Alinyemen Horisontal Kelompok 5 :

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Mekanika Fluida II Week #3.
Advertisements

Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika, dan mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika sederhana.
Aplikasi Hukum Newton.
TUGAS 2 INDIVIDU bagian (c)
Prinsip Newton Partikel
Alinemen Horizontal Jalan Rel
Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan Raya
Klasifikasi Jalan Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan
BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN
DINAMIKA HUKUM NEWTON II HUKUM NEWTON III MACAM-MACAM GAYA
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Penerapan Hukum-Hukum Newton.
GAYA GESEK KINETIS Menjelaskan konsep gaya gesekan pada zat padat.
ALINEMENT HORISONTAL.
PERANCANGAN GEOMETRI JALAN ALTERNATIF JALAN NASIONAL GITGIT, BALI
PEMBELAJARAN Matematika INTERAKTIF
PENERAPAN DIFFERENSIASI PERSAMAAN GARIS SINGGUNG
PENERAPAN DIFFERENSIASI
HUKUM NEWTON BAB Pendahuluan 5.2 Hukum Newton 5.1
GERAK MELINGKAR DENGAN LAJU KONSTAN
GERAK LURUS Hukum-hukum Newton tentang gerak menjelaskan mekanisme yang menyebabkan benda bergerak. Di sini diuraikan perubahan gerak benda dengan konsep.
4. DINAMIKA.
4. DINAMIKA.
DINAMIKA PARTIKEL.
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
PEMILIHAN JENIS LENGKUNG GEOMETRIK JALAN
HUKUM NEWTON TENTANG GERAK
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
Sartika Nisumanti, ST.,MT
Konsep Aliran Zat Cair Melalui (Dalam) Pipa
ALINEMEN VERTIKAL.
HUKUM NEWTON BAB Pendahuluan 5.2 Hukum Newton 5.1
Dynamics, Dinamik adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak benda karena pengaruh gaya. Benda disebut diam bila benda tersebut tidak berubah posisinya.
HUKUM NEWTON Tentang gerak
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JAYABAYA
BENTUK LENGKUNG FULL CIRCLE (FC) SPIRAL CIRCLE SPIRAL (SCS)
Lengkung Peralihan (Lengkung Transisi, Lengkung Spiral)
REKAYASA JALAN RAYA I TKS 232 (2 SKS) Dosen : Weka Indra Dharmawan, ST
HUKUM-HUKUM NEWTON Pertemuan 7-8-9
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
DINAMIKA PARTIKEL Newton.
LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER
Turap Cantilever Yulvi zaika.
Ir. I PUTU BUDIARNAYA., MT Dosen Teknik Sipil-FTI UNDIKNAS
HUKUM NEWTON BAB Pendahuluan 5.2 Hukum Newton 5.1
Perencanaan Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2002 (Pt T B)
Soal dan Pembahasan EBAS Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011
HUKUM-HUKUM NEWTON Pertemuan 6-7-8
Dinamika PART 2 26 Februari 2007.
FISIKA DASAR By: Mohammad Faizun, S.T., M.Eng.
Alinemen Vertikal Jalan Rel.
DINAMIKA PARTIKEL Pertemuan 6-8
DINAMIKA BENDA (translasi)
PARAMETER PERENCANAAN
TEKANAN UDARA INDIKATOR KOMPETENSI
HUKUM NEWTON Pendahuluan Hukum Newton
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
SMKN Jakarta Gaya 2014 SMK Bidang Keahlian Kesehatan.
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
DISAIN TRASE JALAN BARU DIATAS PERMUKAAN TANAH
Kelompok :. ALINYEMEN hORIZONTAL Bagian-bagian dan menjadi Faktor yang harus di perhitungkan pada Alinyemen Horintal adalah sebagai berikut:
PENGGUNAAN DIFERENSIAL
DASAR – DASAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan Raya Perencanaan geometrik merupakan bagian dari suatu perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi rancangan.
 Memahami macam-macam sudut Menerapkan Prosedur Gambar Bentuk – Bentuk Bidang A. Menggambar Sudut 1. Buat garis lurus AB sembarang AB.
TUGAS MANDIRI 3 1. Sebuah balok, massa m1 = 10 kg dan berada
BAB 7 HUKUM NEWTON KOMPETENSI DASAR 3.7Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam.
Transcript presentasi:

Alinyemen Horisontal Kelompok 5 : Hanna Nursanti Sukmantari (17505241005) Deani (17505241018) Miftahul Janah (17505241030) Rizki Adi Saputro (17505241040)

Alinyemen Horisontal Alinyemen horisontal atau trase jalan adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal. Alinyemen horizontal terdiri atas bagian garis lurus (tangen) dan bagian garis lengkung (tikungan). Perencanaan alinyemen horisontal sebagian besar menyangkut perencanaan tikungan yang diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan.

