Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Lukito Edi Nugroho
Problem SDM Software di Indonesia Tidak memiliki akses yang cukup Mahalnya biaya untuk menggunakan software Ketersediaan software yang tidak merata Tidak ada akses ke aspek internal dari software Kesempatan yang kurang Motivasi: untuk apa mengembangkan software ? Lingkungan yang kurang mendukung
Problem SDM Software di Indonesia Tidak meratanya pendidikan dan pelatihan Kurikulum yang tidak "membumi" Kualitas institusi pendidikan yang beragam Sikap (attitude) yang tidak mendukung Pembajakan software dianggap hal biasa Terpaku pada satu model penggunaan dan pengembangan software
Model Open Source (OS) Model untuk pengembangan dan penggunaan software Lisensi yang menekankan keterbukaan Gratis Akses ke kode program Boleh dimodifikasi Tetap mengakui hak cipta intelektual
Model Open Source Dalam Wacana Pendidikan Memperluas akses dan kesempatan Memungkinkan akses ke struktur internal dari software Transfer pengetahuan melalui kode program dan dokumentasi Perluasan akses dan kesempatan tidak terbentur pada aspek legal formal
Model Open Source Dalam Wacana Pendidikan Mengubah paradigma penggunaan dan pengembangan software Model alternatif (OS vs CS) Mendorong munculnya kreativitas Pengembangan software tidak harus didorong secara langsung oleh kebutuhan material
Model Open Source perlu lebih dimasyarakatkan!
Problem Pemasyarakatan Model Open Source Konsep baru yang belum tersosialisasi Software OS sudah banyak dipakai, tapi belum mampu mengubah paradigma berpikir para pemakainya Penyebaran yang belum merata, dan lingkungan yang belum mendukung
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Bottom-up Non-formal Tidak memerlukan banyak resources Mandiri Mengandalkan jaringan kolaborasi
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Mengikuti alur bottom-up Mengejar aspek "manageability" Dimulai dari unit-unit kecil (nukleus) Modal utama adalah kesamaan persepsi dan minat tentang model OS
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Nukleus Sebuah nukleus bisa dibentuk oleh 2-3 orang Nukleus berusaha mengembangkan diri dalam hal pengetahuan dalam hal keanggotaan Nukleus dikelola berdasarkan prinsip "manageability"
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Pendekatan non-formal Tidak melibatkan institusi formal Nukleus lebih bersifat sebagai fasilitator untuk berkolaborasi antar anggotanya Lebih mementingkan aspek efektivitas dan efisiensi dalam kegiatannya
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Tidak memerlukan banyak resources Aktivitas nukleus bisa disesuaikan dengan kemampuannya dana infrastruktur SDM Pengembangan diri vs manageability
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Pengembangan diri secara mandiri Inisiatif berasal dari dalam nukleus Ketergantungan pada pihak lain dibuat minimal Diperlukan keaktifan dari para anggota Jika perlu, satu atau lebih anggota berfungsi sebagai "pengarah"
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Contoh-contoh kegiatan nukleus Diskusi Installfest 'Ngoprek' atau hacking Pengembangan software
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source Jaringan kolaborasi antar nukleus Untuk menghasilkan efek yang lebih besar Forum saling tukar informasi, pengalaman, dan pengetahuan Aktivitas: installfest, workshop, pameran bersama Fasilitator/koordinator: Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI)
Strategi Pemasyarakatan Model Open Source
Contoh-contoh kegiatan kolaborasi Seminar Workshop atau pelatihan bersama Lomba pemrograman, web design, hacking, dll. Advokasi Open Source (melalui roadshow, dll)
Persyaratan Sikap Inklusif (keterbukaan) dan kebersamaan Mau membagi pengalaman dan pengetahuan Mau dan bisa bekerjasama dan menghargai pihak lain Konsisten dan tidak mudah menyerah karena keterbatasan Mau bekerja keras untuk mencapai standar yang tinggi
Persyaratan Motivator dan pendukung Visi dan arahan Kesempatan dan peluang mengaplikasikan pengetahuan lapangan kerja lahan bisnis komunitas Open Source
Kesimpulan Model Open Source cocok dengan kondisi Indonesia, oleh karena itu perlu lebih dimasyarakatkan Strategi pemasyarakatan: bottom-up Yang lebih diperlukan adalah perubahan cara pandang, bukan dukungan material