MENULIS BERITA EKONOMI
Bagaimana Menulis Berita Ekonomi? Anda harus memahami dasar-dasar ekonomi dan keuangan sebelum Anda dapat melaporkannya secara efektif. Tulislah berita yang mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Berita tidak dipenuhi dengan angka. Sedapat mungkin hindari jargon ekonomi, jika Anda perlu untuk memasukkan istilah-istilah teknis, jelaskan kepada audiens. Neraca berisi banyak informasi yang berguna pada organisasi keuangan; belajarlah membaca neraca. Adil dalam memberitakan konflik industri.
Prinsip Penulisan Berita Ekonomi
Jangan Berkawan dengan Jargon Banyak wartawan terlalu kerap tergelincir ikut memamerkan jargon-jargon yang memusingkan dari ekonom, bankir, dan pejabat pemerintah ketimbang mengunakan bahasa yang digunakan banyak orang dalam percakapan sehari-hari. Bagi ekonom, jargon-jargon itu bukan masalah; mereka saling memahaminya. Sebaiknya, bagi pembaca kebanyakan, jargon ekonomi membingungkan dan membosankan. Meski sulit mernerjemahkan jargon ke dalam bahasa biasa, wartawan harus berusaha melakukannya. Tujuannya: pengguna bahasa sederhana untuk soal-soal yang ruwet. Idealnya, gunakan kalimat pendek, sedikit kata.
Definisikan Istilah Ekonomi Beberapa istilah ekonomi memang punya arti khusus yang jika ditanggalkan bakal membingungkan. Namun ingat, bagi banyak orang, istilah-istilah itu masih merupakan kode kata-kata yang misterius; Wartawan harus memecahkannya. Ini ringkasan dari sebuah artikel di halaman depan Daily Times, sebuah koran Nigeria: Suku bunga antarbank, yang relatif stabil dalam tiga bulan terakhir, melonjak tiga persen pekan lalu…. Di bagian tengah berita yang sama, sang reporter menulis: Suku bunga antarbank adalah suku bunga pinjaman yang diberlakukan oleh bank kepada bank lain dan biasanya menjadi faktor dasar yang dipertimbangkan oleh bank dalam menetapkan suku bunga pinjaman nasabahnya…..
Gunakan Statistik secara Selektif Berita bisnis biasanya mengandung terlalu banyak angka. Meski angka yang penting bisa menjadikan berita lebih berwibawa dan akurat, wartawan harus meninggalkan angka-angka yang tak penting benar. Banyak pembaca yang memandang angka terlalu kering dan sulit dicerna. Akibatnya, sebuah berita dengan begitu banyak angka membosankan dan sulit dipahami. Contoh: Angka produksi jagung sebesar 694 ribu ton pada 1983, 1,05 juta pada 19984, 1,01 juta pada 1985, dan 1,3 juta pada 1986. Pada 1987 angkanya turun menjadi 1,2 juta ton, lebih kecil 10 persen dibandingkan produksi pada tahun sebelumnya. Meski mendukung apa yang dikemukan wartawan, daftar statistik lengkap ini memacetkan 'nyawa' berita. Karena berita bukan karya akademik, banyak pembaca akan puas hanya dengan satu contoh: Produksi jangung merosot 10 persen menjadi 1,2 juta ton pada tahun 1987 Tapi pada banyak keadaan seorang reporter cukup: mengatakan "kira-kira separo" ketimbang "49 persen" atau "hampir lipat tiga" ketimbang "naik 295 persen".
Bandingkanlah setiap Statistik Bila kita memang mengutip statistik dalam sebuah berita, akan baik bila kita menempatkannya dalam konteks dengan cara membandingkannya dengan hal lain. Terkadang seorang wartawan bisa menghidupkan angka dengan menyajikan dalam suasana keseharian, atau yang bersifat manusiawi.
Ceritakanlah Statistik Tapi bahkan membandingkan statisitik pun biasanya tak cukup. Seorang wartawan perlu melakukan hal lain ketimbang sekedar melaporkan angka. Ia harus menjelaskan nilai pentingnya dan mengatakan maknanya. Dan ini kerap tak sangat jelas. Bagaimana kita menjadikan sajian statistik yang bermanfaat itu sebagai sebuah berita yang bermakna? Perbandingan antar-tahun tak cukup untuk mengungkapkan seluruh cerita di balik stastistik. Wartawan harus berhenti sejenak, mencermati seluruh angka di hadapannya, dan bertanya pada dirinya sendiri: Apa yang sesungguhnya terjadi di sini?
