KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia; mengidentifikasikan contoh peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha di berbagai daerah mendeskripsikan ciri-ciri di Indonesia.
PETA KONSEP
KERAJAAN KUTAI Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400–500 M. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama Kutai yang beragama Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk keluarga Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-4
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN KUTAI
PETA KEKUASAAN KERAJAAN KUTAI
KERAJAAN TARUMANEGARA Kerajaan Tarumanegara didirikan sekitar abad ke-5 di lembah sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan tertua di Jawa. Mengenai Kerajaan Tarumanegara dapat kita ketahui dari sumber sejarah prasasti dan berita dari pengembara Cina. Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman. Hal ini didasarkan pada tulisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun, Jambu, dan Lebak. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa kerajaan ini hancur setelah mendapat serangan dari Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN TARUMANEGARA
KERAJAAN MATARAM KUNO Di pedalaman wilayah Jawa Tengah sekitar abad ke-8 berkembang sebuah kerajaan besar yang disebut Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaan ini terletak di daerah yang disebut “Medang I Bhumi Mataram” (diperkirakan sekitar Prambanan, Klaten, Jawa Tengah). Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung. Pada masa pemerintahannya, banyak dibangun candi dan prasasti. Di antaranya adalah kompleks Candi Prambanan. Di samping itu, Raja Balitung juga dikenal dapat mengatur pemerintahan dengan baik sehingga membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN MATARAM KUNO
KERAJAAN SRIWIJAYA Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 M. Pusat kerajaan ini, pada awalnya terletak di Muara Takus, Riau. Namun setelah menguasai Palembang, pusat kerajaan dipindahkan ke muara Sungai Musi di Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai daerah-daerah sekitar. Bahkan hingga ke Semanjung Malaya dan Tanah Genting Kra di Thailand. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, tidak diketahui siapa raja pertama Sriwijaya. Petunjuk pertama tentang raja Sriwijaya baru ditemukan pada prasasti Kedukan Bukit. Kerajaan Sriwijaya mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN SRIWIJAYA
KERAJAAN KEDIRI Berdirinya Kerajaan Kediri dapat ditelusuri dari peristiwa pembagian wilayah Kerajaan Mataram Kuno oleh raja terakhirnya, Airlangga yang membagikerajaan menjadi dua, yaitu menjadi Panjalu dan Janggala. Pada tahun 1044 M, terjadi perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052 M. Semula Janggala adalah pihak yang menang. Ketika di bawah pemerintahan Jayeswara, Panjalu dan Janggala berhasil disatukan dan menjadi Kerajaan Kediri. Raja Kediri yang paling terkenal adalah Raja Jayabaya. Di bawah pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya. Jayabaya dikenal sebagai raja yang besar dan bijaksana. Ia juga dikenal sebagai pujangga. Karya Jayabaya yang hingga kini sangat dikenal adalah jangka (ramalan) Jayabaya.
SILSILAH RAJA-RAJA KEDIRI
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN KEDIRI
PETA KEKUASAAN KERAJAAN KEDIRI
KERAJAAN SINGASARI Kerajaan Singasari didirikan sekitar tahun 1222 M oleh Ken Arok. Wilayah kerajaan ini meliputi bekas wilayah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan Kerajaan Kediri. Kita ketahui bahwa setelah mengalahkan Kertajaya dalam pertempuran di Ganter, Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dengan Tumapel menjadi Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Kertanegara.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN SINGASARI
KERAJAAN PAJAJARAN Sumber-sumber sejarah tentang Kerajaan Pajajaran dapat diketahui dari sejumlah prasasti dan kitab cerita. Di antaranya adalah prasasti Rakryan Juru Pangambat (923M), prasasti Horren, prasasti Citasih (1030M), prasasti Astanagede, kitab Carita Kidung Sundayana, dan kitab Carita Parahyangan. Raja-raja yang diketahui pernah memerintah Pajajaran adalah Maharaja Jayabhupati, Rahyang Niskala Wastu Kencana, Rahyang Dewa Niskala, Sri Baduga Maharaja, Hyang Wuni Sora, Ratu Samian atau prabu Surawisesa, dan Prabu Ratu Dewata.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN PAJAJARAN
PETA KEKUASAAN KERAJAAN PAJAJARAN
KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di Jawa adalah Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini terletak di sekitar Sungai Brantas, Jawa Timur dengan pusat di Tarik, Mojokerto. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya sekitar tahun 1293 M dengan dibantu oleh Aria Wiraraja, Nambi, Lembu Sora, Ronggo Lawe, dan Kebo Anabrang. Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan gelar Rajasa Negara. Ia didampingi Gajah Mada sebagai mahapatih.
KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA DI KERAJAAN PAJAJARAN
PETA KEKUASAAN KERAJAAN MAJAPAHIT
PENINGGALAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA Dalam aspek pemerintahan, agama Hindu-Buddha membawa pengaruh terbentuknya sistem kerajaan dengan pemimpinnya adalah seorang raja yang diangkat secara turun temurun. Para raja ini diyakini sebagai titisan dewa. Dalam aspek sosial, masuknya pengaruh Hindu, masyarakat Indonesia terbagi atas kasta-kasta berdasarkan status sosial tertentu. Kasta-kasta tersebut adalah kasta Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Walaupun tidak seketat pembagian kasta di India, masing-masing kasta di Indonesia memiliki hukum dan kriteria tertentu yang harus diikuti para anggotanya. Dalam aspek budaya, masuknya pengaruh Hindu-Buddha berkembang sistem penanggalan yang disebut Tahun Saka.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK HINDU DI INDONESIA Candi-candi Hindu biasanya berfungsi sebagai makam para raja. Di dalam candi disimpan abu jenazah yang ditaruh dalam peti batu (peripih). Dalam candi, diletakkan raja sebagai dewa. Oleh karena itu, candi berfungsi juga sebagai tempat pemujaan. Beberapa candi yang bercorak Hindu di Indonesia adalah Candi Prambanan, Candi Jajagu (Jago), Candi Gedongsongo, Candi Dieng, Candi Panataran, Candi Selogrio, Candi Pringapus, Candi Singasari, Candi Kidal, Candi Badut, Candi Jawi, Candi Sukuh, Candi Plaosan, dan Candi Canggal.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK HINDU DI INDONESIA Bangunan candi-candi Hindu, umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Bhurloka (bagian kaki candi), Bhurvaloka (tubuh candi), dan Svarloka (atap candi). Bhurloka melambangkan dunia fana. Bhurvaloka melambangkan dunia pembersihan atau pemurnian. Svarloka melambangkan dunia para dewa. Umumnya, pada dinding candi-candi terdapat relief yang menggambarkan situasi kerajaan atau masyarakat saat itu, keadaan alam, dewa-dewa, binatang-binatang ajaib, bidadari-bidadari, atau cerita-cerita kepahlawanan tertentu.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK HINDU DI INDONESIA Sementara hasil-hasil sastra peninggalan Hindu umumnya memiliki ciri menceritakan hal-hal keagamaan dan kepahlawanan. Contohnya, karya sastra pada zaman Kediri yang berjudul Gatotkacasraya dan dikarang Empu Panuluh. Karya sastra ini menceritakan tokoh pahlawan Gatotkaca.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK HINDU DI INDONESIA Candi Prambanan sebagai salah satu candi Hindu.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK BUDDHA DI INDONESIA Candi-candi peninggalan sejarah yang bercorak Buddha umumnya hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi raja. Dalam candicandi ini biasanya terdapat patung Buddha. Candi-candi di Indonesia, yang bercorak Buddha, antara lain Candi Borobudor, Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Muara Takus.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK BUDDHA DI INDONESIA Candi-candi di atas, umumnya terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: Bagian dasar yang disebut Kamadatu, Kamadatu melambangkan manusia masih dalam rahim ibu. Bagian tengah yang disebut Rupadatu, Rupadatu melambangkan kehidupan manusia di dunia yang penuh nafsu keduniawian. Bagian atas yang disebut Arupadatu, Arupadatu melambangkan manusia sudah mencapai nirwana.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK BUDDHA DI INDONESIA Pada dinding candi-candi ini terdapat relief yang menggambarkan perbuatan manusia dan hukumannya atau riwayat Buddha Gautama sejak lahir hingga mencapai kesempurnaan Seni bangunan candi di Indonesia secara kronologis dibagi ke dalam dua masa, yaitu zaman Jawa Tengah yang menghasilkan langgam Jawa Tengah (berkembang setelah tahun M) dan Zaman Jawa Timur yang menghasilkan langgam Jawa Timur (berkembang setelah tahun 1000).
CIRI-CIRI CANDI LANGGAM JAWA TENGAH bentuk bangunannya tambun; atapnya berbentuk berunduk-unduk; puncaknya berbentuk ratna/stupa; gawang pintu dan relung berhiaskan kalamakara; relietifnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis; letak candi di tengah halaman; kebanyakan terbuat dari baru andesit.
CIRI-CIRI CANDI LANGGAM JAWA TIMUR bentuk bangunannya ramping; atapnya berupa perpaduan tingkatan; puncaknya berbentuk kubus; makara tidak ada dan pintu relung hanya ambang batasnya saja yang diberi kepala kala; reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit; letak candi di belakang halaman; kebanyakan menghadap ke barat; kebanyakan terbuat dari bata.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN BERCORAK BUDDHA DI INDONESIA Candi Borobudur sebagai salah satu candi Buddha.