3
2
1
R E S N I B U K Nama: Thamas Filipi Kelas / No. Absen: 10-3 / 35
Keunggulan dan Kekurangan Daftar Isi Identitas Buku Tema dan Alur Penokohan Unsur Intrinsik Latar dan Amanat Sudut Pandang Gaya Cerita Keunggulan dan Kekurangan Sinopsis Kesimpulan
Identitas Judul : Laskar Pelangi Sampul : Gambar beberapa anak-anak Penulis : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Kota Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta Tahun Terbit : Cetakan III, Juli 2007 Tebal halaman : 533 halaman
Sinopsis Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi, nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi–pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan menarik dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini!
Tema Novel ini bertema tentang pendidikan. Namun terdapat pula sub bab yang bertemakan persahabatan, percintaan, ekonomi. Tapi yang lebih menonjol adalah tema pendidikan. Plot (alur) Maju, karena jalan cerita selalu mengarah kedepan, tidak pernah menceritakan cerita sebelumnya
Tokoh & Penokohan 1. Kucai : bermulut besar, sok tahu. “ ... Ia memiliki kepribadian bermulut besar dan sok tahu ...” 2. Sahara : keras kepala, penuh perhatian, tempramental, pintar, jujur “... Gadis kecil berkerudung itu, memang keras kepala luar biasa...” “... Sifat utamanya yaitu: penuh perhatian ...” “... Sahara sangat tempramental, tapi ia pintar ...” “... Ia pantang berbohong walaupun dicekam akan dicampakkan kedalam lautan api yang berkobar-kobar ...”
3. A kiong : sedikit aneh, naif, tidak peduli, suka menolong, ramah. “... Dia malah cengar-cengir ketika ditanyakan siapa namanya ...” “ ... Dia sangat naif dan tak peduli seperti jalak kerbau ...” “Ia penolong dan ramah, ...” 4. Harun : santun, pendiam dan murah senyum “ ... Harun adalah seorang pria santun, pendiam, dan murah senum ...” 5. Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa. “ ... Aku tidak akan berhenti sampai disini ...” 6. Pak K.A. Harpan Noor : baik hati “ ... Ia bekerja tanpa diberi upah sama sekali ...”
7. Borek : nakal, susah diatur “ Baru beberapa saat dikelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan penghapus papan tulis” 8. Ibu N.A. muslimah Hafsari : Pandai, Karismatik, “Ibu mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, ... “ 9. Lintang : pantang menyerah. “ ... Ia menempuh jarak 80km untuk bisa tiba di sekolah ...” 10. Mahar : menghargai seni “ ... Sepertinya memang ia menghargai seni ...” 11. Taprani : tidak banyak bicara, santun “ ... Ia tak bicara jika tak perlu ...” “ ... Ia adalah pemuda santun harapan bangsa ...”
Latar Cerita Latar Tempat Latar Waktu Sekolah: “... Aku duduk dibangku panjang di depan sebuah kelas ... “ Toko sinar harapan : “... Aku berpaling dan bergegas meninggalkan toko itu ...” Latar Waktu Pagi : “ ... Pagi itu waktu aku masih kecil ...” Siang : “ ... Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin panas ...” Malam : “... Pada suatu ketika, saat hari sudah jauh malam ...”
Latar Suasana 1) Suasana Sedih Berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya. 2) Suasana Senang. Saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan. 3) Suasana Cemas. Saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk melengkapi jumlah siswa menjadi 10 calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
Amanat Nilai sosial budaya : Jalinlah persahabatan dengan sesama dan jauhkan rasa dengki. Nilai moral : Jangan jadikan kondisi yang ada sebagai penghalang untuk meraih impian kita. Nilai edukatif : Mengajarkan kita untuk berjuang dalam menjalani hidup
Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
Gaya cerita Bentuk cerita: cerita ini berbentuk novel Gaya bahasa: Di sini saya tidak mengetahui gaya bahasanya, karena ada kata-kata yang sulit untuk dipahami. Ada beberapa bahasa daerah tersebut dan ada pula kata-kata ilmiah pada novel laskar pelangi ini.
Keunggulan Kekurangan Novel ini memberikan inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kondisi yang tidak bersahabat. Cerita ini dibuat seolah-olah benar-benar terjadi. Kekurangan Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah Belitung. Sehingga mungkin sedikit membingungkan pembaca. Penggunaan nama-nama ilmiah dalam cerita-ceritanya. Hal ini membuat pembaca kurang nyaman dalam membaca.
Kesimpulan Novel laskar pelangi ini sangat cocok dan disarankan untuk dibaca oleh semua kalangan. Karena dalam novel ini terdapat nilai-nilai moral dalam kehidupan.