TEORI DAN MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN
Agriculture is the mother of all arts Agriculture is the mother of all arts. When it is well conducted, all other arts prosper. When it is neglected, all other arts decline Xenophon (430-355 BC), The Economics, V
PEMBANGUNAN PERTANIAN DAHULU & KINI Model Perubahan Struktur Ekonomi Transformasi struktural Pembangunan Pertanian dan Pertumbuhan Pembangunan Pertanian dan Pengentasan Kemiskinan Pembangunan Pertanian dan Kebutuhan Dasar Manusia Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Teori Perubahan Struktur Ekonomi Proses pembangunan ekonomi periode jk panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan per kapita Perubahan struktur perekonomian suatu negara yang bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor primer (pertanian) ke sektor non primer (industri,perdagangan jasa) Perubahan struktur ekonomi yang berlangsung sejalan dengan meningkatnya pendapatan nasional atau PDB di dalam proses pembangunan ekonomi
Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi Tersier Sekunder Primer Pangsa output sektoral terhadap pembentukan PDB t = 0 “rendah” Tingkat pembangunan/ pendapatan per kapita t = n “tinggi”
Persentase Sektor Pertanian dari Pendapatan Nasional
Persentase Total TK di Sektor Pertanian
Persentase Pengeluaran untuk Makanan (food)
Perubahan Struktural Jangka Panjang di Beberapa Negara Pertanian Industri Pengolahan Jasa NT % dari PDB % dari total TK 1970 1990 1999 1980 1998 Cina El Savador Honduras India Indonesia Italia Jepang Korea Selatan Malaysia Meksiko Pakistan Paraguay Peru Filipina Sri Langka Thailand Turki Vietnam Negara-negara berpenghasilan rendah (A) Negara-negara berpenghasilan menengah (B) Negara-negara (A) dan (B) Negara-negara berpenghasilan tinggi 35 40 32 46 45 8 6 26 29 13 37 19 30 28 tad 43 20 24 Tad 27 17 22 31 3 9 15 7 12 18 16 10 2 5 11 21 25 69 38 57 70 56 14 34 53 52 71 60 73 66 54 59 47 44 42 51 4.3 4 33 23 41 48 64 49 55 50 62 67 Sumber: World Bank Keterangan: tad = tidak ada data
Variasi dalam Perubahan Struktur Ekonomi di Berbagai Negara Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (economic base) Besarnya pangsa dalam negeri Pola distribusi pendapatan Karakteristik dari industrialisasi Keberadaan SDA Kebijakan perdagangan luar negeri (inward or outward looking)
Transformasi Struktural Mengapa transformasi struktural terjadi? Apa yang terjadi dengan TK di sektor pertanian?
Penjelasan Transformasi Struktural Saat pendapatan meningkat, permintaan berkembang lebih cepat untuk produk non pertanian dibandingkan produk pertanian Sejalan dengan berkembangnya teknologi: Pertumbuhan produktivitas di sektor pertanian “mendorong” TK keluar (produk pertanian elastisitas harga terhadap demand yang rendah) Pertumbuhan produktivitas di sektor non pertanian “menarik” TK kedalam (produk non pertanian elastisitas harga terhadap demand yang tinggi)
Ketersediaan Tanah Untuk Pertanian di Indonesia Tahun 1983 jumlah petani gurem & buruh tani 9,532 juta orang, meningkat 10,937 juta orang pada tahun 1993 Luas lahan rata-rata petani 0,98 ha (thn 1983) & berkurang menjadi 0,83 ha (tahun 1993) 10 tahun belakangan ini, lahan pertanian di Indonesia, khususnya pulau Jawa, terus mengalami penyusutan akibat proses industrialisasi dan urbanisasiKonversi Lahan
TK & transformasi Struktural? Dalam transformasi struktural sejalan dengan meningkatnya pendapatan, kontribusi dari petani dalam lapangan pekerjaan menurun Namun apakah jumlah petani juga mengalami penurunan? Lihat contoh AS dan dunia sebagai keseluruhan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Relatif Sektor Pertanian 3 faktor signifikan yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi : Perbedaan elastisitas pendapatan (Efek Engel) Tingkat pertumbuhan produktivitas Permintaan produk-produk non-pertanian lebih elastis (Efek Urbanisasi)
Meningkatnya pendapatan dunia demand untuk produk non pertanian meningkat (dengan elastisitas pendapatan > 1) lebih cepat dibandingkan permintaan untuk produk pertanian (dengan elastisitas pendapatan < 1). Tingkat pertumbuhan produktivitas di sektor pertanian pada ekonomi yang sedang berkembang, secara bertahap (gradually) lebih rendah dibandingkan sektor non pertanian.
