Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MPK Kuantitatif Program Ekstensi Ilmu Komunikasi Semester Genap 2007/2008.
Advertisements

TEORI ANTROPOLOGI NON POSITIVISTIK
Dédé Oetomo, PhD Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat.
Roy Sari Milda, ST.  Penelitian adalah kegiatan untuk mencari atau menjelaskan sesuatu yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan, baik yang bertujuan.
Paradigma Penelitian Didik HS.
Penelitian Ilmiah Motivasi dan tujuan penelitian
PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
PERBEDAAN RISET KUANTITATIF DAN KUALITATIF
MPS PENDEKATAN DAN KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF.
METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI FILSAFAT POLITIK
TEORI KRITIS DALAM HAZANAH SAINS MODERN
Penelitian Kualitatif
ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian …next.
Paradigma Ilmu Sosial dan Implikasi Metodologi
REFERENSI BURHAN BUNGIN : PENELITIAN KUALITATIF -KOMUNIKASI, EKONOMI,KEBIJAKAN PUBLIK DAN ILMU SOSIAL LAINNYA (2008) DEDDY MULYANA: METODOLOGI PENELITIAN.
Metodologi Penelitian Kualitatif
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI SOSIAL
Dimensi dan Tipe Penelitian. Tidak ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian ini dinamakan.
Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 3
PENDAHULUAN.  Pakar pengukuran psikologis Edward Lee Thorndike (1918 dalam Gulliksen, 1974) : apapun yang ada di dunia ini pastilah ada dalam jumlah.
PERBEDAAN ONTOLOGIS Klasik Kritis Konstruktivis Critical Realism:
Peta Paradigma dalam Penelitian Sosial
Kuantitatif VS Kualitatif
Paradigma Penelitian Isi Media
Kuliah II & III: Metodologi Penelitian Dalam Psikologi Sosial
WORKSHOP “RESEARCH DENGAN METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF”
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF
Peran Filsafat dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
PARADIGMA PENELITIAN SUATU PENDEKATAN PENELITIAN SELALU MELIBATKAN ASUMSI FILOSOFIS (PARADIGMA) DAN METODE YANG BERBEDA-BEDA.
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
Model metode penelitian
PERBEDAAN ONTOLOGIS Klasik Kritis Konstruktivis Critical Realism:
Signifikansi Perbedaan Ontologi dan Epistemologi
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
Metode Penelitian Ilmu Politik & Pendekatan Kualitatif
METODE GROUNDED THEORY
Pendekatan ilmiah vs non ilmiah
BAB I : Pondasi Penelitian Kualitatif
JENIS-JENIS PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
Dr. Susilo, M.Pd. Universitas Mulawarman 2007
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SUATU PROSES
PARADIGMA PENELITIAN KOMUNIKASI; KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PARADIGMA DAN TEORI SOSIAL
Paradigma Kajian Komunikasi
PARADIGMA DAN RAGAM PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN BISNIS
METODE PENELITIAN ILMIAH
KONSTRUCTED REALITIES
FENOMENA KOMUNIKASI DALAM PRESPEKTIF EPISTEMOLOGIS
PARADIGMA PENELITIAN Apakah Paradigma Penelitian itu……?
JENIS-JENIS PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF
Paradigma Pendekatan Penelitian
PENELITIAN KUALITATIF
HAKIKAT PENELITIAN 1. Ilmu Kealaman dan Ilmu Sosial Humaniora
OLEH: KELOMPOK 1 LAILA FITRIYAH LH AHMAD ZWAGERI METODOLOGI PENELITIAN NON-POSITIVISME.
Metode Penelitian Komunikasi – 2
Paradigma Positivistik & Konstruktivistik
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
Analisis, Penjelasan, dan Implikasi
METODE GROUNDED THEORY Kelompok IV Di Susun Oleh : 1.Syarif Maulana 2.Lela Mustika 3.Herdi.
POSITIVISME DAN POSTPOSITIVISME Pertemuan 4
Metode Penelitian Sastra
Transcript presentasi:

