Kajian Kemiskinan di Aceh Dampak Konflik, Tsunami, dan Rekonstruksi terhadap Kemiskinan di Aceh
Pesan-pesan utama Tingkat kemiskinan meningkat sedikit pada tahun 2005 dan menurun kembali ke tingkat pra-tsunami pada tahun 2006, difasilitasi oleh berakhirnya konflik dan kegiatan rekonstruksi; Kemiskinan di Aceh merupakan phenomena pedesaaan dengan sejumlah besar masyarakat Aceh masih rentan terhadap kemiskinan (memiliki pendapatan hanya diatas garis kemiskinan); Sumber daya alam yang berlimpah tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau tingkat kemiskinan yang rendah; Aceh akan memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memerangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi efisiensi dalam alokasi sumber daya merupakan kunci keberhasilan.
Metodologi (i) Dua sumber utama data: (i) Susenas, sebuah survey skala besar terhadap Rumah Tangga yang dilakukan secara tahunan oleh BPS diseluruh Aceh dan (ii) STAR, sebuah survei longitudinal khusus yang menghubungi kembali sample keluarga pada Susenas 2004 di wilayah yang terkena tsunami; SUSENAS mencatat beberapa dimensi kesejahteraan: komposisi keluarga, karakteristik, konsumsi dan termasuk akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Metodologi (ii) Dimulai dengan menggunakan garis kemiskinan BPS tahun 2004. Untuk mendapatkan tingkat kesejahteraan yang konsisten tahun 2005 dan 2006 dilakukan; (1) menentukan kelompok konsumsi yang mewakili kelompok miskin di daerah perkotaan dan pedesaan (2) mengaplikasikan bobot konsumsi ini terhadap seri indeks harga bulanan BPS; Keterbatasan pendekatan ini; (1) perubahan harga hanya diukur di Banda Aceh dan Lhokseumawe, sehingga kemiskinan pada level kabupaten mungkin tidak begitu akurat (2) kecilnya jumlah sample pada tingkat kabupaten, menjadikan pengukuran hanya valid pada tingkat provinsi.
Tingkat kemiskinan sedikit meningkat pada tahun 2005, dan menurun pada 2006 ke level sebelum tsunami 2004 2005 2006 Aceh 28.4 32.6 26.5 Aceh Perkotaan 17.6 20.4 14.7 Aceh Pedesaan 36.2 30.1 Indonesia 16.7 16.0 17.8
Relatif rendahnya peningkatan kemiskinan pada 2005 ditandai dengan perbedaan yang besar antara wilayah terkena dampak tsunami dan konflik. Kemungkinan relatif tergolong miskin dikelompokkan berdasarkan kecamatan yang terkena dampak tsunami dan konflik (tinggi dan rendah) 2004-2006. Pada tahun 2005, kemungkinan untuk tergolong miskin di Aceh meningkat secara signifikan di daerah yang terkena dampak tsunami dan konflik, tetapi hal ini tidak signifikan sama sekali pada tahun 2006.
Sejumlah besar masyarakat hidup hanya diatas garis kemiskinan - guncangan kecil dapat menjadikan mereka hidup dibawah garis kemiskinan. Cumulative Distribution Function for rural Aceh, 2004-06
Sebelum Tsunami, tingkat kemiskinan di Banda Aceh dan kabupaten sekitarnya secara signifikan lebih rendah..
Tingkat kemiskinan meningkat dibanyak kabupaten pada tahun 2005, tetapi menurun dihampir setiap kabupaten pada 2006 2005 2006
Karakteristik kemiskinan di Aceh serupa dengan daerah-daerah lain di Indonesia Source: BPS data and World Bank staff calculations. Note: ++/-- indicates statistical significance at the 1% or 5% level, +/- significance at the 10% level.
Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat hampir di setiap dekade, sebagian besar diakibatkan oleh konflik dan penurunan produksi Migas
Perkenomian Aceh terus menurun pada 2001-2005, pada saat daerah lainnya di Indonesia pulih dari krisis ekonomi
Akibatnya, tingkat kemiskinan di Aceh terus meningkat sementara daerah lain di Indonesia mengalami penurunan
Elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan Aceh hanya sepertiga dari daerah lain di Indonesia – normal untuk ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam
….Ketersediaan minyak dan gas tidak dengan sendirinya menghasilkan tingkat kemiskinan yang rendah
Aceh akan memiliki sumber daya fiskal yang dibutuhkan untuk memerangi kemiskinan serta mendorong pertumbuhan ekonomi
Pengeluaran perkapita Aceh pada bidang pendidikan menduduki tempat ke-dua terbesar di Indonesia (2004)
Pengeluaran perkapita Aceh pada bidang kesehatan jauh diatas rata-rata Indonesia (2004)
Akan tetapi, pencapaian kedua bidang Pendidikan dan Kesehatan tidak begitu signifikan lebih baik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia …menunjukkan perlunya untuk meningkatkan efisiensi belanja Tingkat kelulusan 2004/05 SD SMP SMA Aceh 96.6 89.5 91.5 North Sumatra 97.6 93.4 87.7 Indonesia 96.8 98.0 92.1 Cakupan imunisasi Aceh vs.Indonesia
Prioritas dalam pengentasan kemiskinan (i) Pembangunan jangka panjang harus terfokus pada daerah yang paling miskin di Aceh, khususnya daerah pedalaman perdesaan dan daerah terpencil. Fokus saat ini terhadap daerah dampak tsunami perlu dilakukan perubahan; Strategi pengentasan kemiskinan hendaknya berfokus pada peningkatan produktifitas pertanian dan perikanan, dan juga strategi peningkatan kemampuan kelompok miskin dan menghubungkan mereka dengan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah perkotaan; Pemerintah Aceh hendaknya melakukan diversifikasi perekonomian dari sumber daya alam (khususnya minyak dan gas) dan meningkatkan transparansi dalam distribusi dan penggunaan penerimaan.
Prioritas dalam pengentasan kemiskinan (ii) Pemerintah Aceh harus menginventasikan pada pemerintahan yang kuat yang menjamin alokasi keuangan yang efisien dan juga penyediaan pelayanan umum yang berkualitas; Dengan kesempatan dan sumber daya keuangan yang besar, pola belanja daerah harus ditingkatkan. Teliti naiknya belanja apparatur pemerintahan dan gaji pegawai; Belanja untuk pendidikan dan kesehatan cukup tinggi, akan tetapi efisiensi belanja dapat ditingkatkan. Dalam semua sektor, perencanaan dan penganggaran yang lebih baik harus menyesuaikan kebutuhan yang telah diidentifikasi dengan alokasi sumber daya.