PPT MATA KULIAH LEADERSHIP Dosen Pengampu Pargiono, S.IP, M.Kes DISUSUN OLEH : 1Andriana Febrian, 2Boy Samba, 3Berliani Cinta, 4Dillah Lidinilqoyimah 5Endang Hermanto, 6Nodius Zendranto, 7Melly Susanti, 8Hexa Gustaf 9Sally Yulianti, 10Salsabila Azzahra PROGRAM S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
DAFTAR ISI BAB 1 DEFINISI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN BAB 2 PEMIMPIN FORMAL, INFORMAL DAN ETIKA PROFESI PEMIMPIN BAB 3 PEMBENTUKAN TIM DAN KOLABORASI BAB 4 TEORI KEPEMIMPINAN BAB 5 PENDEKATAN KEPEMIMPINAN BAB 6 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN BAB 7 KOORDINASI BAB 8 PERAN PEMIMPIN DAN STAF DALAM MANAJEMEN BAB 9 WEWENANG DAN PENDELEGASIAN WEWENANG BAB 10 KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN BAB 11 MOTIVASI DALAM KEPEMIMPINAN BAB 12 KONFLIK DAN PENGELOLAAN KONFLIK BAB 13 TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB I DEFINISI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Pengertian pemimpin Kata pemimpin muncul pada tahun 1300. ada banyak definisi pemimpin antara lain: 1. Seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan sehingga mampu mempengaruhi orang- orang untuk Bersama-sama melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya satu atau beberapa tujuan. 2. Seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku social dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol upaya orang lain. 3. Pemandu, penunjuk, penuntun, komandan
KARAKTERISTIK KEMATANGAN PEMIMPIN Menurut Argyris (1993) Karakteristik tidak matang Karakteristik matang Pasif Aktif Tergantung Mandiri Memandang dengan satu cara Memandang dengan berbagai cara Minat rendah Minat tinggi Perspektif jangka pendek Perspektif jangka Panjang Posisi puas sebagai bawahan Posisi ingin sebagai atasan Kesadaran diri rendah Kesadaran tinggi
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN Definisi kepemimpinan, antara lain: 1. Proses dengan seseorang agen menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu (Benis) 2. Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Odway tead) 3. Kegiatan mempengaruhi orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok (George R. terry) 4. Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang (Howard H. hoyt)
PRINSIP-PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN Menurut Stephen R. coney, karakteristik seorang pemimpin terbagi 3. yaitu : 1. Seorang yang belajar seumur hidup 2. Berorientasi pada pelayanan 3. Membawa energi yang positif A. Percaya pada orang lain B. Keseimbangan dalam kehidupan C. Melihat kehidupan sebagai tantangan D. Sinergi E. Latihan mengembangkan diri sendiri
KENDALA DALAM MENCAPAI KEPEMIMPINAN YANG BERPRINSIP Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena ada beberapa kendala dalam bentuk kebiasan buruk, yaitu : 1. Kemauan dan keinginan sepihak 2. Kebanggan dan penolakan 3. Ambisi pribadi Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan Latihan dan pengalaman yang terus- menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
BAB II PEMIMPIN FORMAL, INFORMAL DAN ETIKA PROFESI PEMIMPIN
PEMIMPIN FORMAL Orang yang ditunjuk oleh organisasi/Lembaga sebagai pemimpin. Berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
CIRI-CIRI PEMIMPIN FORMAL Berstatus sebagai pemimpin selama masa jabatan tertentu (ligitimitas) Harus memenuhi persyaratan formal Didukung oleh organisasi formal Mendapatkan balas jasa (materi dan immaterii) serta emolument (keuntungan ekstra) Terdapat mutase dan mencapai promosi Ada hukuman dan sanksi Memiliki kekuasaan dan wewenang
PEMIMPIN INFORMAL Orang yang tidak mencapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin. Tetapi karena memiliki sejumlah kualitas unggul, dapat mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Ciri-ciri pemimpin informal Tidak memiliki penunjukan formal/legitimitas Ditunjuk oleh rakyat atau masyarakat, kepemimpinan berlangsung selama rakyat/masyarakat mengakuinya Tidak memperoleh dukungan dari suatu organisasi formal Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa (diberikan secara sukarela) Tidak dapat dimutasi dan mencapai promosi Hukuman dalam bentuk rasa respek berkurang, pribadi tidak diakui, ditinggalkan oleh masa
ETIKA PROFESI PEMIMPIN Etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk selalu : 1. Bersikap kritis dan rasional, berani mengemukakan pendapat sendiri dan berani bersikap tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis (Susila) sendiri. 2. Bersikap otonom (Bebas, tanpa dipaksa atau dibeli, mempunyai pemerintahan diri, berhak untuk membuat norma dan hukum sendiri sesuai dengan suara hati Nurani yang tulus bersih). 3. Memberikan perintah-perintah dan larangan- larangan yang adil dan harus ditaati oleh setiap Lembaga dan individu.
