Ketika Cinta Bertasbih season 2 Habiburrahman El Shirazy Oleh Siti Mariam Ichsani 0604892/25
Tema Cinta (Percintaan antara dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan namun tetap membatasinya dengan prinsip-prinsip islam)
Amanat Novel ini mengamanatkan bahwa usaha yang dibarengi dengan kesabaran akan membuahkan hasil yang memuaskan. Kejujuran merupakan modal utama untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Mencintai lawan jenis tidak harus selalu memilikinya, namun membiarkannya dia bahagia itu akan lebih baik. Cinta yang hakiki hanyalah cinta kita pada Allah Sang Maha Pencipta
Alur Campuran (Alur Maju dan Alur Mundur)
Tokoh Anna Althafunnisa: Seorang wanita yang selain cantik parasnya juga cantik hatinya, solehah Furqon: Gaya hidupnya glamour, baik tapi pernah menyimpan ketidakjujuran Khaerul Azzam: Pemuda yang pekerja keras, sayang pada keluarga, gigih, ulet, sabar Ayatul Husna: Hormat pada kakak, pekerja keras Eliana Pramesti Alam: Modis, agresif, labil, tapi perhatian pada orang lain Malikatun Nafisah (Bu Nafis): Baik, tegar, sayang pada anak-anaknya, sabar Kiai Lutfi Hakim: Bijaksana,demokratis Bu Nyai: Bijaksana
Latar Tempat : Di Rumah, di Bandara, di Pesantren, di Hotel Waktu : Pada Tahun 2000 Suasana: Keadaan yang mencekam ketika Furqon berterusterang pada Anna tentang virus HIV yang diidapnya dan Anna meminta Furqon untuk segera menceraikannya, dan kesedihan pun terjadi ketika Furqon memberikan ciuman terakhir untuk Anna. Suasana sedih ketika kematian Bu Nafis, ibunya Azzam karena kecelakaan di Jalan Raya. Suasana meriah ketika terjadi pernikahan Anna dan Furqon di kediaman Anna. Suasana bahagia ketika Anna menikah untuk yang kedua kalinya dengan laki-laki yang diidamkannya dari sebelum Anna menikah dengan Furqon.
Sudut Pandang Pengarang disini sebagai orang ketiga. Karena pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita, tapi pengarang menceritakan orang lain.
Gaya Penulisan Gaya penulisan dipengaruhi oleh Bahasa Arab dan Bahasa Jawa. Contoh : Bahasa Arab : Khadimah = Pembantu Bahasa Jawa : Nyuwun sewu sanget = Mohon maaf sekali
Sinopsis Anna Althafunnisa adalah seorang anak dari pemilik Pesantren Darul Quran yang terletak di desa Wangen. Anna merupakan Mahasiswi lulusan Al-Azhar, Cairo. Dan sekarang sedang menyelesaikan tesis untuk program S2 nya. Ketika pulang ke Indonesia dia begitu kebingungan apakah dia harus menerima lamaran dari Furqon lulusan S2 Cairo University sesame teman mahasiswanya di Mesir, atau calon dari orang tuanya yaitu Ustadz Ilyas yang sedang menyelesaikan S3 nya di India. Namun diantara keduanya, Anna lebih mengenal Furqon daripada Ilyas yang belum Anna kenal sama sekali. Namun sebenarnya di lubuk hati Anna yang paling dalam, ia masih mengingat seorang pemuda yang pernah membuat hati Anna sangat berkesan dan tidak pernah Anna lupakan sampai saat ini. Pemuda itu bernama Abdullah yang tak lain yaitu Khaerul Azzam atau biasa dipanggil Azzam, ketika itu Azzam pernah menolong temannya Anna ketika kecopetan di Mesir. Walaupun Anna masih merasa gamang, akhirnya Anna memutuskan untuk menerima lamaran dari Furqon. Disebuah acara bedah buku yang diadakan di Pesantren Daarul Quran, Anna bertemu Husna yang tak lain adalah adiknya Azzam. Dan ketika itu, tak lama lagi Azzam akan kembali ke Indonesia, maka Husna sangat menunggu kedatangan kakaknya itu. Tiba saatnya Azzam pulang, Husna menjemput kakaknya yang diantar oleh temannya di Jakarta. Tiba di Bandara, Azzam datang bersamaan dengan Eliana seorang artis yang tak lain adalah anak Kedubes Indonesia di Mesir. Azzam pun pulang ke rumahnya, disana ibunya yaitu Bu Nafis menyambut kedatangan Azzam dengan penuh kebahagiaan dan kerinduan. Setelah sebulan dari acara lamaran, tiba saatnya acara pernikahan Anna dan Furqon. Azzam dan keluarga pun datang ke acara pernikahan tersebut. Namun setelah pernikahan berlangsung selama 6 bulan lebih, Furqon berterus terang pada Anna tentang virus HIV yang menyerangnya. Dan malam itu juga Anna minta Furqon untuk menceraikannya, hingga berakhirlah pernikahan mereka. Ketika Anna berencana untuk pulang ke Cairo, tiba-tiba Azzam datang pada Pak Kiai Lutfi untuk mencarikan jodoh untuknya setelah beberapa kali Azzam gagal untuk menikah. Dan Pak Kiai menawarkan Anna sebagai calon istri Azzam, seketika Azzam menyetujuinya, begitu pula Anna, karena selama ini laki-laki yang Anna impikan adalah Azzam Tidak lama dari itu Anna dan Azzam resmi sebagai suami istri. Setelah Anna menikah lagi, tiba-tiba Furqon mengirimkan e-mail bahwa dia ternyata negatif terkena virus HIV, dan menawarkan Anna untuk kembali padanya. Anna pun menjawabnya, bahwa dia kini sudah menikah lagi dengan laki-laki yang sangat dia cintai, yaitu Azzam.
Kutipan Bagian Yang Menarik
Yang menarik sebelum hari akad dan walimah disepakati, Anna Althafunnisa mengajukan syarat kepada Furqon jika tetap ingin menikahinya. Syarat yang sempat membuat perdebatan sengit antara Anna dan Furqon. “Saya punya syarat yang syarat ini menjadi bagian dari sahnya akad nikah. Artinya farji saya halal diantaranya jika syarat-syarat ini dipenuhi oleh Mas Furqon.” Kata Anna di majelis musyawarah itu. “Apa itu syaratnya?” Tanya Furqon. “Pertama, setelah menikah saya harus tinggal di sini. Saya tidak mau tinggal selain di lingkungan pesantren ini. Kedua, saya mau dinikah dengan syarat selam hidup dan saya masih bisa menunaikan kewajiban saya sebagai isteri Mas Furqon tidak boleh menikah dengan perempuan lain!” Dengan tegas Anna menjelaskan syarat yang diinginkannya. Kalimat yang diucapkan itu cukup membuat kaget Furqon dan keluarganya. “Apa syarat-syarat itu tidak mengada-ada?” Kata Pak Andi Hasan, ayah Furqon. “Tidak. Sama sekali. Para ulama sudah membahasnya panjang lebar. Dan syarat yang saya ajukan ini sah dan boleh.” Jawab Anna. Pak Kiai Lutfi diam saja. Dia percaya bahwa putrinya pasti bisa memperjuangkan apa yang menjadi maslahat bagi masa depannya.
Truk yang dinaiki Azzam menderu dan hilang dari pandangan Truk yang dinaiki Azzam menderu dan hilang dari pandangan. Kiai Lutfi mengambil nafas panjang. Kiai Lutfi naik ke beranda. Anna masih berdiri di sana. Lalu sambil berjalan masuk rumah ia berkata pada putrinya. “Abah suka dan kagum pada pemuda itu. Saying baru tahu dan bertemu sekarang.” “Jujur, pemuda seperti Azzam itu kalau boleh Abah berterus terang adalah pemuda yang menjadi idaman Abah. Sayang baru bertemu sekarang. Jika Abah masih punya anak putri pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Abah tahu tentang perjunagannya membesarkan adik-adiknya. Dia sungguh pemuda luar biasa!” Ada gemuruh cemburu luar biasa dalam hati Anna. Lalu perasaan sedih perlahan menyusup ke dalam hatinya. Mata Anna basah mendengar perkataan Abahnya, bahwa Azzam itulah ternyata pemuda yang dulu menolongnya. Pemuda yang menundukan pandangannya dan mengatakan namanya Abdullah. Azzam itulah juga pemuda yang dulu sangat mengesan di hatinya. Bukan hanya dulu, bahkan sampai sekarang. Tapi takdir telah memilihkannya jalan, Furqonlah jalannya. Anna masuk kamarnya. Dan di kamarnya ia menangis. Kata-kata Abahnya terus terngiang-ngiang dalam hatinya. “Jika Abah masih punya anak putri, pasti akan Abah pinta Azzam jadi menantu. Abah tak akan menyia-nyiakan kesempatan
Tepat jam delapan akad nikah dilangsungkan Tepat jam delapan akad nikah dilangsungkan. Furqon menjawab dengan lancar tanpa keraguan. Anna yang menyaksikan dan mendengar dari lantai dua masjid meneteskan air mata. Statusnya kini telah berubah. Ia telah resmi menjadi isteri Ferqon Andi Hasan, MA. Ia berikrar dalam hati akan mencintai suaminya sedalam-dalamnya. Dan akan membaktikan hidupnya untuk suaminya seikhlas-ikhlasnya. Furqon juga menangis. Ia menangis bahagia sekaligus menangis sedih. Bahagia karena ia telah resmi menjadi suami Anna Althafunnisa. Bahagia karena ia telah menyunting gadis tang diidam-idamkannya. Dan bahagia karena ia telah membahagiakan ayah dan ibunya. Namun di saat yang sama ia juga sangat sedih. Sedih karena ia merasa telah membohongi semua. Ia merasa telah mengkhianati Anna dan keluarganya. Tidak hanya mereka saja. Namun juga seluruh keluarga besar pesantren Wangen semuanya.
Meskipun malam itu bulan tertutup awan, namun keindahannya bagi Furqon sulit dilukiskan. Setelah satu hari penuh menerima tamu yang dating pergi bergantian, akhirnya ia dan Anna bisa masuk kamar pengantin yang telah disiapkan tepat jam sembilan. Ia melepas peci dan jas putihnya yang ia pakai sejak jam tiga. Anna melepas gaun pengantin putihnya perlahan. Ia memperhatikan istrinya melepas gaun pengantinnya itu dengan jantung berdegup kencang. Setelah jilbab dilepas tampaklah Anna dengan rambut hitamnya yang tergerai berkilauan. Dibalik gaun pengantin ternyata Anna masih memakai rangkapan kaus putih ketat dan bawahan putih tipis. Anna tersenyum tipis pada Furqon. Kedua kaki Furqon bagai terpaku ditempatnya. Seluruh syarafnya bergetar. Hatinya dingin. Ada gelombang kebahagiaan luar biasa yang bagai memusat di ubun-ubun kepalanya. Anna meraih farfum, bau wangi yasmin nan suci merasuk ke hidung Furqon. Merasuk ke seluruh aliran darah Furqon. Anna menyibakan rambutnya dan mengulurkan kedua tangannya sambil duduk di tepi ranjang yang bertabur bunga kebahagiaan. “Ayolah sayang, peganglah ubun-ubun kepalaku. Dan bacalah do’a barakah sebagaimana para shalihin melakukan hal itu pada isteri mereka di malam pertama mereka yang bahagia.” Kata-kata Anna bening dan bersih. Furqon tergagap, ia kikuk, ia lupa pada dunia. Ia lupa pada perasaan sedihnya yang selama ini menderanya. Ia melangkah, ia ingat sunnah itu. Sunnah memegang ubun-ubun kepala isteri di malam pertama ketika pertama kali bertemu. Tapi ia lupa doanya. Ia mengingat-ingat tapi tidak juga ingat. Yang penting ia maju dan mencium kening isterinya. Furqon duduk di samping Anna. Bau wangi yasmin dan bau tubuh Anna begitu kuat ia rasa. Anna memejamkan mata. Furqon memegang ubun-ubun isterinya dengan dada bergetar. Ia tidak bisa berdoa apa-apa. Ia hany mengatakan, ”Bismillah, Allahumma.” Seterusnya tidak jelas. Anna larut dalam perasaan bahagianya. Ia sudah menyerahkan jiwa dan raganya seutuhnya pada suaminya. Anna membaca air dengan mata berkaca-kaca. Lalu dari pojok kedua matanya, aliran air hangat meleleh ke pipi.
Azzam terus memutar otaknya bagaiman caranya usahanya sukses Azzam terus memutar otaknya bagaiman caranya usahanya sukses. Jika ia tetap menjual produk yang sama dengan yang lain, maka di pasar ia telah kalah. Ia harus punya produk yang inovatif, yang berbeda dengan yang lain. Sama-sama baksonya tapi harus ada sisi unik yang membedakan baksonya dengan bakso yang lain. Ia ingin agar pembeli baksonya mendapat sesuatu selain rasa nikmat di lidah, kenyang dan gizi. Ia terus berfikir. Sampai akhirnya ia menangkap sebuah ide yang menurutnya brilian. Ia akan membuat bakso cinta. Ya, ia akan membuat bakso cinta. Dalam benaknya ia akan membuat cetakan khusus untuk baksonya. Bentuk baksonya tidak bulat tapi berbentuk cinta, love atau hati. Terus ia akan mengubah suasana warungnya. Meskipun warung tenda, suasananya harus romantis. Lalu ia akan menyiapkan instrument musik khusus yang mengiringi pelanggan makan. “Yup! Ini baru ide!” Teriaknya dalam hati. Azzam lagi bekerja keras mencari cetakan dari besi berbentuk hati. Ia tidak menemukan di took-toko penjual barang pecah belah. Ia akhirnya pesan cetakan yang ia inginkan ke Batur, Klaten yang dikenal sebagai pusat besi, baja dan aluminium. Cetakan itu akhirnya jadi juga. Azzam mencoba membuat bakso cinta dengan cetakannya. Pertama kurang menarik. Lalu ia buat lagi dan hasilnya sangat mempesona. Ia lalu menyiapkan suasana warungnya. Gerobak baksonya ia cat pink semuanya. Tendanya juga ia cat pink. Meja dan kursinya juga pink . ia cari mangkok khusus berwarna merah hati jadi pas dengan meja pink.
Anna kembali melihat wajah Azzam. Suaminya itu tersenyum mengiyakan Anna kembali melihat wajah Azzam. Suaminya itu tersenyum mengiyakan. Anna mematikan komputernya. Lalu dengan tersenyum ia berkata pada Azzam, “Mas, yuk kita kembali ke kamar, aku masih ingin mengulang nikmatnya ibadah kita tadi malam. Mumpung masi pagi sekali.” “Tidak saying! Mas harus ke Sraten untuk membuat bakso.” Canda Azzam. “Ayolah Mas, please!” Desah Anna manja. “Karena dipaksa, ya baiklah, dengan senang hati cintaku.” Ucap Azzam pelan di telinga isterinya. Mereka berdua kembali ke kamar. Menutup pintu kamar dan Anna membacakan puisinya dengan suara bergetar, … Akan kurenggut mahkotamu dengan cintaku Dan kunikmati jamuanmu Dengan cintaku Tak mungkin aku mengkhianatimu Karena aku cinta Padamu Kedua insan itu bertasbih menyempurnakan ibadah mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mengikuti sunnah para nabi dan rasul yang mulia. Pagi begitu indah. Sang Surya mengintip malu di balik pepohonan. Rerumputan bergoyang-goyang bertasbih dan sembahyang. Pagi itu Azzam dan Anna kembali merasa menjadi hamba yang sangat disayang Tuhan. Fa biayyi aali Rabbikuma tukadzibaan!
TERIMA KASIH