CTB Model (Cara Terpendek untuk Berdaya)
CTB Model Elemen dasar dari "Cara Terpendek untuk Berdaya" alias "CTB Model" adalah: 1. Re-Framing 2. Association
CTB Model PIKIRAN melakukan re-frame dan kemudian PERASAAN ditenggelamkan dalam asosiasi yang sesuai re-frame.
CTB Model Setiap kondisi tidak berdaya adalah kondisi yang sedang terpenjara oleh frame BERPIKIR tertentu dan PERASAANNYA masih dis-asosiatif dari kondisi berdaya. Pemberdayaan adalah melakukan upaya forced/focused cognition terhadap PIKIRAN dan forced/focused affection terhadap PERASAAN.
CTB Model – Ultimate Style Memanfaatkan tingkat tertinggi dari Neuro Logical Level (NLL) yang sangat chunk-up dan 'mencakup segala'. Menerapkan hanya satu siklus Re-Frame dan Association. Kondisi Tak Berdaya: "Oh, hidupku kacau-balau..." Re-Framing: "Ini hidupmu. Di dalam hidupmu hanya ada Tuhan dan utusan-Nya, dirimu, dan dunia. Apa dan siapapun yang bukan Tuhanmu atau utusan-Nya dan bukan dirimu adalah tamu-tamu di dalam hidupmu sebagai bagian dari dunia. Engkau telah diberi kekuasaan dan kekuatan untuk mengatur dan mengelola duniamu itu sebagai 'wakil' dan saksi-Nya di dalam hidupmu ini.“ Association: "Apakah engkau mau merasa bahwa engkau telah kehilangan kekuasaan dan kekuatan sebagai 'wakil' dan saksi-Nya sehingga dirimu bukan lagi manusia, ataukah engkau mengerti bahwa engkau adalah makhluk yang paling berdaya di muka bumi?”
CTB Model – Soft Style Kondisi Tak Berdaya 1: "Aduuuh, ane kehabisan duit nih. Pusiiiiing...! Bingung neh. Mentok, abis nggak tau lagi gimana harus mencari uang." Re-Framing 1: "Jika engkau punya pos-pos pengeluaran, maka biasanya engkau perlu menciptakan pos-pos penerimaan. Jika engkau masih mengeluarkan biaya, maka engkau masih perlu mendapatkan uang. Jika engkau masih menggunakan atau memanfaatkan, maka biasanya engkau masih perlu memelihara. Maka, engkau tetap perlu mencari uang." Association 1: "Bukankah, jika engkau mau menyediakan waktu untuk menyadari semua itu, maka berarti engkau masih mau menyediakan waktu untuk melakukan sesuatu tentang semua itu? Maka sadarilah, bahwa engkau masih punya kesempatan untuk mencari uang.”
CTB Model – Soft Style Kondisi Tidak Berdaya 2: "Pan ane udah bilang tadi, gue nggak tau lagi gimana harus mencari uang!" Re-Framing 2: "Bisa jadi, sebab engkau masih menggunakan 'harus' dan 'mencari'." Association 2: "Bagaimana dengan ini? Engkau tetap 'mengharuskan', tapi bukan lagi 'mencari' melainkan 'dicari'. Bagaimana caranya, supaya uanglah yang 'harus mencarimu'?"
CTB Model – Extreme Style Kondisi Tidak Berdaya 1: "Aku tidak berbahagia." Re-framing 1: "Itu salahmu!" Association 1: "Apa rasanya menjadi manusia yang bersalah?"
CTB Model – Extreme Style Kondisi Tak Berdaya 2: "Kampret luh! Bukannya nolongin malah nyalahin!" Re-Framing 2: "Ini salahmu! Masa kanak-kanakmu sudah berlalu." Association 2: "Apa rasanya menjadi manusia dewasa yang bersalah dan merengek seperti anak kecil?"
CTB Model – Extreme Style Kondisi Tak Berdaya 3: "Lama-lama gue tonjok lu!" Re-Framing 3: "Ini salahmu! Kemarahanmu semakin tak memberdayakanmu." Association 3: "Apa rasanyanya, menjadi manusia dewasa yang bersalah, merengek seperti anak kecil, dan dipenuhi kemarahan pula?"
CTB Model – Extreme Style Kondisi Tak Berdaya 4:...Gubraaak! Re-Framing 4: "Ini salahmu! Sudahlah, percuma saja engkau marah. Engkau semakin tak berdaya." Association 4: "Maukah engkau menerima kesalahanmu sebagai normalnya kesalahan manusia, yang masih selalu diberi kesempatan untuk berdaya, sepanjang ia berusaha tetap dewasa dan menjaga diri dari kemarahan?"
CTB Model – Extreme Style Kondisi Tak Berdaya 5: "Tapi gue masih marah dan kesal nih!" Re-Frame 5: "Tetap saja ini semua salahmu! Marah dan kesalmu itu hanya tertuju pada dirimu sendiri." Association 5: "Ketahuilah, pagi ini dirimu sudah bukan dirimu yang kemarin. Maka maafkanlah dirimu yang telah bersalah dan kurang dewasa. Berhentilah marah dan kecewa, lalu bangkitlah sebagai manusia dewasa yang berdaya."