Sinopsis dan Unsur – Unsur Intrinsik Novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya : HAMKA Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Apresiasi Sastra Indonesia Dosen : Prana Dwija Iswara,M.Pd Oleh : Lita Nopalia ( 0809778 )
IDENTITAS BUKU Judul : Di Bawah Lindungan Ka’bah Pengarang : Hamka Cetakan ke- : 29 Tahun Terbit : 2003 Tempat terbit : Jakarta Penerbit : P. T Bulan Bintang Tebal buku : 21 cm / 80 halaman
SINOPSIS Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Sinopsis adalah ringkasan sebuah tulisan atau karangan yang diterbitkan bersama – sama karangan asli atau ringkasan cerita yang ditampilkan di depan cerita yang utuh
Sinopsis novel berjudul “ Di Bawah Lindungan Ka’bah “ karya : HAMKA Seorang anak yatim yang miskin bernama Hamid diangkat anak oleh keluarga Haji Jafar . Haji Jafar adalah orang yang kaya raya. Haji Jafar dan istrinya ( Asiah ), menganggap Hamid seperti anaknya sendiri. Hamid anak yang rajin, sopan dan berbudi sehingga diperlakukan sama dengan anak kandung mereka, Zaenab. Hamid juga menganggap Hamid seperti kakak kandungnya. Ia banyak bersama – sama dengan Hamid. Karena bersekolah di tempat yang sama, keduanya pergi dan bermain bersama. Ketika mereka beranjak remaja, dalam hati mereka mulai tumbuh perasaan lain, suatu perasaan yang selama ini belum mereka rasakan sebelumnya. Hamid merasa bahwa rasa sayangnya terhadap Zaenab bukan lagi perasaan sayang kepada adiknya. Demikian pula halnya dengan Zaenab. Setelah tamat dari sekolah rendah, Hamid melanjutkan sekolahn ke Padang Panjang, sedangkan Zaenab tidak melanjutkan sekolahnya. Pada masa itu, wanita yang tamat sekolah rendah tidak dibolehkan meneruskan sekolahnya. Mereka dipingit untuk kemudian dinikahkan dengan pilihan orang tuanya. Dengan berat hati, Hamid meninggalkan gadis itu. Selama di Padang Panjang, Hamid semakin menyadari perasaan cintanya terhadap Zaenab. Perasaan rindu hendak bertemu dengan gadis itu semakin hari semakin menyiksa. Ia ingin selalu berada di dekatnya. Namun, ia tidak berani mengutarakan perasaan hatinya. Dia sadar adanya jurang pemisah yang sangat dalam antara mereka. Zaenab berasal dari keluarga terpandang, sedangkan Hamid berasal dari keluarga miskin. Itulah sebabnya, rasa cinta yang bergelora terhadap Zaenab hanya dipendamnya saja.
Hamid benar – benar harus menguburkan rasa cintanya kepada Zaenab ketika Haji Jafar, ayah zaenab yang sekaligus ayah angkatnya, meninggal dunia. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal. Betapa pilu hatinya ditinggal oleh dua orang yang sangat dia cintai. Kini dia merasa hidup sebatang kara. Dia merasa tidak lebih sebagai pemuda yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid tidak dapat menemui Zaenab lagi karena gadis itu telah dipingit ketat oleh mamaknya. Hati Hamid semakin hancur ketika mengetahui bahwa zaenab akan dijodohkan dengan pemuda yang memiliki kekerabatan dengan ayah angkatnya. Bahkan, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zaenab supaya mau dijodohkan. Betapa hancur hati Hamid menerima kenyataan tersebut. Cinta kasihnya kepada Zaenab tidak akan pernah tercapai. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mak Asiah. Dia menemui Zaenab dan membujuk gadis itu agar mau menerima pemuda pilihan mamaknya. Menerima kenyataan tersebut, hati Zaenab menjadi sangat sedih. Dalam hatinya, dia ingin menolak kehendak mamaknya, namun dia tidak mampu melakukannya. Setelah kejadian itu, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya. Dia tidak sanggup menanggung beban berat. Dia meninggalkan Zaenab dan pergi ke Medan, dia menulis surat kepada Zaenab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada gadis itu. Dari Medan Hamid melanjutkan perjalanan menuju Singapura, kemudian dia pergi ke tanah suci Mekkah.