Kriteria etika profesi pemimpin Pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan, keterampilan social, kemahiran teknis serta pengalaman Sehingga ia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinan Mampu bersikap Susila dan dewasa sehingga dia selalu bertanggung jawab secara etis/Susila, mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, dan memiliki tanggung jawab social yang tinggi Memiliki kemampuan mengontrol diri, yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Sehingga termunculkan sikap moral yang baik dan bertanggung jawab Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan) sekaligus pemimpin juga harus mampu menciptakan nilai-nilai yang tinggi atau berarti Dikenal sanksi. Oleh adanya norma, perintah dan larangan yang harus ditaati oleh pemimpin demi kesejahteraan hidup Bersama dan demi efisiensi organisasi, maka segenap Tindakan dan kesalahan pemimpin itu dikontrol. Karena kesalahan- kesalahan segera dibetulkan dan pelanggaran-pelanggaran harus ditindak tegas.
BAB III PEMBENTUKAN TIM DAN KADERISASI
PEMBENTUKAN TIM Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi. Kelompok adalah suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih yang berinterasi dengan stabil dan diantara mereka mempunyai tujuan yang sama serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri (Merasa memiliki).
KARAKTERISTIK KELOMPOK/TIM Karakteristik kelompok atau tim : 1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi social baik secara verbal dan non verbal 2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok 3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara Bersama dan berfungsi sebagai suatu unit 4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan dan minat yang sama 5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.
Mengapa diperlukan team building? Alasan pembentukan tim, yaitu : Kurangnya percaya diri antar sesama Adanya ketidaktahuan akan kemungkinan peluang yang dapat dilakukan Untuk pemenuhaan kebutuhan Adanya kedekatan dan daya Tarik Adanya tujuan kelompok Alasan ekonomi
MANFAAT MEMBANGUN TIM Manfaat bagi pimpinan tim : 1. Pimpinan tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif 2. Pimpinan tim mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan lebih memperhatikan kepentingan dan tanggung jawab kelompok dibandingkan kepentingan pribadi 3. Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam tim Manfaat bagi individu tim : 1. Sebagian besar individu memiliki pendekatan yang lebih persuasive dan memiliki kepercayaan untuk mengajukan argumentasi tanpa terikat oleh hierarki
KADERISASI KEPEMIMPINAN Kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau mencetak sesorang untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Proses kaderisasi melahirkan seorang kader. Kader diartikan sebagai bagian dari anggota yang terikat dengan disiplin dan bekerja secara maksimal atau orang yang diharapkan akan memegang sebuah Amanah kepemimpinan jabatan dalam organisasi.
Faktor-faktor kaderisasi kepemimpinan Dalam organisasi ada ketentuan periode kepemimpinan seseorang Adanya penolakan dari anggota kelompok yang menghendaki kepemimpinannya diganti, baik secara wajar atau tidak wajar Proses alamiah yakni usia yang menjadi tua dan kehilangan kemampuan memimpin kematian
Dua macam kaderisasi Kaderisasi formal Kaderisasi informal
Kaderisasi formal Kaderisasi formal merupakan proses kaderisasi atau upaya mempersiapkan calon pemimpin yang dilaksanakan secara disengaja, teratur, tertib dan sistematis. Dapat mengikuti kurikulum tertentu dalam jangka waktu tertentu yang berisi bahan-bahan teoritas dan praktik tentang kepemimpinan dan berbagai aspek pendukung.
