Sabda Kehidupan Januari 2013
Dari tanggal 18 s/d 25 Januari di berbagai tempat di dunia dirayakan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani, sementara di tempat lain dirayakan pada hari Pentakosta. Ayat yang dipilih untuk Pekan Doa tahun ini:“Apa yang dituntut Tuhan dari padamu” (Mi 6, 6-8).
Sabda Kehidupan bulan ini dapat membantu kita untuk menyelami makna dari ayat tersebut.
“Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” (Mt 9:13).
“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”. Apakah Anda mengingat kapan Yesus mengucapkan kata-kata ini? Dia mengucapkannya ketika sedang makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Orang-orang Farisi mengamati hal itu dan berkata kepada murid-muridNya: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Ketika Yesus mendengar kata-kata ini, Ia menjawab:
“Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”
Yesus mengutip satu kalimat dari kitab Nabi Hosea, dan dengan demikian menunjukkan bahwa Dia menyukai maknanya, dan memang norma inilah yang selalu mendasari sikapNya. Ini menyatakan bahwa cinta kasih melebihi semua hukum, semua perintah dan peraturan lainnya.
Inilah ciri khas agama Kristiani yang sesungguhnya: Yesus datang ke dunia untuk memberitakan bahwa terutama sekali Dia menghendaki cinta kasih terhadap sesama, dan kehendak Allah ini sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci, sebagaimana dibuktikan oleh kalimat dari Nabi Hosea.
Bagi seorang Kristiani, kasih adalah program hidupnya, hukum yang mendasari setiap perbuatan, dan kriteria untuk seluruh tingkah lakunya.
Kasih mesti menjadi yang utama di atas semua hukum dan peraturan lainnya. Bahkan, bagi seorang Kristiani, kasih terhadap sesama menjadi dasar yang kokoh yang membenarkan hukum atau peraturan lainnya.
“… Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”.
Yesus menghendaki kasih, dan belas kasihan adalah salah satu ungkapan dari kasih itu. Dia ingin agar orang-orang Kristiani hidup demikian, terutama sebab Allah demikianlah adanya.
Bagi Yesus, Allah pertama-tama adalah Sang Pengasih, Bapa yang mencintai semua orang dan yang membuat matahari terbit dan hujan turun baik bagi orang benar maupun orang jahat.
Sebab Yesus mencintai semua orang, Ia tidak takut tinggal bersama dengan orang-orang berdosa; dan dengan demikian Ia mengungkapkan kepada kita siapakah Allah yang sebenarnya. Jadi, jika Allah demikian adanya, maka kita juga mesti dijiwai oleh sikap yang sama.
“… Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”.
“… dan bukan persembahan”. Jika kita tidak memiliki cinta kasih terhadap sesama, persembahan kita tidak akan berkenan kepada Yesus. Ia tidak menghargai doa kita, keikutsertaan kita dalam perayaan Misa, persembahan kita, bila semuanya ini tidak keluar dari hati yang sungguh berdamai dengan semua orang, dan penuh kasih terhadap mereka.
Tentu kita mengingat kata-kata Yesus yang sangat berkesan dalam khotbah di bukit: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mt. 5:23-24).
Ini menunjukkan bahwa persembahan yang paling berkenan bagi Allah adalah kasih terhadap sesama, yang harus mendasari persembahan itu sendiri. Seandainya Anda ingin memberikan sebuah kado kepada ayah Anda sementara Anda sendiri memusuhi saudara Anda (atau saudara Anda memusuhi Anda), apa yang akan dikatakan Ayah Anda? “Berdamailah dahulu, baru kemudian datang memberikan kadomu”.
terbukti dari pengalaman orang-orang Kristen yang sungguh menghayati imannya. Setiap kali mereka menolong sesama, khususnya mereka yang berkekurangan, bertumbuh dalam diri mereka pengabdian dan persekutuan dengan Allah. Mereka merasakan suatu hubungan mesra dengan Allah; dan inilah sumber sukacita hidup mereka. Cinta kasih bukan hanya merupakan dasar hidup Kristiani, melainkan juga cara yang paling tepat untuk hidup bersatu dengan Allah. Terbukti dari pengalaman orang-orang kudus, para saksi injili yang telah mendahului kita,
“… Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan”. Bagaimana kita dapat menghayati Sabda Kehidupan ini?
Jangan mendiskriminasi siapapun antara orang-orang yang berhubungan dengan kita, jangan menyingkirkan siapapun, tetapi berikanlah kepada semua orang apa yang dapat kamu berikan, seturut teladan Allah Bapa.
Perbaikilah persoalan besar maupun kecil yang tidak berkenan bagi Surga dan yang menyedihkan hatimu; jangan biarkan matahari terbenam – seperti tertulis dalam Kitab Suci – sebelum padam amarahmu terhadap siapapun (bdk. Ef. 4:26).
Dengan sikap demikian, maka apa sajapun Anda lakukan akan berkenan bagi Allah dan tidak akan pernah lenyap. Apakah Anda bekerja atau beristirahat, belajar atau berolah raga, di rumah dengan anak-anak atau ikut suami atau istri berjalan-jalan, berdoa atau bersusah payah, atau melakukan kegiatan agama yang sesuai dengan panggilan hidup Anda, maka semuanya ini akan menjadi ‘bahan dasar’ untuk mendapatkan Kerajaan Surga.
Surga adalah sebuah rumah yang kita bangun di sini dan akan kita huni kelak. Dan kita membangunnya dengan cinta kasih.
“Sabda Kehidupan”, renungan bulanan Gerakan Focolare. Teks oleh: Chiara Lubich, 1996 Grafik Anna Lollo dan p. Placido D’Omina (Sisilia, Italia) Uraian Sabda Kehidupan diterjemahkan ke dalam 96 bahasa dan berbagai dialek, serta mencapai jutaan orang melalui media cetak,radio, televisi dan Internet WEBpage Focolare: Download Sabda Kehidupan versi PPT dalam berbagai bahasa di: “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” (Mt 9:13).