Kondisi Eksternal Yang Mempengaruhi Sektor Pertanian Menurunnya harga-harga komoditi primer pertanian tahun 1900-1990 Selang thn 1900-1986, penurunan harga 0,35 % per tahun food dan 0,82 % non food. Shock harga minyak (Oil Price Shock) Indonesia sebagai eksportir minyak Harga minyak berpengaruh signifikan dalam pola perubahan struktural di sektor ekonomi
Efek Dari World Agriculture Trade Liberalization Sektor pertanian tetap menjadi sektor yang distorsinya paling banyak dalam perdagangan dunia dengan restriksi akses yang ekstensif, dukungan harga domestik or self-sufficiency, ekspor subsidi. Negara-negara maju cenderung lebih melindungi (memproteksi) sektor pertaniannya dibandingkan negara berkembang dan negara miskin.
GLOBALISASI PERDAGANGAN PERTANIAN NEGARA MAJU VS NEGARA BERKEMBANG 70 % nilai ekspor dan impor produk pertanian dikuasai oleh negara-negara maju Sektor pertanian di negara maju hanya dipresentasikan oleh 2 % dari total GDP sebaliknya persentase sektor pertanian di negara berkembang 17-35 % dari total GDP Negara-negara maju mengeluarkan US$ 300 miliar untuk membantu sektor pertaniannya Subsidi (domestic support) yang diberikan oleh negara maju di sektor pertanian adalah enam kali (6 X) dari bantuan negara-negara maju untuk foreign support
Kelebihan surplus produksi yang di dump ke pasar dunia dengan harga yang rendah menyebabkan negara-negara berkembang kehilangan US$ 24 miliar pendapatan di sektor pertanian dan agroindustri Tarif untuk produk pertanian lebih tinggi 4X - 5X dibandingkan tarif untuk produk manufaktur Negara maju menekan negara-negara berkembang untuk membuka pasar selebar-lebarnya padahal setiap tambahan US$ 1 yang dihasilkan oleh sektor pertanian di negara berkembang menghasilkan US$ 3 keterkaitan ekonomi pedesaan Nilai subsidi yang diberikan negara maju kepada petaninya US$ 311 miliar per tahun atau US$ 850 juta per hari (WTO, 2003)
Lingkungan Kebijakan Pertanian Domestik Kebijakan Pertanian di 18 negara berkembang dari tahun 1960 – 1983 (Krueger, Schiff dan Valdes, 1991): Negara-negara berkembang mengenakan pajak yang tinggi kepada sektor pertanian melalui kebijakan pertanian yang tidak langsung (indirect agricultural policies) Sebagian besar dari direct measures bertolak belakang terhadap kebijakan jangka panjang competitive advantage suatu negara Dukungan yang disediakan di sektor pertanian (subsidi, kredit, infrastruktur, penelitian dan pengembangan) tidak sebanding dengan resources extracted
Model Pertanian dan Pertumbuhan Banyak bukti empiris yang mendukung pentingnya keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian & keseluruhan pertumbuhan ekonomi World Bank (1982) korelasi positif yang kuat antara pertumbuhan pertanian dan sektor industri Bautista (1991) ada keterkaitan kuat antara pertumbuhan sektor pertanian & sektor lainnya: Perkiraan elastisitas keterkaitan pertumbuhan antara sektor pertanian dan sektor-sektor lainnya sebesar 1,3 untuk periode 1961-84 dan 1,4 untuk periode 1973-84 Artinya: pertumbuhan 1 % nilai tambah di sektor pertanian akan menciptakan pertumbuhan nilai tambah di sektor non pertanian 1,3% (1961-84) & 1,4 % (1973- 84)
Data terakhir International Food Policy Research Institute (IFPRI) yang diolah dari 42 negara menunjukkan bahwa peningkatan produksi pertanian US$ 1 menghasilkan peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi senilai US$ 2.32 (Clements,99). Studi ini menunjukkan jika sektor pertanian tidak produktif maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan suatu negara akan menurun pula.