Kaderisasi informal Kaderisasi informal merupakan sebuah proses atau usaha-usaha untuk mempersiapkan seseorang calon pemimpin atau seorang kader yang dilaksanan tidak secara berencana Dari proses kaderisasi informal dapat diketahui kelebihan seseorang calon pemimpin yang memiliki kepribadian positif, hal ini bisa dilihat dari prestasinya, loyalitas dan dedikasinya dalam sebuah kelompok atau organisasi serta akhlak dan agamanya terhadap tuhan yang maha esa
BAB IV TEORI KEPEMIMPINAN
TEORI SIFAT (THRAIT THEORY) Teori ini berpandangan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin (Bakat bawaaan turunan). Teori ini tidak memungkiri bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dicapai melalui suatu proses Pendidikan dan pengalaman.
Sifat sifat pemimpin menurut George r.terry Kekuatan Stabilitas emosi Pengetahuan tentang relasi insani Kejujuran Objektif Dorongan pribadi Keterampilan berkomunikasi Kemampuan mengajar Keterampilan social Kecapakan teknis dan kecapakan manajerial
TEORI PERILAKU (BEHAVIOR THEORY) Kepemimpinan merupakan interaksi pemimpin dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisa dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak pengaruh dari pemimpinnya.
Dua perilaku orientasi pemimpin 1. Berorientasi tugas (task orientation) Mengutamakan penyelesaian tugas, dan menampilan gaya kepemimpinan otokratis 2. Berorientasi pada orang (people orientation) Megutamakan penciptaan hubungan-hubungan manusiawi menampilkan gaya kepemimpinan demokratis dan partisipaktif
TEORI SITUASIONAL KONTINGENSI Kepemimpinan berkembang sesuai situasi dan keperluan. Hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan keperluan organisasilah yang dapat menjadi pemimpin yang efektif.
BAB V PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
PENDEKATAN KEPEMIMPINAN BERDASARKAN SIFAT ATAU CIRI-CIRI Pendekatan sifat pada kepemimpinan artinya rupa dari keadaan pada suatu beda, tanda lahirlah, ciri khas yang ada pada sesuatu untuk membedakan dari yang lain. Teori the great man mengatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin, ia akan menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Teori ini tidak memungkiri bahwa sifat- sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dicapai melalui suatu proses Pendidikan dan pengalaman.
PENDEKATAN TINGKAH LAKU PADA KEPEMIMPINAN Menurut Sastradipoera tahun 1998, kepemimpinan berdasarkan perilaku adalam “kepemimpinan yang didasarkan atas pengamatan apa yang dilakukan oleh pemimpin efektif itulah”. Fungsi kepemimpinan disini memberikan kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memuaskan kebutuhan yang pada waktu bersamaan memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi. Teori kepemimpinan berdasarkan perilaku memberikan saran-saran akan perlunya fungsi motivasi bagi para pengikut agar mereka dapat memuaskan kebutuhan.
PENDEKATAN KEPEMIMPINAN BERDASARKAN TEORI SITUASIONAL Efektivitas kepemimpinan seseorang pada tingkat yang sangat dominan ditentukan oleh kemampuannya untuk membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan dengan gaya kepemimpinannya sedemikian rupa agar cocok dengan kemampuan memenuhi tuntutan situasi yang dihadapi.
MODEL KONTINUM OTOKRATIK-DEMOKRATIK Dalam pengambilan keputusan, misalnya seorang pemimpin gaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, kemudian menyampaikan keputusan tersebut kepada para bawahannya. Apabila situasi yang dihadapi membuat factor waktu dalam penyelesaian tugas menjadi pertimbangan utama. Sebaliknya, seorang pimpinan gaya demokratik akan berbagi wewenang pengambilan keputusan dengan para bawahannya dalam arti bahwa para bawahan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
MODEL INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN Menurut Siagian tahun 1994, “model ini berkisar pada pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada prestasi kerja bawahannya”. Artinya, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung interaksi yang terjadi antara seorang pemimpin dengan pada bawahannya dan sampai sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pimpinan yang bersangkutan. Model ini memusatkan perhatian pada hubungan atasan dengan bawahan, struktur tugas yang harus dikerjakan, posisi kewenangan seseorang.
MODEL SITUASIONAL Teori ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa (Kedewasaan) pada bawahan yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam teori ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan bawahan, tergantung pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan bawahan yang digunakan.