Kemiringan Melintang pada Jalan lurus CL 2% 2% Untuk mengalirkan air yang jatuh dipermukaan Nilai e normal tergantung jenis lapis permukaan

Kendaraan yang melewati busur lingkaran akan mendapatkan gaya sentrifugal Gaya sentrifugal dapat diimbangi oleh: 1. Gaya gesek melintang antara ban kendaraan dengan permukaan jalan 2. Berat kendaraan akibat kemiringan melintang

Koefisien gesekan melintang (f) = Fs/N Koefisien gesekan melintang dipengaruhi: - jenis dan kondisi ban - tekanan ban - kekasaran permukaan perkerasan - kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca

Superelevasi Kemiringan melintang pada suatu tikungan yang berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal dari kendaraan yang berjalan pada tikungan. Superelevasi (e), faktor gesekan sisi (f), kecepatan rencana (Vr), dan jari-jari lengkung (R), mempunyai hubungan sebagai berikut:

SUPERELEVASI MAKSIMUM & KOEFISIEN GESEKAN MELINTANG MAKSIMUM Nilai superelevasi maksimum sesuai Bina Marga: jalan luar kota 10%, daerah yang sering hujan & kabut 8%, daerah perkotaan antara 4% - 6%. Superelevasi yang diperlukan untuk setiap tikungan diberikan berdasarkan kecepatan rencana, dan jari-jari lengkung.

SUPERELEVASI MAKSIMUM & KOEFISIEN GESEKAN MELINTANG MAKSIMUM Besarnya jari-jari minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan oleh nilai koefisien gesek melintang maksimum (f maks), yang direkomendasikan berkisar antara 0.14 sampai 0.17 (demi kenyamanan mengemudi). Koefisien gesekan melintang maksimum: - 40 km/jam≤Vr≤80 km/jam fmaks= -0,00065V+0,192 - 80 km/jam≤Vr≤112 km/jam fmaks= -0,00125V+0,24

Perubahan Kemiringan Melintang

Gambar Metode Penentuan Superelevasi Sumber : Bina Marga, 1990

(e maksimum = 10%, metode Bina Marga) Tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang diperlukan (e maksimum = 10%, metode Bina Marga) R(m) V=50 km/jam V= 60 km/jam V= 70 km/jam e Ls 5730 2865 1910 1432 1146 955 819 716 573 477 409 358 318 286 239 205 179 159 143 130 119 110 102 95 90 84 80 75 LN LP 0,026 0,031 0,035 0,039 0,043 0,048 0,055 0,062 0,068 0,074 0,079 0,083 0,087 0,091 0,093 0,096 0,097 0,099 0,10 45 50 60 0,023 0,029 0,036 0,042 0,054 0,059 0,064 0,073 0,080 0,086 0,095 0,098 0,021 0,025 0,047 0,088 0,094

Lengkung Peralihan lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R, berfungsi mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R, sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.

Persamaan untuk menentukan panjang lengkung peralihan Lama perjalanan 3 detik Landai relatif maksimum Modifikasi Shortt Bentuk lengkung spiral (khusus untuk S-S)

Bentuk Lengkung Horizontal Garis lengkung dapat terdiri dari: Busur lingkaran saja (Circle). Busur lingkaran ditambah busur peralihan (Spiral-Circle-Spiral), Busur peralihan saja (Spiral-Spiral),

Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (Full Circle) Lengkung Full Circle ini digunakan pada lengkung yang berjari-jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil yang memberikan e ≤ 3%. p≤ 0,10 (AASHTO).

Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle. (belok kanan)

Persamaan yang digunakan dalam lengkung busur lingkaran sederhana : 1/m = (e + en).B/Ls

Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) syarat Lc ≥ 20 m, Lc ≥ 25 m (AASHTO)

Diagram Superelevasi S-C-S

Persamaan : c = Δ - 2s 1/m = (e + en).B/Ls SYARAT Lc ≥ 20 m Lc ≥ 25 m Es = (Rc+P)sec1/2 Δ-Rc Ts = (Rc+P) tg 1/2 Δ+k 1/m = (e + en).B/Ls

Lengkung Spiral-Spiral (S-S) Ls berdasar bentuk lengk spiral harus ≥Ls Tabel (atau ke 3 pers)

Persamaan : L = 2 Ls Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc (Ls Berdasar bentuk lengkung spiral HARUS > Ls Tabel) L = 2 Ls Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc 1/m = (e + en).B/Ls

DIAGRAM SUPERLEVASI

stasioning PI1 PI2 PI3 TS1 ST1 TS2 SC CS ST2 SC=CS TC CT A B STA A = STA 0 + 000 STA TS1 = STA A + dAPI1-Ts1 STA PI1 = STA A + dAPI1 STA SC=CS = STATs1 + Ls1 STA ST1 = STA SC=CS + Ls1 STA TS2 = STA ST1 + dPI1PI2 – Ts1 – Ts2 STA PI2 = STA TS2 + Ts2 STA SC = STA TS2 + Ls STA CS = STA SC + Lc STA ST2 = STA CS + Ls STA TC = STA ST2 + dPI2PI3 -Ts2-Tc STA PI3 = STA TC + Tc STA CT = STA TC + Lc STA B = STA CT + dPI3B - Tc