Studi yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan hasil serupa. Uphoff (1999) selama 3 dekade kemajuan ekonomi yang cepat dan mengesankan (sblm krisis ekonomi) sektor pertanian Indonesia yang dihela oleh kegiatan para petani smallholders mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan melalui : (a) keterkaitan ke belakang dan ke depan (forward and backward linkages) yang kuat. (b) pertumbuhan permintaan yang diciptakan oleh sektor pertanian (demand creation from agriculture).
Studi Daryanto & Morison (1992) memperlihatkan hasil studi yang sama dgn Uphoff bahwa efek keterkaitan konsumsi yang diinduksi oleh sektor pertanian menunjukkan pengaruh lebih besar dibandingkan efek keterkaitan produksi terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan Sektor pertanian di Indonesia yang kuat dan sehat akan menyediakan potensi konsumsi besar dalam menyerap produk-produk yang dihasilkan sektor industri dan jasa diartikan bahwa sektor pertanian mempunyai keterkaitan konsumsi yang besar dgn sektor-sektor lainnya.
Pembangunan Pertanian dan Pengentasan Kemiskinan Pertumbuhan pertanian memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.
Tabel 1. Kontribusi Pertumbuhan Pertanian terhadap Pengurangan Kemiskinan Poverty Headcount Perkotaan Pedesaan Total - Perubahan dalam Kemiskinan (%) - 22.14 - 44.82 - 39.24 - Dampak dari Pertumbuhan Pertanian (%) - 12.16 - 31.12 - 25.74 - Kontribusi dari Pertumbuhan Pertanian 54.94 74.40 65.58 Sumber: Budisantoso, et.al, 2003
Pembangunan Pertanian dan Kebutuhan Dasar Manusia Tahun 1970-an banyak ahli ekonomi yang tidak puas dengan strategi pembangunan yang hanya menekankan pertumbuhan pendapatan/kapita. Perhatian ditekankan bukan hanya pada “seberapa banyak yang harus diproduksi”, tetapi juga pada “apa yang harus diproduksi, dengan cara bagaimana, untuk siapa, dan dengan konsekuensi bagaimana”. Kebutuhan pokok meliputi nutrisi, pendidikan dasar, kesehatan, sanitasi, suplai air dan perumahan yang cukup Human Capital.
Human Development Index UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai proses memperluas pilihan masyarakat Pembangunan manusia terpenting adalah pilihan untuk berumur panjang dan sehat, mendapat pendidikan yang cukup, dan menikmati standar kehidupan yang layak.
Tahun 2004 Indonesia menempati urutan ke 111 dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) dari 177 negara yang diperingkat oleh Program Pembangunan PBB atau UNDP Di antara negara Asia Tenggara yang maju posisi Indonesia berada di paling bawah (dibanding negara Asia Tenggara yang belum maju, posisi ini masih berada di paling atas) Urutan paling atas Singapura,Brunei, Malaysia, Thailand, dan Filipina Negara yang berada di bawah peringkat Indonesia: Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Timor Timur
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Bernilai Ekonomis (Economically viable) Bersahabat dengan Lingkungan (Environmentally sound) Berwatak Sosial (Socially just) A more sustainable agriculture would be; economically viable, environmentally sound and socially just.