MODEL PEMIMPIN-PERAN SERTA BAWAHAN Model ini dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Dengan menyadari bahwa struktur tugas menimbulkan berbagai tuntutan
BAB VI TIPE – TIPE KEPEMIMPINAN
TIPE OTOKRATIS Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut : Menganggap organisasi sebagai milik pribadi Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi Menganggap bawahan sebagai alat sematamata Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya
TIPE MILITERSITIS Seorang pemimpin yang militeristis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut : Dalam menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan system perintah Dalam menggerakkan bawahan sering bergantung pada pangkat dan jabatannya Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada bawahan Sukar menerima kritik dari bawahannya Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan
TIPE PATERNALISTIS Seorang pemimpin yang paternalisits memiliki ciri- ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut : Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa Bersikap terlalu melindungi Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya Sering bersikap maha tahu
TIPE KHARISMATIS Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang dipandang sulit untuk dianalisis, karena literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik tidak memberikan petunjuk yang cukup. Memang ada kharateristiknya yang khas, yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang yang dikagumi oleh banyak pengikut.
TIPE DEMOKRATIS Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut : Dalam proses penggerakkan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripada dia sendiri
TIPE LAISSEZ FAIRE Tipe kepemimpinan ini sama seperti tipe kharismatik, tidak banyak literatur tentang kepemimpinan ini. Seorang pemimpin yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasarn-sasaran apa yang ingin dicapai.
BAB VII KOORDINASI
PENGERTIAN Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilakn suatu Tindakan yang seragam dan harmonis pada sasarn yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan Tindakan di dalam mencapai tujuan Bersama.
MASALAH-MASALAH DALAM KOORDINASI Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 tipe perbdaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu: Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu Perbedaan dalam orientasi waktu Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi Perbedaan dalam formalitas struktur
Tipe tipe koordinasi Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat dua tipe koordinasi, yaitu: Koordinasi vertical, yaitu kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya Koordinasi hirzontal, yaitu mengkoordinasikan Tindakan-Tindakan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (apparat) yang setingkat.
Sifat sifat koordinasi Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 sifat koordinasi, yaitu : Koordinasi adalah dinamis bukan statis Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang coordinator dalam rangka mencapai sasarn Koordinasi hanya meninjau suatau pekerjaan secara keseluruhan.
Syarat syarat koordinasi Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4(empat) syarat koordinasi, yaitu: Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang. Rivalry, dalam peruahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian- bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai espirit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
Ciri ciri koordinasi Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Bahwa tanggung jawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan Adanya proses (continues process) Pengaturan secara teratur usaha kelompok Konsep kesatuan Tindakan Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama
BAB VIIi peran pemimpin dan staf dalam manajemen
FUNGSI KEPEMIMPINAN Menurut Sondang P. Stagian terdapat 5 fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki, yaitu : Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi Pimpinan selaku komunikator yang efektif Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam mengatasi konflik Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral
FUNGSI KEPEMIMPINAN Sedangkan menurut Veithzal Rivai, secara operasional dapat dibedakan dalam 5 fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: Fungsi instruksi Fungsi konsultasi Fungsi partisipasi Fungsi delegasi Fungsi pengendalian
Peranan staf Tugas – tugas yang dapat diberikan kepada karyawan staf antara lain adalah: Mengumpulkan data (fakta) Mengintorasikan data (fakta) Mengusulkan alternatif Tindakan Mendiskusikan rencana-rencana yang sedang dipikirkan dengan berbagai hak dan memperoleh kesepakatan mereka Mempersiapkan instruksi-instruksi tertulis dan dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan yang merupakan realisasi daripada rencana yang telah ditetapkan
Peranan staf Tugas – tugas yang dapat diberikan kepada karyawan staf antara lain adalah: Mengamati kegiatan-kegiatan operasional dan kondisi-kondisi yang dihadapi untuk mengadakan apakah instruksi-instruksi telah dijalankan dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat atau memperlancar proses pencapaian tujuan Mengusahakan pertukaran informasi antara para petugas-petugas operasional mengenai pelaksanaan untuk meningkatkan kegiatan- kegiatan koordinasi. Memberi informasi dan nasihat kepada petugas- petugas operasional mengenai pelaksanaan tugas-tugas yang telah didelegasikan kepada mereka.