Cari Sisi lain Tak ada prinsip utama yang dasar dalam jurnalistik ketimbang meliput dari dua sisi. Tapi betapa seringnya ini dilupakan - atau diabaikan - dalam berita-berita bisnis. Sering seorang reporter menerima pemberitaan rutin sebuah perusahaan, menuliskan beritanya - dan, ya, itu saja. Atau reporter itu mendapatkan informasi rahasia tentang rencana sebuah perusahaan dan segara menuliskanya. Tujuannya: keberimbangan, dan gambaran yang lebih jelas bagi pembaca. Tak ada reporter yang benar-benar objektif. Dengan memilih apa yang benar-benar objektif. Dengan memilih apa yang menarik dalam suatu berita - atau bahkan berita apa yang akan ditulis - seorang reporter sudah memihak. Itulah sebabnya kita harus berusaha mati-matian untuk bersikap adil kepada semua pihak.
Memanusiakan Berita Bisnis Berita bisnis memang berhubungan dengan angka. Namun lebih dari itu, ia sekaligus juga menyangkut manusia. Bukan sekedar pejabat pemerintah dan eksukutif bisnis dan bankir dan ekonom, tapi manusia nyata--lelaki dan perempuan yang menjadi konsumen dan pembayar pajak. Ini begitu sering dilupakan oleh wartawan bisinis. Misalnya, sebuah majalah bisnis di India memuat feature mendalam tentang perebutan konsumen dalam industri kripik tentang yang tengah berkembang. Sejumlah eksukutif di perusahaan snack dikutip--tapi tak satu pun konsumen pemakan kripik kentang, orang-orang yang diperebutkan oleh pemain di Industri yang bersangkutan.
Tunjukkan Makna Berita Bisnis Sebuah tulisan berita harus menjelaskan kepada pembaca apa akibat sebuah peristiwa, mengapa peristiwa itu penting - bagi perusahaan, bagi angkatan kerja, bagi,industri, bagi negara. Mengapa pula ia penting bagi pembaca.
Jangan Terpaku pada Siaran Pers Sebuah siaran pers perusahaan atau pemerintah hanyalah sebuah titik beranjak bagi suatu berita bisnis. Liputan lanjutan biasanya diperlukan untuk menghidupakannya. Kita perlu juga mewawancari perusahaan-perusahan pesaing, pengamat luar, konsultan, akademisi, atau sumber-sumber lain untuk mendapatkan sisi dari berita.
Kail Gagasan-gagasan Baru Mungkin cara terbaik untuk membuat berita bisnis menarik perhatian pembaca adalah menuliskan sesuatu yang tak biasa, hal menarik yang tak dilaporkan penerbitan lain. Dengan mencari sisi baru perkembangan bisnis. Dengan sudut pandang bisnis pada berita-berita umum. Dengan melihat sudut pandang kemanusiaan pada berita bisnis. Dengan mempelajari kecenderungan-kecederungan yang menimbulkan dari – dan punya arti lebih penting - ketimbang peristiwa-peristiwa tertentu.
Inilah beberapa cara untuk mengali gagasan: Cari sudut pandang bisnis pada berita-berita umum. Contoh: pemerintah berencana memberlakukan e-ktp yang bersifat nasional. Siapa yang beruntung menjadi pelaksananya? Perhatikan kecenderungan tertentu. Sebuah peristiwa bisa jadi memang penting, tapi akan lebih penting bila itu menjadi tanda bagi sejumlah kecenderungan yang lebih besar. Cari sudut pandang kemanusiaan. Membaca tentang orang yang sukses berbisnis adalah hal yang menarik. Cari studi kasus yang menjadi ilustrasi sesuatu kecenderungan. Pembaca menyenangi cerita yang memperlihatkan drama bagaiamana sebuah perusahaan berusaha, misalnya, untuk mengembangkan produk baru. Sumber: Sepuluh Jurus Menulis Berita Ekonomi & Bisnis by Purwanto Setiadi
Bersambung…