrimasi gender atau homofobia.
Etika (7) Mendorong individu untuk memahami diri sendiri (1) William Gudykunst berpendapat bahwa kita adalah anggota dari banyak kelompok berdasarkan jenis kelamin, ras, etnis, orientasi seksual, dsb. Keanggotaan tersebut mempengaruhi cara berkomunikasi kita. Identitas pribadi & sosial mempengaruhi semua perilaku komunikasi kita, yang dalam situasi tertentu memiliki sifat yang dominan.
Etika (8) Mendorong individu untuk memahami diri sendiri (2) Jika kita berada dan menjadi keanggotaan dalam beberapa grup sekaligus, kita perlu memahami kelompok-kelompok dimana kita menjadi anggotanya sebelum kita berkomunikasi secara efektif dengan anggota kelompok lainnya. Fern Johnson berpendapat bahwa menempatkan nilai pada keragaman dan menghormati integritas budaya yeng berbeda membutuhkan pengetahuan tentang keragaman itu” “Pengetahuan selalu ditafsirkan seseorang dengan menggunakan perspektif budayanya sendiri”.
Etika (9) Menilai Intergritas Konsistensi antara kata & perbuatan. Konsistensi antara apa yang biasa dikatakan dan apa yang biasa dilakukan. Kedua hal ini, adalah komponen etika yang sangat mendasar.
Keniscayaan (1) Watzlawich, Beavin & Jackson berpendapat “kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi”. Mereka menekankan bahwa kita pasti terlibat dalam proses pembuatan & pengolahan pesan selama hidup kita. Perilaku verbal & non-verbal kita merupakan sumber informasi yang terus mengalir bagi orang lain. Secara berlanjut kita memproses informasi tentang orang-orang, situasi, objek dilingkungan kita & diri kita sendiri.
Keniscayaan (2) Dari perspektif ini, kita mendapati konsep ketidaktepatan teknis atau “gagal komunikasi” Kegagalan dalam komunikasi bukanlah hasil dari kelemahan pengiriman dan penerimaan pesan. Kegagalan dalam komunikasi disebabkan oleh perbedaan interpretasi pesan, harapan, maksud atau hasilnya.
Implikasi & Aplikasi (1) Sangat sedikit aktivitas manusia berlangsung tanpa menggunakan simbol dan bahasa simbolik. Perilaku naluriah seperti menarik diri dari sumber rasa sakit, juga melibatkan simbol-simbol. Selain itu, kita melibatkan penggunaan simbol-simbol ketika ingin berbicara atau berpikir. Bahasa-bahasa simbolik yang paling umum adalah bahasa lisan & tertulis. Musik, komputer, seni & tanda bahasa termasuk bentuk komunikasi manusia.
Implikasi & Aplikasi (2) Makna yang kita lekatkan kepada orang-orang dan kejadian disekitar kita tumbuh dari hasil pengalaman kita. Jadi, ketika kita berbicara atau menulis tentang seseorang atau sesuatu, kita selalu berkata tentang diri kita, tentang apa yang kita catat, tentang apa yang menurut kita layak untuk dikemukakan, atau tentang sikap kita, pendapat, keyakinan, nilai atau sudut pandang. Selain itu, ketika kita mengomentari betapa kita suka atau tidak suka terhadap seseorang, objek atau keadaan, yang kita katakan adalah berdasarkan selera kita sendiri, preferensi dan makna & kita menjadi fokus terhadap evaluasi kita sendiri.
Implikasi & Aplikasi (3) Pengiriman pesan dan penerimaan pesan terus berlangsung dan tidak terhindarkan. Komunikasi tidak pernah terhenti. Bahkan diam & penolakan untuk bernegosiasi adalah bentuk pesan. Dampaknya akan bergantung pada faktor dari aktivitas yang mudah diamati. Proses komunikasi manusia yang muncul akan tampak sangat sederhana: dengan mengirim pesan, lalu orang lain akan mengerti pesan sebagaimana yang dimaksudkan. Nyatanya tidak sesederhana itu!
Implikasi & Aplikasi (4) Muncul “masalah komunikasi” , masalah yang muncul dalam bentuk pesan yang dikirim ulang atau disempurnakan. Sebagai contoh: jika penerima pesan tidak mendapatkan pesan yang dimaksud, maka pengirim pesan akan mengulangnya dengan nada yang lebih “keras”. Hal lain dalam menilai perspektif “masalah komunikasi” adalah kemungkinan akan adanya pesan yang tidak terdengar, atau orang lain (penerima pesan) memiliki makna yang berbeda untuk kata-kata yang kita gunakan seperti adanya hambatan bahasa & budaya. Solusinya adalah, berusaha untuk mengembangkan strategi yang dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut.
Implikasi & Aplikasi (5) Orang, simbol, dan teknologi, ini adalah aspek yang tampak dari keseluruhan proses komunikasi. Sebagian besar dari apa yang membuat komunikasi berjalan adalah yang bisa diamati dan bersifat tidak terlihat. Kita bisa melihat: makna, belajar, subjektivitas, negosiasi & budaya ditempat kerja. Kita tidak dapat melihat: interaksi antaranalisis, referensi diri, refleksi diri, etika atau keniscayaan. Hal-hal tersebut membuat studi tentang komunikasi manusia menjadi begitu menarik, penting dan kompleks.