Peta dan Perdedabatan Paradigma dalam Penelitian Sosial

Paradigma Mengacu pada pokok-pokok pikiran Thomas S. Kuhn. Secara etimologis, paradigma berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani para "disamping", atau "berdampingan" dan deigma “contoh“. Oleh Thomas S. Kuhn, Paradigma juga disebut contoh (exemplar) atau " matriks disipliner" (disciplinary matrix). Sesuai dengan makna deigma atau exemplar, Selaras dengan arti "matriks" dan " disiplin", paradigma merupakan kerangka keyakinan (belief framework) atau komitmen intelektual yaug memberi batasan tentang masalah dan prosedur serta metode penyelesaiannya

Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Secara singkat pradigma dapat diartikan sebagai ” keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena)”

Pengertian Paradigma menurut kamus filsafat adalah : Cara memandang sesuatu. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset

Peta perbedaan tiap-tiap Paradigma Penelitian sosial PETA PARADIGMA Apa karakteristik dan bagaimana bentuk realitas Ontological Question : Epistimological Question : Asumsi yang mempertanyakan hubungan dari the knower to the known (hubungan peneliti dan obyek) Axiological Question : Mempertanyakan Peranan sistem nilai dalam suatu penelitian Methodological Question : Mempertanyakan bagaimana realitas sosial diketahui

Peta Perbedaan dan Paradigma Penelitian Sosial Kuantitaif Kualitatif Instrumental Positivisme Statisik (Survei, Polling, Quick Count, Imndexing) Etnografi (?), Grounded Research, ClinicalResearch Content Analysis Post- Positivisme Fenomenologi Etnometodologi Interpr etif Konstruktivi sme Etnografi (?), Critical Ethnography, Partisipatory Action Reseacrh, Studi Kasus, Comparative Case Study, Discourse Analysis, Framming Analysis, Biografi, Historiografi, Semiotik, Hermeneutik Kritis Teori Kritis (Frankfurt School) (Neo) Marxisme Feminisme Cltural Studies Ethnic Modelling

Paradigma Positivisme Menggunakan logika dan sistematika model penelitian natural science dalam penelitian sosial Menolak hal-hal yang bersifat metafisik dan oposisi dari ajaran teologis yang bersifat dogmatis Tujuan ilmu pengetahuan hanya menjelaskan apa yang nyatadan terukur Semua pengetauan datang dari pengalaman yang dapat diketahui dan dari realitas yang tidak dapat berubah Metode, konsep, dan aturan-aturan yang dipakai dalam kajian dan penelitian natural science harus diaplikasikan untuk mengkaji kehidupan sosial kemasyarakatan

Asumsi Ontologis Paradigma Positivisme Realitas sosial berada “diluar sana”. Dan diatur oleh hukum-hukum alam yang kekal. Ilmu pengetahuan hanya berurusan untuk menemukan realitas itu bekerja. Dan tugas akhir ilmu pengetahuan adalah untuk memprediksi dan mengontrol fenomena sosial/fisik. Realitas sosial merupakan suatu obyek yang given dan fixed ‘tak berubah’ dan dapat dipelajari entitasnya secara obyektif. Realitas sosial dapat diketahui dalam arti sesungguhnya

Asumsi Epistemologis Paradigma Positivisme “Dualis dan objectivist”. Dualisme berarti para peneliti dan objek kajian terpisah dan independen satu sama lain. Sedangkan objectivitas berarti antara peneliti dan yang diteliti tidak saling mempengaruhi, penelitian dilakukan seolah-olah hanya satu arah, tidak ada interaksi antara keduanya, jadi tidak ada keraguan bahwa sistem nilai yang dianut para peneliti akan mempengaruhi objek kajian, begtu juga sebaliknya.