Betapa sedih dan hancur hati Zaenab ketika dia menerima surat dari Hamid. Gadis itu tersiksa karena dia pun mencintai Hamid. Dia sangat merindukannya. Namun, dia harus melupakan cintanya karena mamaknya telah menjodohkan dirinya dengan pemuda lain. Karena selalu dirundung kesedihan, Zaenab sering sakit – sakitan dan kehilangan semangat hidup. Hamid selalu gelisah karena menahan rindu pada Zaenab. Untuk mengahapuskan kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik seorang Syekh. Sambil bekerja, dia terus memperdalam agama islam dengan tekun. Setelah setahun berada di Mekkah, Hamid bertemu dengan Saleh, seorang teman dari kampungnya yang sedang melakukan ibadah haji. Ketika itu Saleh menjadi tamu di penginapan tempat Hamid bekerja. Dari Saleh, Hamid dapat mendengar kabar tentang Zaenab. Sejak kepergiannya, Zaenab sering sakit – sakitan. Dia sangat menderita karena menanggung rindu kepadanya. Dia juga mengetahui kalau zaenab tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan ibunya. Mendengar penurturan Saleh, Hamid merasa sedih sekaligus gembira. Dia sedih sebab Zaenab dalam keadaan menderita batin. Di lain pihak, dia gembira sebab Zaenab ternyata mencintainya. Setelah mengetahui kenyataan yang menggembirakan itu, Hamid memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya setelah ia menunaikan ibadah haji. Sementara itu , Saleh mengirim surat kepada istrinya mengabarkan pertemuannya dengan Hamid. Dia menceritakan bahwa hamid masih menantikan Zaenab dan dia pun memberitahukan bahwa Hamid akan pulang ke kampung halamannya bila mereka telah selesai menunaikan ibadah Haji.
Rosna memberikan surat dari Saleh kepada zaenab Rosna memberikan surat dari Saleh kepada zaenab. Ketika dia membaca surat itu, betapa gembiranya hati Zaenab. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan kekasih hatinya. Dia merasa tidak sabar lagi menanti kedatangan Hamid. Segala kenangan indah bersama Hamid kembali menari – nari dalam pikirannya. Semua itu dia ungkapkan melalui suratnya kepada Hamid. Hamid menerima surat Zaenab dengan sukacita. Semangatnya untuk segera kembali pulang ke kampung semakin mengebu – bgebu. Dia sangat merindukan kekasih hatinya. Itulah sebabnya, dia memaksakan diri untuk tetap menunaikan ibadah haji sekalipun dalam keadaan sakit. Dia menjalankan setiap tahap yang wajib dilaksanakan untuk kesucian dan kemurnian ibadah haji dengan penuh semangat. Dalam keadaan sakit parah, dia melakukan wukuf. Namun, sepulang melakukan wukuf di Padang Arafah, tubuhnya semakin melemah. Pada saat yang sama, Saleh mendapat kabar dari istrinya bahwa Zaenab telah meninggal dunia. Dia tidak ingin memberi tahu kabar itu kepada Hamid. Namun, Hamid mendesaknya untuk menceritakan isi surat tersebut. Mengetahui isi surat itu, Hamid sangat terpukul. Namun, karena keimanannya kuat, dia mampu menerima kenyataan pahit itu. Dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keesokan harinya, dia tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina. Namun, dalam perjalannya, dia terjatuh, sehingga Saleh mengupah orang Baduy untuk memapahnya. Usai acara di Mina, mereka berdua berangkat ke Masjidil Haram. Ketika mereka selesai mengelilingi Ka’bah, Hamid minta berhenti di Kiswah. Sambil memegang Kiswah itu, dia mengucapkan “ Ya Rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang, “ beberapa kali. Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti untuk selama – lamanya. Hamid meninggal dunia di depan Ka’bah.
UNSUR – UNSUR INTRINSIK (Dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia, Unsur intrinsik adalah unsur – unsur yang membangun sebuah karangan dan merupakan sifat atau bagian dasar)
Unsur – Unsur Intrinsik Novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah “ Tema Gagasasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang menjadi dasar cerita. Novel ini bercerita tentang kasih tak sampai karena status sosial yang mencolok. Alur atau Plot Dalam bahasa Prancis disebut intrique yang artinya jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Novel ini memiliki alur sorot balik atau flash back, yaitu alur yang dimulai dengan menggambarkan bagian akhir dari suatu peristiwa yang kemudian diteruskan dengan peristiwa awal atau tengah yang membangun suatu cerita.