BAB IX WEWENANG DAN PENDELEGASIAN WEWENANG
wewenang Wewenang adalah hak mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan oleh seseorang dan juga hak meminta kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
Jenis jenis wewenang Jenis jenis wewenang antara lain : Wewenang lini Wewenang yang dimiliki oleh anggota bagian/unit di dalam yang bertanggung jawab langsung terhadap pencapaian tujuan organisasi Wewenang staf Wewenang yang dimiliki oleh anggota/bagian/unit didalam organisasi yang fungsi utamanya menyediakan pelayanan, saran- saran dan nasehat kepada bagian lini Wewenang fungsional Wewenang terhadap bidang-bidang tertentu dalam organisasi selain wewenang yang dimiliki terhadap pekerjaan
pendelegasian Pendelegasian adalah proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/keorganisasian untuk secara lansung melibatkan sebanyak mungkin orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja yang berkaitan dengan pemastian tugas.
Jenis pendelegasian Ada 3 jenis pendelegasian, yaitu : Pendelegasian tipe scalar, yaitu pendelegasian dimana manajer memikirkan kepada siapa pendelegasian itu diberikan Pendelegasian penuh yaitu pendelegasian yang menyerahkan seluruh kewenangannya kepada stafnya Pendelegasian Sebagian yaitu jenis pendelegasian yang hanya menyerahkan Sebagian wewenang kepada staf
Manfaat dari pendelegasian wewenang Manfaatnya adalah : Keputusan dapat diambil dengan cepat Keputusan yang diambil lebih baik (lebih cepat) Adanya kesempatan bagi manajer untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar
Hambatan pendelegasian wewenang Hambatannya adalah : Adanya keengganan atasan untuk memberikan delegasi wewenang karena a. mereka dapat mengerjakan sendiri B. kurang percaya kepada bawahan C. tidak memberikan kesempatan Adanya keengganan bawahan untuk menerima delegasi wewenang karena : a. leibh senang bertanya kepada atasan B. takut menerima kritik c. kurang percaya pada diri sendiri
Cara menghadapi hambatan delegasi wewenang Cara menghadapinya adalah : Berikan Latihan kepada bawahan Ciptakan komunikasi yang baik Tentukan wewenang dan tanggung jawab yang jelas Tingkatkan motivasi kepada bawahan.
BAB X KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN
DEFINISI KOMUNIKASI komunikasi adalah sebuah Tindakan untuk berbagai informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindakan komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks yaitu komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok.
fungsi komunikasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun social, tindak komunikasi dalam organisasi atau Lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi informatif 2. Fungsi regulatif 3. Fungsi persuasif 4. Fungsi intergratif
1. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system pemrosesan informasi (information-processing system). Artinya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaanya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi
2. Fungsi regulatif Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: 1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. 2. Berkaitan dengan pesan, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja artinya bawahan membutuhkan kepatian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh.
3. Fungsi persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
4. Fungsi integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Terdapat dua saluran yaitu, komunikasi formal dan komunikasi informal
Arah komunikasi Adapun arah dalam komunikasi yaitu: 1. Komunikasi keatas 2. Komunikasi kebawah 3. Komunikasi vertical 4. Komunikasi horizontal
1. Komunikasi keatas Merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ini sangat penting untuk mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi. Muncul manajemen umpan balik yang dapat menumbuhkan semangat kerja bagi anggota organisasi. Adanya perasaan memiliki dan merasa sebagai bagian dari organisasi dari bawahannya.