Asumsi Aksiologis Paradigma Positivisme Value free; artinya hubungan antara peneliti dengan objek kajian, individu, atau komunitas adalah bebas nilai, mksdnya bahwa sistem nilai yang dianut oleh para peneliti harus tidak mempengaruhi penelitian yang sedang dilakukan, begitupula sistem nilai yang dibawa oleh responden (objek kajian), tidak mempengaruhi kegiatan penelitian, dengan demikian hasil penelitian adalah objektif

Asumsi metodologik Paradigma Positivisme “experimental dan “manipulatif”: pertanyaan dan atau hipotesis diformulasikan sebelum pengumpulan data, mengikuti setting “natural sscience” yang mengikuti proses deduktif

Pos-Postivime Paradigm Merupakan versi modifikasi dari positivisme [Positivisme terbukti gagal memahami realitas] Hasil penelitian berasal dari manipulatif statistical modelling realitif semakin kontradiktif, parsial dan kurang memberi gambaran yang jelas tentang situasi masyarakat dimana penelitian itu dilakukan Terjadi pergeseran paradigma [Kuhn] dari positivisme ke neo-positivisme yang kemudian bermetamorfosa menjadi post-positivism

Asumsi Ontologis Paradigma Post- Positivisme “Critical realist” seperti halnya realitas dalam klaim positivisme, namun penganut paradigma ini menyatakan bahwa realitas tak pernah bisa dipahami secara utuh, karena keterbatasan kemampuan manusia. Selain itu sifat alam[fisik dan sosial] itu tidak akan pernah ditemukan secara utuh.

Asumsi epistemologis Paradigma Pos-Positivisme “Modified dualism – objectivity” – objektifitas tetap sesuatu yang ideal, tak ada perdebatan tentang perlunya objektifitas dalam suatu penelitian, tetapi hal tersebut hanya bisa didekati. Peneliti sosial tidak akan pernah menghindari efek interaksi antara penelitian dengan obyek yang diteliti. Jadi klaim objektivitas dari penganut positivisme adalah suatu kemustahilan

Asumsi Aksiologik Paradigma Pos-Positivisme “Controlled value-free” – Para penganut paradigma pos-positivisme mempercayai bahwa sisitem nilai memegang peranan dalam suatu penelitian, tetapi peneliti bisa mengontrolnya, jadi menolak prinsip aksiologik paradigma positivisme

Asumsi Metedologik Paradigma Post-Positivisme “Modified Experiment / Manipulative” : Pengamatan secara natural, metode kualitatif dan tergantung pada teori yang dipergunakan. Kriteria kualitas penelitian: Masih menggunakan objectivity, reliability dan validity (internal dan eksternal validity).

Perbedaan Lain antara Paradigma Postitivisme dan post-positivisme Menekankan analisa parsial dan dekontektualisasi[decontextualization] VS Menekankan analisis menyeluruh dan kontektualisasi Menekankan pemisahan VS Menekankan integrasi Menekankan generalisasi VS Menekankan spesifikasi Pertimbangan hanya pada objektifitas dan kuantifikasi VS Pertimbangan juga pada subjektifitas dan non-kuantifikasi Ketergantungan pada keahlian dan pengetahuan orang lain, peneliti sebagai orang luar VS Pertimbangan juga diambil dari partisipan dan pengetahuan lokal; peneliti sebagai orang dalam Memberikan fokus perhatian pada controlling VS Memberi perhatian /fokus pada understanding

Paradigma [Teori] Kritis Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya(Denzin, 2000: 279-280). Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dan keadilan Teori Kritis tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah. Pada dasarnya, Teori Kritis mau menjadi praktis