The Sustainability Triangle Social Equity The quest for sustainability Economic Environmental Vitality Integrity
Adigium sistem pertanian berkelanjutan adalah … better environment better farming, and better living
Dua Paradigma Pembangunan Pertanian Pertanian Industrial = linear Pertanian Berkelanjutan = cyclic
Terminologi Pertanian Berkelanjutan: Pertanian alami (natural farming) Pertanian organik (organic farming) Pertanian biodinamik (biodynamic farming) Pertanian ekologis (ecological agriculture) Pertanian rendah input luar (low external input agriculture-LEIA) Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) Pertanian berkelanjutan yang rendah input luar (low external input and sustainable agriculture-LEISA)
Pertanian alami (natural farming): Suatu sistem pertanian yang ditemukan oleh Masanobu Fukuoka yang berupaya untuk mengikuti alam dengan cara meminimalkan campur tangan manusia: tanpa mekanisasi, tanpa pupuk sintesis atau kompos yang disiapkan, tanpa penyiangan dengan pengolahan atau penggunaan herbisida, dan tanpa ketergantungan bahan-bahan kimiawi
Pertanian organik (Organic Farming) Suatu sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui praktek, spt daur -ulang unsur hara dari bahan-bahan organik (spt: kompos dan sampah tanaman), rotasi tanaman, pengolahan yang tepat dan menghindari pupuk sintesis serta pestisida
Pertanian biodinamik (biodynamic farming): Suatu sistem pertanian holistik yang berupaya menghubungkan alam dengan kekuatan-kekuatan kosmik nan kreatif. Tujuan menciptakan suatu organisme pertanian yang secara menyeluruh sesuai dengan habitat-nya kompos dan preparasi-preparasi khusus (misalnya semprotan yang berasal dari tanaman), tidak menggunakan pupuk sintetis dan pestisida, dsbnya
Pertanian Rendah Input Luar (LEIA) Utamanya berdasarkan penggunaan input lokal, yakni dari lahan dan lingkungan sekitarnya); Sesedikit mungkin memanfaatkan pasokan yang diperoleh melalui pertukaran atau pembelian
Pertanian Ekologis (ecological farming) Praktek-praktek usahatani yang meningkatkan lingkungan, atau setidaknya tidak membahayakan lingkungan, ditujukan untuk menekan penggunaan input kimia, daripada sama sekali tidak memanfaatkannya seperti dalam pertanian organik
Pertanian berkelanjutan yang rendah input luar (LEISA): Sebagian besar input usahatani yang dimanfaatkan berasal dari lahan desa, wilayah atau negara sendiri dan diupayakan tindakan yang tepat menjamin dan menjaga keberlanjutan.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture): Pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam
Ciri Spesifik Pertanian Berkelanjutan Bernuansa ekologi (ecologically sound) Berjiwa sosial (socially just) Bernilai ekonomis (economically viable) Berbasiskan ilmu holistik (based on holistic) Berketepatan teknik (technically appropriate) Berketepatan budaya (culturally appropriate) Dinamis (dynamic) Peduli keseimbangan gender (committed to gender balance)
Penyebab Pertanian Tidak Berkelanjutan: Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan Kebijakan Pemerintah yang disusun bukan dari kebutuhan riil dan permasalahan yang ada di lapangan Kegagalan pasar (market failure) Hak kepemilikan lahan dan sumberdaya Marjinalisasi praktek dan pengetahuan lokal (indegenous knowledge)
PEMBANGUNAN PERTANIAN HOLISTIK BERKELANJUTAN (Sustainable Holistic Agricultural Development) Pembangunan pertanian holistik (yang meliputi aktivitas produksi, pengolahan, pemasaran dan pasar dengan seluruh kegiatan bisnis yang terkait didalamnya) berkelanjutan mempunyai potensi sebagai platform pembangunan ekonomi nasional Pendekatan holistik & berkelanjutan harus bersifat dinamik dengan memperhatikan kondisi strategis berupa kebijakan otonomi daerah, kelestarian lingkungan dan perdagangan bebas
Dukungan perdagangan dan perindustrian non-pertanian dapat mempercepat : - pengentasan kemiskinan - menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan - meningkatkan pendapatan petani/nelayan - memperluas lapangan kerja - menambah devisa bagi negara dan - mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
Terimakasih