Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/KHH 4.2/2014 Hari, tanggalRabu, 12 Februari 2014 Sumber Beritahttp://finance.detik.com/ read/2014/02/12/ / /4/nuklir- ditolak-karena- dampaknya-mengerikan Hal. Copy dikirim kepada Yth.: 1.Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 2.Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 3.Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir 4.Sekretariat Utama 5.BGAC – melalui PAIR Jakarta, Februari 2014 Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Nuklir Sebagai Sumber Energi (5) Nuklir di ASEAN: Ada yang Siap, Ada yang Jadi Tempat Rekreasi Jakarta - Di level Asia Tenggara, sejumlah negara sudah memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Meski begitu, memang belum ada yang betul-betul beroperasi. Ada yang masih di tataran studi seperti di Indonesia, ada yang siap beroperasi, dan ada yang sudah berdiri tapi mangkrak dan jadi obyek wisata. “Negara-negara ASEAN sudah mulai membangun PLTN. Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan lainnya sedang mau bangun,” kata Herman Agustiawan, Anggota Dewan Energi Nasional.
Menurut Herman, faktor keamanan memang masih menjadi momok untuk mengembangkan energi nuklir. Oleh karena itu, di Indonesia, nuklir menjadi opsi terakhir jika energi terbarukan lainnya kurang memadai. “Namun pertanyaan saya, apakah cukup dengan renewable energy? Tidak, jadi harusnya kita mulai sekarang bangun nuklir. Pembangunannya perlu waktu 10 tahun," kata Herman. Kira-kira bagaimana perkembangan pemanfaatan nuklir di negara-negara tetangga? Berikut kisahnya:
Vietnam: Siap Beroperasi Negara ini kali pertama punya ide untuk mengembangkan energi nuklir pada 1958, melalui riset atom untuk perdamaian. Pada 1976, pemerintah mendirikan Vietnam Atomic Energy Commission (VAEC), yang sekarang bernama Vietnam Atomic Energy Institute (VAEI). Pada 2006, pemerintah Vietnam berencana untuk mendirikan PLTN dengan kapasitas Mwe yang ditargetkan beroperasi pada Rencana ini disetujui pada 2007, dan target kapasitasnya dinaikkan menjadi Mwe dan rencananya rampung pada Kemudian disusul lahirnya regulasi pemanfaatan energi nuklir pada 2008 sebagai payung hukumnya. Proyek-proyek PLTN lainnya pun bermunculan. Misalnya pada 2010, Vietnam menyepakati pembangunan PLTN berkapasitas 4x1.000 Mw dengan bantuan Rusia. Pembangunan proyek ini akan dimulai pada 2014, dan unit pertamanya bisa beroperasi pada Vietnam memang cukup ambius karena memiliki target untuk membuat porsi pemanfaatan nuklir sebesar persen pada 2050.
Filipina: Reaktor Jadi Tempat Rekreasi Negara ini memiliki PLTN Bataan, yang mulai dibangun pada Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, menilai nuklir merupakan jawaban atas krisis minyak Pada 1984, PLTN Bataan hampir selesai dan dua tahun kemudia Marcos digulingkan melalui gerakan people power. Corazon Aquino, sang pengganti, memutuskan untuk tidak mengoperasikan PLTN Bataan mengingat saat itu baru saja terjadi tragedi Chernobyl. Sampai sekarang PLTN Bataan masih berdiri, meski tidak beroperasi. Untuk pemeliharaannya saja, pemerintah mengeluarkan dana 40 juta peso atau lebih dari Rp 10 miliar. Pada 2011, pemerintah menetapkan PLTN Bataan sebagai tempat rekreasi.
Malaysia: Sudah Punya Reaktor Tunggal Pada 1972, pemerintah mendirikan Nuklear Malaysia untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan nuklir di tengah krisis minyak Sepuluh tahun kemudian, Malaysia memiliki reaktor nuklir pertamanya yaitu Triga Puspati. Hingga kini, itulah satu-satunya reaktor nuklir di Malaysia. Pada 2010, Malaysia berencana membangun dua PLTN yang pengerjaannya akan dimulai pada 2021 dan 2022.
Singapura: Opsi Terakhir Seperti Indonesia, ternyata Singapura pun menjadikan nuklir sebagai opsi terakhir. S. Iswaran, Menteri Muda Perdagangan dan Industri Singapura, menyatakan teknologi nuklir belum pas bagi Singapura untuk saat ini, meski studi kelayakan sudah dilakukan. “Singapura perlu memperkuat kapasitas dan kemampuan di bidang nuklir. Begitu juga dalam hal penanganan ketika kondisi darurat,” kata Iswaran.