Estetika 2 2 Mei 2008
Estetika Inggris Abad 18 Latar Belakang Hutchenson Burke
Latar Belakang Pengaruh Baumgarten sebagai titik tolak. Pengaruh subyektivitas dari era Modern. Empirisme
Baumgarten sebagai titik tolak Estetika sebagai sains tentang pengamatan inderawi / sensoris. Posisi seni ke dalam 2 wilayah: wilayah kemampuan sensoris dan kemampuan intelektual sebagai mode pengamatan.
Kecenderungan Inggris Pengalaman keindahan masuk ke dalam kategori kemampuan sensoris saja dan melihatnya sebagai fenomena cita rasa. Ada teori-teori tentang indera-indera internal (memori, imajinasi) yang dapat menghasilkan rasa akan keindahan.
Pengaruh Subyektivitas Estetika disubyektifikasikan: pusat perhatiannya pada subyek (manusia) dan menganalisa kondisi-kondisi pikiran subyek serta kemampuan-kemampuan mentalnya. Munculnya pengertian lain selain keindahan: sublimitas dan grafis (picturesque).
Sublime of such excellence, or beauty as to inspire great admiration or awe.
Graphic (Picturesque) Both adjectives are used to describe things that have visual impact or that produce a strong, clear impression, but graphic means having the power to evoke a strikingly lifelike representation, whether it is in pictures or in words.
Empirisme Selama ini (sebelum Modern) teori keindahan tetap tidak dapat dirumuskan secara memuaskan. Keindahan tetap dapat didefinisikan tapi tidak melulu sebagai sesuatu yang transendental.
Transendental relating to a spiritual or nonphysical realm.
Hutchenson ( ) Tokoh yang paling mewakili estetika Inggris abad ke-18. Fokus pada fenomena indrawi dan ketanpapamrihan.
“Keindahan” Bukan nama sebuah obyek transendental TAPI bukan juga suatu obyek yang dapat kita sentuh. Keindahan: Ide yang muncul dalam diri kita.
Masih dapat disebut Empiris? Hutchenson fokus pada fenomena inderawi, tapi mengapa keindahan ditempatkan sebagai ide (tak dapat dipersepsi secara inderawi) yang ada di dalam diri kita? Bagaimana menjelaskan hal ini?
Merujuk pada (tetap) obyek dalam kesadaran kita yang dibangun oleh persepsi atas obyek-obyek eksternal tertentu.
Uniformitas Varietas Kesatuan dalam keanekaragaman sebagai penyebab keindahan.
Rasa Keindahan Kemampuan untuk membangunkan ide atau rasa keindahan dalam pikiran.
Indera Internal dan Eksternal Eksternal, obyeknya eksternal. Internal, obyeknya internal Eksternal, melalui persepsi, hasilnya: obyek-obyek di sekitar kita. Internal, reaktif dan simultan, hasilnya: rasa keindahan, moral, dsb.
Ketanpapamrihan Apresiasi estetis tanpa pamrih, bukan melalui kalkulasi (hitung-hitungan) di dalam otak. Rasa Keindahan (bukan Keindahan itu sendiri) bereaksi secara otomatis, tidak berasal dari “pengetahuan akan azas, proporsi, sebab, atau manfaat dari sebuah obyek”.
Burke ( ) Tentang yang Sublim dan yang Indah. Tidak memakai indera-indera internal yang menhasilkan rasa-rasa tertentu sebagai dasar keindahan yang sublim. Mengemukakan ras senang positif dan relatif (delight).
Rasa Senang Positif Positif: Ada karena rasa sakit telah hilang / tidak adanya rasa sakit. Kesenangan yang didapat dari keindahan: cinta. Berkaitan dengan sesuatu yang universal: umat manusia.
Rasa Senang Relatif Kesenangan yang didapat dari yang sublim: delight (great pleasure). Terkait dengan sesuatu yang bersifat specific / partikulir: pelestarian individu. Bila seorang individu dapat merenungkan sesuatu (obyek yang abstrak, massive / sangat besar) tanpa rasa takut (atau campur tangan rasa-rasa tertentu), maka sesuatu tersebut akan dialami sebagai sesuatu yang sublim.
Keindahan menurut Burke Kualitas-kualitas dalam tubuh (tetap empiris) yang dapat menimbulkan rasa cinta.
Cinta menurut Burke Kepuasan yang muncul pada pikiran setelah merenungkan hal-hal yang indah. Membedakan antara Cinta dan Keinginan Untuk Memiliki, jadi menurutnya, ada ketanpapamrihan di dalam Cinta. Namun keduanya dapat berjalan secara simultan (bersamaan).