IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KINEMATIKA Kinematika adalah cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda tanpa memperhatikan penyebab gerak benda tersebut. Penyebab gerak yang sering.
Advertisements

Pengukuran Sudut Sudut adalah bangun yang dibentuk oleh 2 sinar garis yang bersekutu pada pangkalnya. 2 sinar garis itu disebut kaki sudut. Pangkal kedua.
Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika, dan mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika sederhana.
TEST PHYSICS PENGGUNAAN PROGRAM VBA 20 SOAL By AGUS BUDIANTO,S.Pd
ILMU UKUR TANAH dan KARTOGRAFI.
salah benar salah salah salah a. Rp ,00 b. Rp ,00
Kerja dan Energi Dua konsep penting dalam mekanika kerja energi
ILMU UKUR WILAYAH dan PEMETAAN.
Geometri dan pengukuran
MENERAPKAN DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK
SISTEM KOORDINAT.
LATIHAN SOAL-SOAL 1. Himpunan 2. Aritmatika Sosial 3. Persamaan GL.
Kelompok 2: Minianingsih Nurfajri
BAB 1 ANALISIS VEKTOR 1.1 SKALAR DAN VEKTOR Skalar Vektor Medan skalar
SOAL MENGURAIKAN DAN MENYUSUN GAYA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
ADVANCED TRIGONOMETRY page 126
PENGOPERASIAN ALAT SIPAT DATAR
Materi Kuliah Kalkulus II
PERPETAAN - 3.
Sistem Koordinat Bumi.
Teknologi Dan Rekayasa TECHNOLOGY AND ENGINERRING
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 2)
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA
Mapping And Surveying Department
SEGI EMPAT 4/8/2017.
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
BAB III. STATIKA BENDA TEGAR DALAM DUA DIMENSI
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Interpolasi Kontur)
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 3)
1. Azaz Mekanika.
SEGI EMPAT Oleh : ROHMAD F.F., S.Pd..
BAB 2 GELOMBANG MEKANIK PERSAMAAN GELOMBANG TRANSMISI DAYA
Pemakaian Perbandingan Trigonometri
Pertemuan Ke-8 Perencanaan Sambungan Baut
4. DINAMIKA (lanjutan 1).
GERAK PARABOLA Felicianda Adrin B Oleh:
SIPAT DATAR PERTEMUAN 8TH, JUNI
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 4)
5.5. PENGUKURAN POLIGON 5.1. Persiapan Pengukuran
PENGUKURAN TEGAK DAN ALAT PENYIPAT DATAR DI LAPANGAN
PENGERTIAN SUDUT JURUSAN
Teknologi Dan Rekayasa
PENENTUAN POSISI SUATU TITIK
PENGERTIAN SUDUT JURUSAN
Teknologi Dan Rekayasa
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
PERTEMUAN I ILMU UKUR TANAH II Survei dan Pemetaan
VEKTOR 2.1.
Pengukuran Poligon.
THEODOLIT DAN WATERPASS
THEODOLIT DAN WATERPASS
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PERKALIAN VEKTOR Di sini ditanyakan apa yang dimaksud dengan fisika.
1.4 SISTEM KOORDINAT EMPAT BIDANG
PRAKTEK TACHIMETRI.
MELUKIS GARIS TEGAK LURUS
SMA NEGERI 2 TAMBUN SELATAN
PENGUKURAN WATERPASS.
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat V. PENGUKURAN WILAYAH
MELUKIS GARIS TEGAK LURUS
SIPAT DATAR PERTEMUAN 4th, Maret
Kelompok 11 Pengukuran kerangka dasar vertikal
Pertemuan 7 Kerangka dasar VERTIKAL
Peta Konsep. Peta Konsep A. Menggambar dan Menghitung Jarak.
BAB 2 VEKTOR 2.1.
MELUKIS GARIS TEGAK LURUS
MELUKIS GARIS TEGAK LURUS
MELUKIS GARIS TEGAK LURUS
Cara Menggunakan Alat Sipat Datar (Waterpass) Tenti setio ningrum Yudi pratamaSandy komeryansah Sidix adji pratama Wicahya alexsandro k Nama kelompok.
Transcript presentasi:

IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )

Tacimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang – benang silang pada alat teodolit terhadap rambu. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan tacimetri antara lain : Ketelitian cukup tinggi, yaitu antara 1 : 500 sampai dengan 1 : 10.000, Tidak terpengaruh oleh keadaan permukaan tanah yang jelek, Pengukuran cepat, Tidak banyak membutuhkan banyak tenaga / pertugas lapangan dan perlengkapan ,

Prosedur pengukuran dapat dijelaskan sebagai : Titik-titik A, B, C,…………. adalah station-station alat theodolit yang berurutan dan disusun berbentuk kerangka poligon terbuka, Theodolit dipasang di titik A dengan skala horizontal terbaca 0o, kemudian teleskop dibidikan ke rambu dititik B. Bacaan rambu yang diambil pertama adalah dititik B, kemudian bacaan pada setiap interval tertentu, misalkan tiap 10 meter ( rambu ab. 1, ab. 2, ab. 3….… ) sepanjang garis AB, A D C B ab2 ab1

Kemudian, teleskop diputar pada skala horizontal tertentu ( misalkan 30o ), dan letakan rambu (a1) dan baca, selanjutnya baca rambu yang dipasang sepangjang garis tersebut pada setiap interval tertentu misalkan setiap 10 meter ( rambu a1. 2, a1. 3 ……..) Prosedur tersebut diteruskan dengan mengambil pembacaan rambu-rambu pada skala horizontal 60o, 90o, ………. 330o ( setiap 30o) dari AB, sehingga semua titik-titk yang terdapat pada satu lingkaran dengan titik pusat A dapat dihitung ketinggiannya. A D C ab2 ab1 a1.1 a1.2 B

Selanjutnya, alat dipindahkan ketitik B, C, …… Selanjutnya, alat dipindahkan ketitik B, C, ……., pada setiap posisi alat, dilakukan pekerjaan pengukuran yang sama seperti diatas. Sudur jurusan dari salah satu garis perlu diukur misalnya sudut jurusan BC. Hal ini dimaksudkan agar hasil survai mempunyai arah. A D C ab2 ab1 a1.1 a1.2 B

DASAR TACIMETRI Bidikan horizontal dengan posisi rambu yang tegak lurus garis kolimasi. Bacaan ketinggian rambu dengan teleskop akan menghasilkan dua bacaan benang atas dan benang bawah, panjang rambu antara indek bacaan ini disebut intercept rambu ( s ). Jarak antara benang atas dan benang bawah pada teleskop ( i ) biasanya 2mm atau 3mm. Berkas cahaya yang melalui titik pertemuan lensa P merupakan garis lurus. A B a b s i d f1 f2 Lensa obyektif

Apabila tacimetri dipasang dengan benar Perhatikan segitiga sebangun abP dan ABP A B a b s i d f1 f2 Lensa obyektif P Keterangan : i dan f2 = konstanta suatu alat c = konstanta pengali biasanya (c = 100) d = konstanta tambahan s = indek bacaan benang bawah dan benang atas D = jarak antara alat sampai rambu Apabila tacimetri dipasang dengan benar (sumbu vertikal tepat diatas station alat, teleskop horizontal) dan rambu dipegang benar-benar vertikal, maka D merupakan jarak antara alat dan rambu.

Penggunaan tacimetri. Tacimetri dapat dipergunakan pada semua keadaan tanah, 1. Pada keadaan tanah yang datar Garis bidik mendatar sejajar dengan permukaan tanah D = f1 + d  D = c . s + d keterangan : c = konstanta pengali d = konstanta tambahan, biasanya 100 D = jarak antara alat dan rambu A s B D h theodolit

2. Pada keadaan tanah yang miring Garis bidik miring terhadap rambu vertikal A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s a, b : bacaan pada rambu tegak lurus grs. Bidik, dengan selang s’ maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s’ + d dengan : s’ = s cos  s = B – A H h v t s’ s D h A B a b