Ada beberapa karakteristik utama Pertama adalah ciri pemahaman paradigma kritis tentang realitas. Realitas dalam pandangan kritis sering disebut dengan realitas semu. Realitas ini tidak alami tapi lebih karena bangun konstruk kekuatan sosial, politik dan ekonomi. Dalam pandangan paradigma kritis, realitas tidak berada dalam harmoni tapi lebih dalam situasi konflik dan pergulatan sosial (Eriyanto, 2001:3-46). kedua adalah ciri tujuan penelitian paradigma kritis. Karakteristik menyolok dari tujuan paradigma kritis ada dan eksis adalah paradigma yang mengambil sikap untuk memberikan kritik, transformasi sosial, proses emansipasi dan penguatan sosial. Dengan demikian tujuan penelitian paradigma kritis adalah mengubah dunia yang tidak seimbang. Dengan demikian, seorang peneliti dalam paradigma kritis akan mungkin sangat terlibat dalam proses negasi relasi sosial yang nyata, membongkar mitos, menunjukkan bagaimana seharusnya dunia berada (Newman, 2000:75-87; Denzin, 2000:163-186)

Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian penelitian paradigma kritis Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian penelitian paradigma kritis. Titik perhatian penelitian paradigma kritis mengandaikan realitas yang dijembatani oleh nilai-nilai tertentu Karakteristik keempat dari paradigma kritis adalah pendasaran diri paradigma kritis mengenai cara dan metodologi penelitiannya. Paradigma kritis dalam hal ini menekankan penafsiran peneliti pada objek penelitiannya Dalam konteks karakteristik yang keempat ini, penelitian paradigma kritis mengutamakan juga analisis yang menyeluruh, kontekstual dan multi level. Hal ini berarti bahwa penelitian kritis menekankan soal historical situatedness dalam seluruh kejadian sosial yang ada (Denzin, 2000:170).

Aspek Ontologis Paradigma Teori Kritis Historical realism: Realitas yang teramati (virtual reality) merupa-kan realitas “semu” yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan- kekuatan sosial, budaya, dan ekonomi politik.

Aspek Epistemologik Paradigma Teori Kritis Transaksionalis/Subjektivis: Hubungan antara peneliti dan yg. diteliti selain dijembatani oleh nilai- nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupa-kan value mediated findings.

Aspek Metodologis Paradigma Teori Kritis Participative: Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multilevel analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktifis/ partisipan dalam proses transaksi sosial. Kriteria kualitas penelitian: Historical Situatedness; sejauhmana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Aspek Axioilogis Paradigma Teori Kritis Nilai, etika dan pilihan moral me-rupakan bagian yang tak terpisah-kan dari suatu penelitian. Peneliti menem-patkan diri seba-gai transformative intellectual, advo-kat dan aktivis. Tujuan penelitian: Kritik sosial, trans-formasi, emansi-pasi dan social empowerment.

Paradigma Konstruktivisme Pandangan konstruktivis bahwa alam semesta adalah hasil konstruksi sosial Konstruktivisme menganut paham anti-fondasional : Tidak ada satu fondasi atau satu metode ilmiah yang terpercaya dan mantap bagi dunia ilmu pengetahuan Dengan paham ini, konstruktivis memandang segala sesuatu bersifat relatif Pendekatan yang dilakukan adalah multiperspektif, karena tidak ada legitimasi yang kuat terhadap satu pandangan yang bisa mengtasanamakan pandangan lain Kaum Postmodernisme dapat dimasukkan kedalam kategori ini

Aspek Ontologik Relativisme: Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersiat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

Aspek Epistemologi Transaksionalis/Subjektivis: Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yangg diteliti.

Aspek Metodologik Reflective/Dialec-tical: Menekankan empati dan interaksi dialektik antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti participant observation. Kriteria kualitas penelitian: Authenticity dan reflectifity, sejauhmana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh para pelaku sosial.

Aspek Axioilogis Nilai, etika dan pilih-an moral merupakan bagian tak terpisah-kan dalam suatu penelitian Peneliti sebagai pas-sionate participant, fasilitator yang men-jembatani keragam-an subjektivitas pela-ku sosial. Tujuan penelitian: Rekonstruksi realitas sosial secara dialek-tik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti.