Assalamu’alaikum Wr. Wb. COY…!!! COY…!!! Lhe, Kok diem?? Dijawab… COY…!!! COY…!!!
1. Penyebarluasan Berita Proklamasi
Dari mulut ke mulut 17/8/1945, B.M.Diah mencetak teks Proklamasi kurang lebih 1000 lembar disebarkan di kota Jakarta 17/8/1945, Waidan B. Palenewen (kep.bg.Radio KB.Domei) menerima teks dari Syahrudin dan memerintahkan pada F.Wuz untuk menyiarkan setiap setengah jam sekali hingga Pkl.16.00 WIB. 17/8/1945, Pkl. 19.30 Soekarno melakukan siarang ulang Proklamasi di Radio Lab Fisologi Salemba. Berita proklamasi secara resmi dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan menyaksikan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
diantaranya, Teuku Muhammad Hasan (Aceh), Sam Ratulangi (Sulawesi), Ketut Pudja (Bali), AA Hamidan (Kalimantan). Surat kabar yang pertama kali menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah Tjahaja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia yang terbit di Surabaya. Sinar api kemerdekaan Indonesia terus merayap ke mana-mana, ke seluruh pelosok Pulau Jawa kemudian menyeberang lautan menuju ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Bahkan berita kemerdekaan Indonesia dapat tersebar hingga ke luar negeri .
2. Dukungan Rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Rapat Raksasa di Ikada Pada tanggal 19 Agustus 1945 direncanakan akan diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dengan tujuan agar para pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara langsung di hadapan rakyat Indonesia. Persiapan penyelenggaraan rapat raksasa itu dilakukan secara beranting oleh organisasi pemuda, BKR, Barisan Pelopor, Pamong Desa, API, RT, pelajar dan Hisbullah (komite van Aksi) Walaupun demikian, rapat raksasa yang dilakukan di Lapangan Ikada itu mengalami banyak hambatan.
Pernyataan Sri Sultan Hamengku Bowono IX Sri Sultan Hamengku Bowono IX sebagai Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Sri Pakualam VIII, memberikan dukungan terhadap proklama si kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Melalui pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwo no IX dan Sri Paku Alam VIII, Negeri Ngayogya karta Hadiningrat secara resmi menjadi bagian wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia dengan kedudukannya sebagai daerah istimewa.
3. Tindakan-tindakan Heroik di Berbagai Kota
Surabaya Selama bulan September 1945, terjadi perebutan senjata di arsenal (gudang mesiu) Don Bosco dan perebutan Markas Pertahanan di Jawa Timur. Pada tanggal 19 September 1945 terjadi insiden bendera di Hotel Yamato.
Yogyakarta Tanggal 26 September 1945 semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Pada tanggal 27 September 1945, KNI daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan pemerintah Republik Indonesia.
Semarang Terjadi pertempuran lima hari di Semarang. Korban yang jatuh di dalam pertempuran itu diperkirakan 990 orang dari pihak Jepang dan Indonesia.
Sulawesi Selatan Pada tanggal 28 Oktober 1945 kelompok Barisan Berani Mati telah bergerak menuju sasaran dan juga melakukan pendudukan. Perjuangan yang dilakukan oleh para pemuda dan rakyat Sulawesi Selatan ini bertujuan untuk dapat menegakkan dan membela proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kalimantan Munculnya demonstrasi pengibaran bendera Merah Putih dan menyelanggaraan rapat-rapat. Pada tanggal 18 November 1945 berkumpul kira-kira 8.000 orang di depan kompleks NICA di kota Balikpapan sambil membawa bendera Merah Putih.
Sumbawa Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Bali Para pemuda di Bali membentuk beberapa organisasi yang antara lain adalah AMI (Angkatan Muda Indonesia) dan PRI (Pemuda Republik Indonesia) dalam rangka mempertahankan dan menegakkan kedaulatan di Indonesia.
Biak Pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi pemberontakan di Biak (Papua) dengan sasaran Kamp NICA dan tangsi Sorido. Pemberontakan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur hidup.
Banda Aceh Pertemuan pada tanggal 12 Oktober 1945 berubah menjadi ajang perbedaan pendapat antara kalangan pemuda dan pihak Jepang Akhirnya para pemuda merebut dan mengambil alih kantor pemerintah dengan pengibaran bendera Merah Putih.
Sumatera Selatan Perebutan kekuasaan di Palembang terjadi tanpa insiden, karena orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadinya demonstrasi.
Terima kasih…