Tokoh dan Perwatakan Orang yang ambil bagian atau berperan dalam suatu cerita dan biasanya digambarkan ciri – ciri menonjol yang membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Tokoh dan Watak dalam novel ini diantaranya : Hamid, pemuda yang berbudi luhur dan taat beragama. Zaenab, anak Haji Jafar yang berhati mulia dan taat pada orang tua. Haji Jafar, saudagar kaya yang berhati mulia. Mak Asiah, istri Haji Jafar yang sangat berbudi luhur. Ibu Hamid, baik hati dan ramah. Rosna, sahabat Zaenab yang berbudi luhur dan taat beragama. Saleh, sahabat karib Hamid yang berbudi luhur. Dia suami Rosna Saya, si penulis yang baik dan setia kawan.
Latar atau Setting Digolongkan atas dua bagian, diantaranya : Latar material adalah berkaitan dengan tempat dan waktu yang bersifat kongkret. Latar tempat : 1. Sutuh ( atap rumah yang datar di Arab) 2. Rumah Haji Jafar di Padang Panjang 3. Kamar Zaenab 4. Rumah Hamid 5. Di Mekkah Latar waktu : 1. Pada musim naik haji tahun 1927 2. Di waktu malam, 3. Sepuluh hari sebelum orang – orang wukuf, 4. Pada hari kedelapan bulan Zulhijah Latar sosial adalah berkaitan dengan situasi atau kondisi sosial, ekonomi, politik, atau kebudayaan di masa peristiwa diceritakan. Latar sosial novel ini dipengaruhi oleh kondisi sosial yang masih memegang teguh kebudayaan dan adat istiadat di daerah Padang Panjang.
Sudut Pandang ( point of view ) Teori cerita atau naratologi yang menunjukkan kedudukan atau tempat berpijak juru cerita terhadap ceritanya. Dengan kata lain pengarang berada pada posisi apa dalam cerita. Ada dua macam sudut pandang pengarang dalam cerita, yaitu sudut pandang akuan dan diaan Sudut pandang cerita ini adalah sudut pandang diaan. Bagian yang membuktikannya, yaitu : Hidupnya amat sederhana, tiada lalai dari beribadat. Pada suatu malam, dia sedang duduk sendiri di atas sutuh. Biasanya sebelum kedengaran adzan Subuh, ia telah lebih dahulu bangun.
Gaya bahasa novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah “ Gaya Penulisan Cara penggunaan susunan kata dalam kalimat yang dapat melampaui batas makna kata yang lazim, karena cara tersebut dapat mengimbau panca indra pembaca untuk lebih cepat memahami sesuatu yang dikemukakan pengarang. Gaya bahasa novel “ Di Bawah Lindungan Ka’bah “ Kalimat yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Melayu, contoh : Baharu dua bulan saja …. Ia bermenung kira – kira … Pandai benar engkau mewartakan nasibmu … Banyak menggunakan istilah daerah, seperti : Engku : bapak Mamak : ibu Berlimau : mandi dengan air yang dicampur kulit limau Darat : di Padang menyebut Padang Hulu itu “ darat “ Talkin : kebiasaan mendoakan mayat di kuburnya . Menggunakan majas atau ungkapan, contoh : Dari jauh ombak memecah dan menderum tiada henti memukuli tepi pasir itu. Merapi dengan kepundan yang laksana disepuhi emas.
Amanat Dalam bahasa Inggris message yang berarti sama dengan pesan atau amanat. Dengan kata lain amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat karyanya ( cerpen atau novel ) kepada pembaca atau pendengar. Di dalam cerita novel ini banyak disampaikan pesan – pesan moral dan ajaran agama, khususnya ajaran agama Islam, diantaranya : Kita harus berbuat baik kepada sesama karena di hadapan Allah, kedudukan kita semua sama dan yang membedakannya hanya seberapa besar keimanan kita kepada-Nya. Hendaknya kita lebih mementingkan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri. Mencintai seseorang tidak semata hanya memandang fisiknya saja tetapi juga hatinya.
SEKIAN