“ANGKA-ANGKA” PENGAWASAN PABRIK GULA Inhouse Training Mandor-Mandor PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tretes, 11 – 14 Januari 2011
Pendahuluan Komposisi tebu: BG TEBU NIRA SABUT BRIX AIR POL
Sistem perhitungan: ISSCT Pol based (berdasarkan pol) Metode Jawa (Java Method) Brix based (berdasarkan brix) > Brix ~ zat padat terlarut > Pol ~ sukrosa terlarut > HK = Pol Brix
International Society of Sugar Cane Technologists (ISSCT) Mill Extraction (ME) ME = Ton pol NM Ton pol tebu Boiling House Recovery (BHR) BHR = Ton pol GKP Ton pol NM Overall Recovery (OR) OR = ME × BHR = Ton pol GKP Rendemen R = Ton pol GKP + Ton pol dalam proses Ton tebu digiling
Metode Jawa Hasil Pemerahan Brix Total (HPBTotal) HPBTotal = Ton brix NM Ton brix tebu Perbandingan Setara Hasil Kemurnian (PSHK) PSHK = 1,4 HKNM - 40 1,4 HKNPP - 40 Winter Rendemen (WR) WR = kristal GKP + kristal dalam proses kristal NM Potensi Rendemen = nilai NPP × KNT Effisiensi Gilingan = HPBTotal × PSHK Effisiensi Pabrik = HPBTotal × PSHK × WR Rendemen R = kristal GKP + kristal dalam proses Tebu digiling
Stasiun Gilingan Parameter-parameter pengawasan: Preparatioan Index (PI) Hasil Pemerahan Brix I (HPBI) Hasil Pemerahan Brix Total (HPBTotal) Nira Mentah % Tebu Pol Ampas Zat Kering Ampas
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Gilingan Kualitas tebu digiling, harus memenuhi syarat MBS Setelan gilingan, harus sesuai dengan kapasitas terpasang dengan kadar sabut mendekati kenyataan Air Imbibisi, baik kualitas maupun kuantitas harus terpenuhi Kerataan dan ketebalan umpan masuk AKP (Alat Kerja Pendahuluan) dan gilingan. Kestabilan kecepatan giling pada kapasitas setelan.
Kapasitas vs. Pemerahan Kapasitas dan pemerahan merupakan dua hal yang saling bertentangan. Jika putaran rol dipercepat, kapasitas akan naik namun pemerahan akan berkurang karena waktu ampas berada dibawah tekanan rol-rol gilingan menjadi lebih pendek. Sebaliknya bila menaikkan hasil pemerahan dengan memperlambat putaran rol, menambah imbibisi, atau mempertinggi tekanan, kapasitas akan berkurang. Memperlambat putaran rol dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas giling, menaikkan imbibisi menyebabkan rol-rol lebih sukar memegang ampas, kemungkinan selip lebih besar karena ampas yang terlalu basah. Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan pula rol-rol sukar menangkap ampas. Tekanan yang tinggi juga dibatasi oleh kekuatan alat.
Preparation Index (PI) Menyatakan banyaknya sel tebu yang disiap diperah setelah melewati peralatan pendahuluan St. Gilingan. Keberhasilannya ditentukan oleh: # Konfigurasi peralatan # Penyetelan peralatan # Power alat # Operasional, terutama feeding
Hasil Pemerahan Brix I (HPBI) Menyatakan banyaknya brix tebu yang diperah di Gilingan I. Keberhasilannya ditentukan oleh: # Preparation Index (PI) # Umpan tebu di dalam chute dan tinggi chute # Power penggerak # Alat feeding # Penyetelan gilingan
Hasil Pemerahan Brix Total (HPBTotal) Menyatakan banyaknya brix tebu yang diperah di Stasiun Gilingan. Keberhasilannya ditentukan oleh: # Preparation Index (PI) # Umpan tebu di dalam chute dan tinggi chute # Power penggerak # Alat feeding # Penyetelan gilingan # Jumlah gilingan # Kualitas dan kuantitas air imbibisi
Perbandingan Setara Hasil Kemurnian (PSHK) Menyatakan derajat penguraian sukrosa di Stasiun Gilingan yang diakibatkan oleh mikroorganisme maupun kondisi proses. Keberhasilannya ditentukan oleh: # Sanitasi gilingan # Kondisi operasi
Pengaruh Effisiensi Gilingan Terhadap Rendemen Asumsi: > HPBTotal naik dari 89 92% > tebu digiling = 6.000.000 ku > gula MPG = 30% > harga gula = Rp 8.500,- Kenaikan rendemen = 12% × 96% × 97% × 3% = 0,34% Potensi profit yang hilang: = 0,34% × 6000000 × 1,002 × 30% = 605 ton GKP = Rp 5,1 M
Pengaruh Pol Ampas Terhadap Profit Asumsi: > Pol ampas turun dari 3,3 2,3% > ampas%tebu = 30% > tebu digiling = 6.000.000 ku > gula MPG = 30% > harga gula = Rp 8.500,- Potensi profit yang hilang karena pol ampas yang tinggi = 1% × 30% × 97% × 6000000 × 1,002 × 30% = 525 ton GKP = Rp 4,5 M
Stasiun Pemurnian Parameter-parameter pengawasan: pH Suhu Turbidity Pol blotong
Pol Blotong Menyatakan banyaknya sukrosa (sebagai pol) yang terbawa dalam blotong. Keberhasilannya ditentukan oleh: # Kualitas blotong # Low vacuum dan high vacuum # rpm drum # Kualitas dan kuantitas avzoetwater
Pengaruh Pol Blotong Terhadap Profit Asumsi: > pol blotong nyata = 5,5% > pol blotong target = 2,0% > brix = pol > jumlah blotong = 33.117,3 ton > gula MPG = 30% > harga gula = Rp 8.500,- Potensi profit yang hilang karena pol blotong tinggi = (5,5 – 2,0)% × 33117,3 × 90% × 1,002 × 30% = 314 ton GKP = Rp 2,7 M
Stasiun Penguapan Parameter-parameter pengawasan: Tekanan dan suhu uap bekas Vacuum Evaporator badan terakhir dan distribusi tekanan Brix nira kental Brix nira encer
Stasiun Masakan Parameter-parameter pengawasan: Tekanan dan suhu uap bekas Tekanan uap nira (bleeding) Vacuum Pan masakan Brix massecuite Kualitas kristal Waktu tinggal massecuite di Palung Pendingin dan Crystallizer
Stasiun Puteran dan Sugar Handling Parameter-parameter pengawasan: HK tetes HK gula D1, D2, dan C Brix dan HK stroop-stroop Ukuran kristal GKP Kadar air GKP Suhu GKP masuk karung
Pengaruh HK Tetes Terhadap Profit Asumsi: > HK tetes nyata = 35,5%; pol = 31,42% > HK tetes target = 30,0%; pol = 26,55% > brix tetes tetap = 88,5% > jumlah tetes = 48.033,16 ton > gula MPG = 30% > harga gula = Rp 8.500,- Potensi profit yang hilang karena HK tetes tinggi: = (31,42 – 26,55)% × 48033,16 × 90% × 1,002 × 30% = 2.109 ton GKP = Rp 5,4 M
Kehilangan Gula di Pabrik
Hatur nuhun…