THE BASICS OF ELECTROMYOGRAPHY Pembimbing : dr. Diah KM Sp.S(K) Oleh : Nella LW
EMG METODOLOGY Rekaman dibuat dengan menusukkan elektroda jarum konsentris ke dalam otot. EMG dapat menggambarkan aktivitas otot dan suara yang ditransmisikan secara keras. Otot yang normal dalam kondisi diam.
I. SPONTANEOUS ACTIVITY FIBRILASI Serat otot, yang mengalami akut denervasi ( reseptor asetilkolin pada membran serat otot > neuromuscular junction ). Efeknya adalah serat menjadi supersensitive dengan hasil lucutan secara spontan. EMG Needle fibrilasi ( fig 1a ).
Fibrilasi ujung jarum mengenai serabut yang rusak. Fibrilasi dapat bertahan selama beberapa bulan setelah saraf lesi . Fibrilasi lesi saraf, lengkap atau parsial (spinal motor neuron sampai cabang saraf intramuskular ).
Fasciculation Fasciculations lucutan sebagian atau seluruh single motor unit ( fig 1c ). Fasciculations : 1. Penyakit motor neurone. 2. Penyakit neurogenik : a. Radiculopathy dan neuropati. b. Thyroid diseases. c. Peripheral nerve hyperexcibility syndromes.
Myotonia Klinis myotonia disertai dengan myotonic discharges pada emg ( fig 1d ). Gambaran EMG : - Frekuensi dan amplitudo bervariasi. - Produksi suara “dive bomber”. Myotonia terjadi pada muscle fibre membrane channelopathies, yang meliputi : - Dystrophia myotonica. - Kongenital myotonias. - Proksimal myotonic distrofi. - Hypokalaemic periodik paralisis.
Neuromyotonia Neuromyotonia muncul dari hyperexcitability dari satu akson perifer motorik baik sebelum atau setelah cabang dalam otot. Gambaran EMG: ( fig 1b ) - Doublet, triplet motor unit neuromyotonic discharge. - Ledakan singkat dengan frekuensi tinggi. - Produksi suara “ ping “. Neuromyotonia terjadi pada proses autoimmune anti-voltage di chanel kalium axon saraf channelopayhy dan morvan’ s syndrome.
Myokymia Merupakan kondisi letupan teratur atau tidak teratur dari kelompok motor unit yang menghasilkan gambaran klinis kedipan pada otot. Terjadi dalam berbagai kondisi : - Neoplasma batang otak atau demyelination - Subclinically pada episodik ataksia jenis I.
II. MOTOR UNIT RECRUITMENT Interference pattern : Beberapa motor unit yang berkontraksi secara simultan dan saling tumpah tindih, pada kontraksi maksimal. Reduced recruitment Terjadi pada kondisi : - Upper motor neurone lesion. - Motor conduction block. - Chronic partial denervation.
Early recruitment Pada penyakit otot primer, rekrutmen motor unit digambarkan pada kondisi awal progresif perekrutan pada kontraksi. EMG menghasilkan suara dengan ciri frekuensi tinggi.
Motor unit potentials Parameter pada motor unit amplitudo, durasi, dan jumlah fase. Re-innervation kronis dikaitkan dengan tinggi amplitudo, lama durasi motor unit potensi dengan sejumlah fase yang normal. Pada penyakit otot, motor unit action akan mengalami durasi yang pendek dan kecil. Polyphasicity dapat terlihat pada sejumlah kondisi, tetapi pada muscle disease dan pada kondisi stadium reinervasi lebih sering terjadi.
Tremor Rekaman emg lebih mudah digunakan untuk mengukur frekuensi getaran. Rekaman dari otot kaki (kondisi berdiri), highly synchronised tremor pada frekuensi 14-18 HZ akan dapat terlihat, hal ini akan menghilang pada saat duduk.
III. PERIPHERAL NEUROPATHY Diagnosa neurophysiological pada neuropati perifer studi konduksi syaraf, dapat membedakan dua jenis tipe yaitu axonal degenerasi dan demyelinating. EMG informasi diagnostik atau prognostik. Pada akut inflamasi demyelinating polyneuropathy (Guillain-Barre syndrome (GBS)), penyebab kelemahan : - Blok konduksi. - EMG penurunan recruitment motor unit.
Stadium akut vasculitic nerves akan mudah dirangsang dari distal ke lesi, pada nerve conduction study blok konduksi. Axonal degenerasi type peripheral neuropathies menghasilkan gambaran fibrillations di otot distal kaki.
IV. ENTRAPMENT NEUROPATHY Karpal tunnel syndrome, lesi n.ulnaris di siku, dan lesi n peroneus di caput fibula nerves conduction study (menegakkan diagnosa). Sejumlah kecil entrapments, tidak setuju untuk menegakkan diagnosis dengan pengukuran nerve conduction dan localisation tergantung pada pemeriksaan emg sesuai distribusi kelainan.
V. BRACHIAL PLEXUS LESIONS Pemeriksaan otot-otot ekstremitas atas dengan emg : - Menentukan distribusi perubahan dennervation. - Menentukan apakah mereka sesuai dengan root, cord, trunk dan inervasi saraf untuk memberikan localisation dari lesi pleksus brakialis ( table 1 ).
VI. MOTOR NEURONE DISEASES ALS dapat ditegakkan dengan pemeriksaan EMG. Trapezius, sternomastoides dan lidah mencari fasiculasi dan kronik parsial denervasi. Pendekatan untuk ALS adalah : - Menunjukkan kondisi normal motor dan konduksi saraf sensorik di lengan dan kaki. - EMG untuk menunjukkan luas fasciculations dan kronis parsial denervation di semua empat angota gerak dan lidah.
Kronis motor neuron disease : - Keturunan ( misalnya,spinal muscular atrophies) . - Didapatkan ( misalnya, poliomielitis ). Perubahan pada kronis parsial denervasi dengan besarnya ( 15-20mV) berbentuk motor unit yang sederhana dengan sedikit adanya fibrilasi.
Keseimbangan antara akut denervation dan efek re-innervation mempengaruhi derajat : - Akut (fibrilasi). - Kronis (besar motor unit). EMG.
VII. PRIMARY MUSCLE DISEASE Inflamasi muscle disease (aktif degenerasi serat otot ) fibrillations. Pada muscle disease : - Akan menunjukkan variasi diameter serat, seperti otot dystrophies. - Terlihat gambaran motor unit yang lebar dengan latar belakang gambaran unit yang kecil runcing, mungkin timbul dari diameter serat yang besar.
Lambert-eaton myasthenic sindrom ( LEMS ), pada emg akan terlihat : - Myopathic karena banyak serat otot telah mengalami blok neuromuskuler.
Terima Kasih