PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA GERAKAN PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA
Pembangunan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pada umumnya pembangunan dilakukan dengan penekanan pada bidang ekonomi dan politik, terlebih-lebih pada saat suatu negara baru memperoleh kemerdekaannya. Pembangunan, kemudian menjadi suatu gerakan di negara-negara baru berkembang setelah berakhirnya perang dunia kedua. Perang dunia kedua telah merubah peta politik dan ekonomi di benua Asia dan Afrika. Walaupun penekanan pembangunan pada permulaan kemerdekaan suatu negara dan bangsa ditekankan pada pembangunan ekonomi dan politik, akan tetapi pembangunan sosial tidak diabaikan, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan sebagai suatu bagian pembangunan sosial selalu mendampingi pembangunan ekonomi dan poitik. Pendidikan akan membawa perubahan sikap,perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompok dan masyarakat. Perubahan tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang semakin bervariasi, dan memberi jalan ke arah pemenuhannya. Itulah sebabnya sering para ahli mengatakan, bahwa pendidikan mencetuskan harapan, oleh karena harapan itu terletak pada pendidikan. Pada tahap-tahap awal perjuangan kemerdekaan suatu bangsa dan tahap awal pembangunan, pendidikan biasanya merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas. Pada saat itu tampak bahwa pendidikan tidak terbatas pada yang diselenggarakan dalam sistem persekolahan, tetapi juga yang diselenggarakan dalam bentuk lain di luar sekolah.
A. Asal-Usul Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah dalam bentuk yang paling asali (indigenous) telah ada sejak dulu. Kehadirannya lebih dulu dari perkembangan pendidikan formal atau pendidikan persekolahan. Pendidikan non formal berkembang dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisinya yang dianut oleh warga masyarakat. Kegiatan-kegiatannya berupa pelestarian dan pewarisan kebudayaan secara turun menurun. Kegiatan-kegiatan tersebut merendah dari yang sederhana (dari individu kepada individu) sampai dengan yang kompleks (seperti upacara tradisional atau upacara adat yang dilakukan dalam kelompok besar). Pada permulaannya pendidikan formal seperti itu mendapat pengaruh dari kegiatan pendidikan informal, yang pertama-tama dilakukan dalam lingkungan keluarga. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, kebiasaan dilakukan dalam keluarga oleh orang tua kepada anaknya. Selanjutnya keluaega-keluarga yang membentuk satu kesatuan (wilayah atau keturunan) mengadopsi pola-pola tersebut untuk dipergunakan dalam ke satuan lingkungan yang lebih luas dari keluarga. Contoh : keterampilan bercocok tanam diperoleh anak dari orang tuanya. Pola penyampaian keterampilan bercocok tanam seperti dilakukan oleh orangtua kepada anaknya, dipergunakan oleh kepala adat, misalnya, kepada warganya atau oleh ketua kelompok tani kepada anggota-anggota.
Pendidikan luar sekolah yang indigenous berakar pula pada kebiasaan menyampaikan ajaran agama. Ajaran agama sebagai materi pendidikan itu juga sekaligus merupakan unsur motivasi untuk belajar, misalnya dalam agama Islam, membaca itu adalah suatu keharusan untuk mendalami ajaran agama Islam. Kemudian diperluas, bahwa membaca merupakan alat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Pendidikan luar sekolah dengan menggunakan cara-cara tersebut termasuk cara-cara berkembang di dalam negara itu sendiri. Tegasnya yang asli, yang kemudian dikembangkan dalam lingkungan yang lebih luas. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis dan meneruskan warisan sosial budaya, kemampuan-kemampuan dan cara-cara kerja dan teknologi masyarakat dari satugenerasi ke generasi berikutnya.
B. Makna Pendidikan (Luar Sekolah) dalam gerakan Pembangunan Bagi negara-negara yang sedang berkembang, pendidikan luar sekolah ditekankan pada ”makna” dalam gerakan pembangunan. Karena di negara-negara sedang berkembang sebagian besar penduduknya ada di daerah pedesaan, maka ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan pembangunan masyarakat pedesaan tersebut. Pertama, perbaikan kondisi-kondisi ekonomi sosial dan kultural. Kedua, pengintegrasian masyarakat pedesaan kedalam kehidupan bangsa secara keselurahan supaya mereka dapat memberikan kontribusi terhadap program-program nasional. Untuk mencapai tujuan itu perlu dua hal : (a) Partisipasi warga masyarakat desa untuk memperbaiki taraf kehidupannya dengan kepercayaan sepenuh mungkin pada kemampuan dan prakarsanya sendiri. (b) Tersedianya pelayanan dan bantuan teknik dari pihak pemerintahan sehingga prakarsa dan swadaya masyarakat dapat diperkuat.
Jika demikian halnya, bagaimana antara kaitan pembangunan masyarakat pedesaan dengan pendidikan luar sekolah? Apa makna pendidikan luar sekolah bagi pembangunan masyarakat pedesaan tersebut?. Kaitannya adalah prakarsa, aktifitas partisipasi, swadaya warga masyarakat tidak akan tumbuh subur, terarah dan meningkat untuk pelaksanaan pembangunan, jika mereka adalah orang-orang yang bodoh, terbelakang dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikapnya yang positif. Dengan perkataan lain, hanya pada warga masyarakat yang taraf pendidikannya memadai prakarsa dan swadaya akan banyak bermakna bagi pembangunan. Jika kita telaah azas pokok Universitas pembangunan, kita akan menemukan : dinamisasi : (yaitu pembangkitan partisipasi aktif warga masyarakat) modernisasi : (yaitu kemajuan ekonomi dan sosial) demokratisasi : (yaitu pelimpahan kepercayaan kepada warga masyarakat untuk memegang prakarsa)