UNIVERSITAS ESA UNGGUL BUDAYA NURWITO,S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
BUDAYA Budaya berarti pikiran, akal budi Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi yang sudah maju Budaya merupakan bentuk perwujudan dari sikap batin manusia yang berasal dari perbuatannya yang sering dilakukan terus-menerus sehingga menjadi wataknya
Hal-hal yang perlu dibudayakan sesuai ajaran Buddha: Keyakinan Perhatian murni Malu berbuat jahat Takut akibat perbuatan jahat Tidak serakah Tidak benci
Keseimbangan batin Ketenangan dari bentuk-bentuk batin Ketenangan pikiran Kegembiraan dari bentuk-bentuk batin Kegembiraan pikiran Sifat menurut dari bentuk-bentuk batin Sifat menurut dari pikiran Sifat menyesuaikan diri dari bentuk-bentuk batin Sifat menyesuaikan diri dari pikiran Kemampuan dari bentuk-bentuk batin Kemampuan dari pikiran Ketulusan/kejujuran dari bentuk-bentuk batin
Ketulusan/kejujuran dari pikiran Bicara benar Perbuatan benar Pencaharian benar Belas kasihan Simpati Kebijaksanaan Etos Kerja: Pengertian Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas terkait dengan keyakinan seseorang atau sekelompok orang Etos kerja dalam agama Buddha adalah menyempurnakan diri dengan memperbaiki karma secara produktif dan membuang egoisme
Setiap makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri Setiap makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Perbuatannya yang menentukan bagaimana nasibnya, bahkan kelahirannya di kemudian hari (Anguttara Nikaya. V, 288). Makna Bekerja: Apa yang disebut kerja tak lain dari melakukan karma atau perbuatan agar seseorang dapat berkembang Bekerja adalah sebuah kebutuhan, bukan persoalan mengabdi pada orang lain. Kalaupun terkandung maksud untuk mengabdi, bukan karena ada yang mengharuskan, melainkan sepantasnya karena dorongan hati sendiri.
Analogi kegiatan Buddha dengan petani: Usaha mempraktikkan Dharma yang dianalogikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh para petani, membajak dan menabur benih: Benih yang ditabur atau bibit yang ditanam adalah keyakinan Keyakinan sebagai bibit memerlukan disiplin yang disamakan dengan siraman air hujan. 3. Adanya pandangan terang diumpamakan sebagai bajak yang serasi dengan kuknya 4. Tahu malu merupakan tangkai bajak dan Akal sehat menjadi tali pengikat
5. Kesadaran atau pikiran terkonsentrasi disamakan 5. Kesadaran atau pikiran terkonsentrasi disamakan lengan mata bajak dan gandar 6. Kewaspadaan ditunjukkan dengan berhati-hati dalam tindakan dan ucapan, begitu pun makan sewajarnya. Apa yang buruk seperti rumput liar disingkirkan dengan Kebenaran. Menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya yang menjadi dambaan. Ditunjang daya upaya yang tekun, selalu menjadi lebih maju, aman, tiada lagi penderitaan (Samyutta Nikaya. I, 172-173).
Fungsi Kerja: E.F. Schumacher mencatat sedikitnya terdapat tiga fungsi bekerja dalam pandangan Buddha, yakni: 1. Memberi kesempatan kepada orang untuk menggunakan dan mengembangkan bakatnya; 2. Agar orang bisa mengatasi egoismenya dengan jalan bergabung melaksanakan tugas bersama- sama orang lain; 3. Menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan yang layak.
Mentalitas Kerja: Bagaimana orang bekerja, sedikit atau banyak terpengaruh oleh keyakinan keagamaan yang dianutnya. Bekerja bisa seraya berdoa, atau bekerja sendiri dipandang sebagai ibadah, membuat orang merasa senang mengerjakannya. Sebagai kebutuhan untuk menyempurnakan diri bekerja seharusnya bukanlah beban. Karena orang melakukannya dengan bebas tanpa tekanan, bukan tanpa pilihan, ia akan merasa senang. Memprakktikan ajaran agama untuk memperoleh rezeki berarti bekerja, jangan tersesatkan oleh berbagai bentuk praktik mistis
Lima Kekuatan: Ketika melakukan pekerjaan seseorang hendaknya mengembangkan lima kekuatan yaitu kekuatan: 1. keyakinan 2. usaha yang penuh semangat 3. kesadaran dalam arti ingatan yang penuh perhatian, 4. konsentrasi 5. kebijaksanaan (Anguttara Nikaya. III, 10).
Keseimbangan dalam bekerja: Kepada Bhikkhu Sona, Buddha mengajarkan bagaimana bekerja dengan baik dan benar itu menghindari usaha yang terlalu keras, yang menimbulkan kesibukan berlebihan sehingga membingungkan. Begitu juga menghindari ekstrem terlalu longgar atau kemalasan. Memelihara keseimbangan bekerja, seperti juga keseimbangan semua indra, dapat dibandingkan dengan menyetel senar kecapi, tidak boleh terlalu kencang ataupun terlalu longgar (Anguttara Nikaya. III, 373-374).
Jalan Benar: Kerja yang benar bertujuan mengakhiri penderitaan. Karena hanya ada satu Jalan Mulia untuk mengakhiri penderitaan (Dhammapada. 274-275), kerja yang benar berarti memenuhi kedelapan unsur jalan tersebut, yakni pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, mata pencaharian, daya upaya, perhatian dan konsentrasi yang benar.
Menghargai Waktu: Buddha mencela kebiasaan bermalas-malasan. Sigalovada Sutta mengemukakan bagaimana orang tidak bekerja dengan alasan masih terlalu dingin, atau masih terlalu panas. Begitu pula karena masih terlalu pagi, atau terlalu siang; masih terlalu lapar, atau terlalu kenyang. Dengan alasan-alasan semacam itu orang membiarkan kesempatan berlalu. Karena malas, ia tidak sukses atau mendapatkan kekayaan; sebaliknya yang terjadi adalah kemerosotan (Digha Nikaya. III, 184).
Saat yang tepat untuk bekerja keras, mumpung masih: 1. Muda atau belum semakin tua 2. Sehat 3. Bukan musim paceklik atau tidak ada bencana kelaparan 4. Aman dan damai 5. Bersatu (Anguttara Nikaya.III, 103-105).
Referensi: Mukti, Krishanda W. 2003. Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan Piyadassi, Mahathera. 2003. Spektrum Ajaran Buddha. Diterjemahkan oleh Hetih Rusli, Vivi, dan Titin Negsi. Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri Ratna Sri Dhammananda. 2002. Keyakinan Umat Buddha. Pustaka Karaniya. http://www.dhammacakka.or.id/mahasati/diskusidhamma/dd-020928.htm http://www.freelists.org/archives/mahasathi/06-2007/msg00050.html
KUIS: Jelaskan pengertian budaya dan kebudayaan! Mengapa kita perlu membudayakan malu berbuat jahat dan takut akibatnya dalam kehidupan sehari-hari? Apakah seseorang yang sering membunuh,. mencuri, berbuat zina, berdusta, dan mabuk-mabukan adalah orang yang berbudaya? Bagaimana pandangan agama Buddha tentang etos kerja! Mengapa kita perlu mengahargai waktu dengan sebaik-baiknya? Apa saja waktu yang tepat bagi seseorang untuk bekerja keras!