Fungsi komunikasi keatas Penyampaian informasi tentang pekerjaan-pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaanya
2. Komunikasi kebawah Merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Fungsi komunikasi kebawah, yaitu: 1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja 2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan 3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku 4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik
3. Komunikasi vertikal Komunikasi vertical adalah komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas. Hubungan tersebut bersifat timbal balik antara atasan dengan bawahan
4. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal dikenal juga dengan komunikasi lateral, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan setara. Fungsi komunikasi horizontal, yaitu: 1. Memperbaiki koordinasi tugas 2. Upaya pemecahan masalah 3. Saling berbagai informasi 4. Upaya pemecahan konflik 5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
Bab xi motivasi dalam kepemimpinan
pengertian Motivasi berasal dari Bahasa latin movere berarti dorongan atau daya penggerak. Dorongan dalam diri seorang menyebabkan mengapa ia berusaha mencapai tujuan yang direncanakan baik secara sadar atay tidak sadar, Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Teknik motivasi Teknik motivasi yang dapat dipakai menurut verma dapat dinilai dari : Manifest, artinya “nyatakan ruang lingkup tugas yang harus dijalankan pada saat pendeglasian” Open, artinya bangkitkan percaya diri Ketika pendeglasian tugas Tolerance, artinya tolerasi terhadap kegagalan mau dan boleh belajar dari kesalah karena pengalam adalah guru yang berharga yang terbaik Involve, artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan, meningkatkan rasa diterima dan komitmen Value, artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik Align, menyeimbangkan sasaran pekerjaan Trust, kejujuran setiap anggota tim kita dalam memotivasi Emprower, memberdayakan setiap anggota tim sewajarnya khususnya dalam pengambilan keputusan
Bab xii konflik dan pengelolaan konflik
Pandangan terhadap konflik KONFLIK TRADISIONAL KONFLIK MODERN Konflik dapat dihindari Konflik tidak dapat dihindari Konflik disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen dalam merancang dan memimpin organisasi Konflik disebabkan oleh banyak factor: strukrut organisasi, perbedaan tujuan, persepsi dan nilai-nilai Konflik mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optima Konflik mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan Manajemen bertugas mengurangi konflik Manajemen bertugas mengelola dan mengatasi konflik, sehingga tercapai kinerja yang optimal Untuk mencapai kinerja yang optimal maka konflik harus dihilangkan Untuk mencapai kinerja yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat Ada yang berpendapat bahawa konflik harus dihindari atau dihilangkan, karena jika dibiarkan maka akan merugikan organsisasi. Pendapat lain mengatakan bahawa jika konflik dikelola dengan baik maka konflik tersebut akan membawa keuntungan bagi organisasi Ada beberapa pandangan dalam konflik, yaitu 1. Konflik tradisional 2. Konflik modern
Jenis-jenis konflik Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Berikut jenis-jenis konflik: 1. Konflik dilihat dari pihak yang terlibat di dalamnya 2. Konflik dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi 3. Konflik dilihat dari fungsi
Faktor-faktor penyebab timbulnya konflik Menurut robbins ada beberapa factor penyebab timbulnya konflik, yaitu: 1. Ketidak jelasaan peranan atau peranan yang mendua 2. Persaingan untuk mendapatkan sumberdaya yang terbatas 3. Rintangan-rintangan dalam komunikasi 4. Konflik sebelumnya yang tidak terselesaikan 5. Perbedaan-perbedaan individu, yang mencakup: perbedaan kebutuhan, nilai- nilai dan perbedaan tujuan
Mengelola konflik dalam organisasi Menghindari/membiarkan, menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting. Mengakomodasi, memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Kompromi atau negosiasi, memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan. Memecahkan masalah atau kolaborasi, pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama Memecahkan masalah dengan pemkasaan/menggunakan kekuasaan.
Bab xiii tingkat pengambilan keputusan
Definisi keputusan Keputusan (decision) berarti pilihann, yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan.
Jenis-jenis keputusan Keputusan terprogram Keputusan yang berhubungan dengan persoalan yang sudah rutin dan untuk pemecahnnya telah ditetapkan dalam prosedur. Keputusan yang tidak terprogram Keputusan yang menyangkut persoalan baru dan belum ada prosedur yang pasti untuk memecahkanya.
Tingkatan keputusan Keputusan otomatis Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan Keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda
Kategori keputusan Keputusan representasi Keputusan empiris Keputusan informasi Keputusan eksplorasi
Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir untuk dilaksanakan.
Metode pengambilan keputusan Kewenangan tanpa diskusi Pendapat ahli Kewenangan setelah diskusi kesepakatan
Langkah-Langkah pengambilan keputusan Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya Mengumpulkan fakta dan data yang relevan Mengolah fakta dan data tersebut Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh Memilih cara pemecahan dari alternatif yang telah diolah dengan matang Memutuskan Tindakan apa yang hendak dilakukan Menilai nilai-nilai yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang diambil