Jadi jarak horizontal antara rambu dan alat ( H ) : H = D cos  = ( c.s’ + d ) cos  = ( c.s cos  + d ) cos  = c.s cos 2  + d cos  H = c.s cos 2  + d cos  Beda tinggi antara alat dan rambu (h) : h = v + h – t = ( D. sin ) + h - t = {( c.s’ + d ) . sin } + h - t = {(c.s . cos  + d ) . sin } + h - t = ( c.s. cos  . sin  + d . sin ) + h – t = ( ½ c.s. sin 2  + d sin  ) + h – t  V = ½ c.s. sin 2  + d sin  + h – t H h v t s’ s D h A B a b

b. Garis bidik miring terhadap rambu yang diletakan tegak lurus grs b. Garis bidik miring terhadap rambu yang diletakan tegak lurus grs. bidik A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s + d s = B – A ( selisih bacaan rambu bawah dan bacaan rambu atas ) B A v t” h D h s t’ t H’ H

Jarak horizontal antara alat ke rambu ( H ) : H = H’ + t’ H = ( D cos  ) - t’ t’ = t sin , t’ = sangat kecil, maka dapat diabaikan  H = ( c.s + d ) cos a Beda tinggi antara alat ke rambu ( V ) : V = v’ + h – t” t” = t cos , cos  sangat kecil dapat diabaikan, maka t” = t V = v’ + h - t cos  V = ( D sin  ) + h – t V = {( c.s + d ) sin } + h – t  V = c.s sin a + d sin a + h - t

Keterangan : h = tinggi alat t = bacaan benang tengah s = selisih bacaan benang bawah dan atas c = konstanta pengali, biasanya c = 100 d = kontanta tambahan h = beda tinggi antara alat dan rambu H = jarak horizontal antara alat dan rambu D = jarak antara alat dan rambu

Contoh : Tacimeter dipakai untuk menentukan beda tinggi antara titik A dan B. Alat dipasang di I, dan dicatat data sebagai : Titik Sudut vertical Bacaan pada rambu vertical A - 6o 24’ 3.605 2.920 2.235 B - 8o 30’ 1.975 1.095 0.215 Jika diketahui Ketinggian titik A 100 m di atas BM konstanta tacimeter c = 50 dan dan konstanta tambahan d = 0.5 m Ditanyakan : Ketinggian titik B Jarak antara titik A dengan Alat

JAWAB : a. Jalur I - A  D = c s’ + d D = 50 ( 3. 605 – 2 JAWAB : a. Jalur I - A  D = c s’ + d D = 50 ( 3.605 – 2.235 ) cos 6o 24’ + 0.5 = 68,58 m V = D sin 6o 24’ = 7.59 m Bacaan benang Tengah = 2.920 m , jadi A adalah ( 7.59 + 2.920 – h ) = ( 10.510 – h ) m dibawah I b. Jalur I - B  D = 50 ( 1.975 –0.215 ) cos 8o 30’ + 0.5 m = 87.54 m V = 87.54 sin 8o 30’ = 12.86 m Bacaan benang tengah = 1.095 B = ( 12.86 +1.095 – h ) = ( 13.955 – h ) m di bawah I

Dengan demikian diperoleh : B  ( 13. 955 – h ) - ( 10. 510 – h ) = 3 Dengan demikian diperoleh : B  ( 13.955 – h ) - ( 10.510 – h ) = 3.455 m di bawah titik A Karena A =+ 100 m  maka B = 100 - 3.455 m = + 96.555 m Jarak horizontal dari I sampai A : Untuk jarur I - A, D = 68,58 m dan cos 6o 24’ Jadi H = 68,58 * cos 6o 24’ = 68.61 m

Contoh soal 2 .   Sebuah Tacimetri, Konstanta pengali = 100 dan Konstanta Tambahan = 0, digunakan untuk membidik rambu yang didirikan di atas Bench Mark 120,63 m di atas datum secara Vertikal, Kemudian membidik titik P. Data dicatat sebagai berikut : Posisi Rambu Sudut Vertikal Bacaan Benang Bench Mark + 04O 24‘ 00” 2.680 1.400 0.120 Titik P - 03O 12‘ 00” 2.005 1.055 0.105 Hitunglah : Ketinggian P diatas datum Jarak Horizontal dari Alat ke titik P