PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN assalamu’alaikum wr. wb PENGANTAR - PWK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Johannes Parlindungan Siregar PERENCANAAN WILAYAH dan KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PERMASALAHAN JAKARTA : PENINGKATAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR = 7,5%/thn VS PERTAMBAHAN JARINGAN = 4,9%/thn (Wibawa, 1996) SUMBER POLUSI DI JAKARTA Sumber : Wibawa, 1996
TINGKAT KEBOCORAN JARINGAN AIR MINUM (PDAM) KOTA MALANG SEBESAR 40% (Radar Malang, 26 Mei 2011) 72,5 juta penduduk Indonesia masih buang air besar (BAB) di luar rumah. 70 persen air tanah di Jakarta terkontaminasi tinja atau bakteri lain seperti E coli. (Kompas, 19 Maret 2008)
DO WE NEED THIS ??
WHEN EQUALITY BEING QUESTIONED …
KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Konferensi STOCKHOLM 1972 KELESTARIAN LINGKUNGAN SEJAHTERAKAN GENERASI SEKARANG TANPA KURANGI KESEMPATAN GENERASI YG AKAN DATANG BROUTLAND REPORT 1987 INISIASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI TINGKAT “LOKAL” AGENDA 21 – RIO SUMMIT 1992 INTERAKSI DAN KERJASAMA DGN WILAYAH SEKITARNYA, dukung prinsip CRADLE to GRAVE >>> ECOLOGICAL FOOT PRINT APEC 1996 (Asia Pasifik)
5 LANDASAN : KELESTARIAN LINGKUNGAN. ORIENTASI PADA PENCEGAHAN. INTRAGENERASI dan INTERGENERASI. SOSIAL dan EKONOMI. KERANGKA POLITIS dan PERENCANAAN.
INDIKATOR MENURUT United Nations Commission on Sustainable Development SOCIAL GOVERNANCE HEALTH FRESH WATER EDUCATION DEMOGRAPHIC POVERTY Raak (2010)
ENVIRONMENTAL CAPACITY LAND ATMOSPHERE OCEAN, SEA, COAST BIODIVERSITY
GLOBAL ECONOMIC PARTNERSHIP ECONOMY ECONOMIC DEVELOPMENT GLOBAL ECONOMIC PARTNERSHIP CONSUMPTION &PRODUCTION PATTERN
ELEMEN KUNCI PEMBANGUNAN Berkelanjutan INTERSECTORAL COLLABORATION COMMUNITY PARTICIPATION INTEGRATED APPROACH PARTNERSHIP AND ALLIANCE EQUITY HEALTH PROPOTION SUPPORTIVE ENVIRONMENT ACCOUNTABILITY THE RIGHT TO PEACE
EKSPEKTASI SOSIAL - EKONOMI EKSPEKTASI EKOLOGIS
PRINSIP CRADLE TO GRAVE SIKLUS TERTUTUP DARI INPUT ENERGI SAMPAI ASIMILASI LIMBAH YG TIDAK MUNGKIN DIOPERASIONALISASIKAN OLEH SUATU KOTA SEC MANDIRI (METABOLISME PERKOTAAN) UKURAN “LOKAL” MENGACU PADA BATASAN WILAYAH GEOGRAFIS DALAM MENDUKUNG PRINSIP “CRADLE TO GRAVE” LIVEABILITY RESOURCE INPUT : POPULATION STOCK URBAN SYSTEM & PROCESS WASTE & EMISSION / RECYCLING & REUSE
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN di Indonesia 4 FENOMENA TRANSFORMASI SOSIAL SECARA SPASIAL : 1 INFORMALISASI 2 HOMOGENITAS WAJAH KOTA 3 PEMADATAN DAN PENJALARAN KAWASAN PINGGIR 4 ELIMINASI RTH
7 KELEMAHAN PRAKTEK PENATAAN RUANG PADA MASA LALU : 1 SENTRALISTIS (TOP-DOWN) 2 PERAN PEMERINTAH SANGAT DOMINAN (EKSKLUSIF) 3 HANYA TITIK BERAT PADA EKONOMI 4 INTEGRASI SEKTORAL TERBATAS, TANPA DIIRINGI ATURAN2 RINCI (mis : ZONING REG) 5 TIDAK SINKRON DGN PEMBIAYAAN 6 TERBATASNYA PERHATIAN PADA “KEARIFAN LOKAL” 7 TANPA KEPEMIMPINAN LOKAL YG EFEKTIF
TUJUH KEBIJAKAN POKOK Ditjend TUJUH KEBIJAKAN POKOK Ditjend. PENATAAN RUANG DALAM MENATA MORFOLOGI PERKOTAAN (Ernawi, 2010) : PENINGKATAN KUALITAS RTRW. 2 KARAKTERISTIK UTAMA : RIGID dan FLEKSIBEL MENDORONG PERCEPATAN LEGALISASI RTRW >>> KEPASTIAN HUKUM RTH = 30% dari LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF (20% PUBLIK + 10% PRIVAT) KAMPANYE DLM RANGKA MENGGALANG KEBERSAMAAN DALAM MENATA RUANG >>>> DORONG PARTISIPASI
KEPASTIAN HUKUM DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOLABORASI DGN AKTOR-AKTOR KUNCI, misalnya : IKATAN ARSITEK INDONESIA (IAI), IKATAN AHLI PERENCANA (IAP), ASOSIASI SEKOLAH PERENCANAAN INDONESIA (ASPI), LSM, dll. MENGEMBANGKAN PROSES PEMBANGUNAN FISIK YG LEBIH RUNTUT dan SISTEMATIS : RTRW >> RDTR >> RTBL >> RENCANA DETAIL INFRASTRUKTUR (Detailed Engineering Design / DED), PERKUATAN PERATURAN ZONASI, antara lain : Ketentuan tentang prosedur pengembangan lahan (misal : prosedur perizinan) Ketentuan membangun di dalam zona dan persil/perpetakan (KDB, KLB, dll.) Ketentuan tentang dampak pembangunan. Ketentuan terkait dengan fungsi-fungsi khusus (misal : ruang-ruang di sekitar bandara) KEPASTIAN HUKUM DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
INTEGRASI PERENCANAAN TATA RUANG DENGAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP DIPERSYARATKAN DALAM PENYUSUNAN RTRWP (UU no 32/2009)
Once upon a time in my lovely city 9 Desember 2011 TIADA ROTAN, AKAR PUN JADI SALAH SATU FENOMENA KEBERLANJUTAN TRANSPORTASI (SUATU KELUCUAN ATAU KEKHAWATIRAN?)
MACHINE WORLD … NO SPACE FOR HUMAN ???? ????
SUATU INOVASI DALAM KEBERLANJUTAN BAHKAN DAPAT TERWUJUD SANGAT SEDERHANA
SUATU KEBERLANJUTAN MEMBUTUHKAN PARTISIPASI
PENGENALAN AKAN POTENSI LOKAL POTENSI PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA PASANG SURUT (TIDAL) DI PERAIRAN SERANGAN >> 2,1 MW (Manuaba & Yasa. 2008) KEBERLANJUTAN JUGA MEMBUTUHKAN PENGENALAN AKAN POTENSI LOKAL
TERIMA KASIH PADA AKHIRNYA KEBERLANJUTAN MEMBUTUHKAN KESADARAN BAHWA KITA TIDAK SENDIRIAN TERIMA KASIH wassalamu’alaikum wr. wb
DAFTAR PUSTAKA ERNAWI. 2010. MORFOLOGI – TRANSFORMASI DALAM RUANG PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN. KOESRIJANTI, et al. 2007. BUKU PEGANGAN KLHS. DEPUTI BIDANG TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP RI. KOESRIJANTI, et al. 2007. KLHS DALAM PERENCANAAN TATA RUANG. DEPUTI BIDANG TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP RI. RAAK. 2010. An EVALUATION of SUSTAINABLE DEVELOPMENT in INDONESIA RETNOWATI. KAJIAN TELAPAK EKOLOGIS : PERTIMBANGAN UNTUK STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN WHO. 1999. TOWARDS A NEW PLANNING PROCESS. EUROPEAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT AND HEALTH SERIES : 3. ZAVRL dan ZEREN. 2010. SUSTAINABILITY AND URBAN INFRASTRUCTURES. ISSN 2071-1050