Aprinus Salam Pusat Studi Kebudayaan UGM

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Media Audio Visual sebagai media iklan
Advertisements

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen
“Segalanya Berbicara ; Apa Yang Kita Katakan dan Cara Mengatakannya”
BAB XI IDE BISNIS.
Poster, Slogan, dan Iklan Oleh : Juwita Rouly, S.Pd.
(Penjelasan bahasa rupa & semiotika)
Bab 9 Pengembangan Produk Baru dan Strategi Siklus Hidup Produk
MARKETING COMMUNICATION
Oleh : Ns. Lili Fajria.S.Kep, M.Biomed
AKTIVITAS BERMAIN DALAM PENJAS
POTENTIAL MANAGEMENT II
PESERTA DIDIK DAN KEBUTUHANNYA
Kelebihan dan kelemahan Media cetak dan Elektronik
Intellectual Property Rights (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ
Hand Out Drama & teater.
Penulisan Skenario Film dan Televisi
TELEVISION PRESENTER ( Telecaster / Pembawa Acara di Televisi ) Maukuf
PASCA PRODUKSI TOPIK 2 PROGRAM ACARA TELEVISI DAN DRAMA TELEVISI
* 07/16/96 Teknik Presentasi “ 4/11/2017 *.
dasar apreasiasi seni rupa anak
AJARAN FILSAFAT SCHOPENHAUER
Modul 1 MENULIS FEATURE Salah satu bagian isi surat kabar yang sulit sekali diberikan definisi adalah feature atau karangan khas. Menurut Dja’far Assegaff.
10 Kesalahpahaman tentang Sukses. Beberapa orang tidak bisa sukses karena latar belakang, pendidikan, dan lain-lain. Setiap orang dapat meraih keberhasilan.
Referensi. referensi PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh : Shandy Christianto
PRAKTIKUM TERPADU Kode : BCT 237 Bobot : 3 SKS
CIRI-CIRI FEATURE.
Universitas Dian Nuswantoro
PASCA PRODUKSI TOPIK 2 PROGRAM ACARA TELEVISI DAN DRAMA TELEVISI
PERTEMUAN KE 2 Oleh. Amida Yusriana.
Pembuatan Keputusan.
TV Entertainment.
Program Studi Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen
Kajian Sosial Iklan “Iklan dan Power”
MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BERBASIS KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT PADA SISWA SMA/SMK KELAS X Oleh : Adelia Hayu Lestari Angga Dia Setya.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NETWORK PLANNING Anggota : Anita Astuti Dera Ambarwati
Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan
NILAI DAN NORMA.
Disarikan oleh : siti khusnul k
Disarikan oleh : siti khusnul k
MULTIPLE INTELEGENSI (KECERDASAN MAJEMUK)
TEORI KOMUNIKASI MASSA
KEINDAHAN DAN KEBURUKAN KEBUDAYAAN
Modul 1 MENULIS FEATURE Salah satu bagian isi surat kabar yang sulit sekali diberikan definisi adalah feature atau karangan khas. Menurut Dja’far Assegaff.
APRESIASI dan SENI RUPA
TUGAS ONLINE 2 FILSAFAT MANUSIA
KEBUTUHAN PSIKOLOGI IBU HAMIL T I, TII, TIII
TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ
MODUL-11 Efek Sosial Komunikasi Massa Euis Heryati
SASTRA.
MENJELASKAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI FILM
LATIHAN PENYUSUNAN KUESIONER
Mengungkapkan Ide melalui Anekdot
Modul 5 Disain grafis di media cetak
TINGKAT IA PSIKOLOGI AYAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI Perkembangan psikologi ayah yang positif penting dalam perkembangan psikologi anak-anak. Perkembangan.
PERKEMBANGAN ANAK USIA 4 -6 TAHUN
Tumbuh Kembang 1 Iis Sri Patmawati, S.Kep. TUMBUH KEMBANG USIA BAYI.
MANAJEMEN MEDIA.
10 Kesalahpahaman tentang Sukses
10 Kesalahpahaman tentang Sukses
10 Kesalahpahaman tentang Sukses
KOMUNIKASI MASSA Dini Hidayanti Herpamudji, M. I
PERUBAHAN KEBUDAYAAN DAN PERAN ANTROPOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
KREASI KARYA SENI RUPA.
Kompetensi Dasar 3.3 Mengindentifikasi informasi teks iklan, slogan, atau poster ( yang membuat bangga dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca.
Kelompok 5 Hasri Novidawati Purba Kristin Nanda Sitorus Marisa Monika Artauli Nainggolan.
MEMASUKI PASAR GLOBAL EDWIN SUGESTI NASUTION, SE. MM.
Transcript presentasi:

Aprinus Salam Pusat Studi Kebudayaan UGM SINETRON DAN KITA Aprinus Salam Pusat Studi Kebudayaan UGM

Sinetron (sinema elektronik) adalah tayangan atau tontonan-hiburan berupa cerita audio visual yang ditayangkan di televisi. Mungkin sebagian dari kita merupakan penonton sinetron dan banyak menyita/mengambil waktu kita. Menurut riset SRI (Survei Riset Indonesia) masyarakat Indonesia merupakan penonton televisi paling banyak dan paling lama, bahkan dibandingkan di negara ASEAN.

Sinetron, seperti karya “seni” lainnya, pada umumnya dibuat berdasarkan realitas, kemudian di-”fiktif”kan. Sangat mungkin sinetron, dan karya “seni” lainnya, bisa membentuk realitas. Dalam arti membentuk persepsi, kesadaran, dan menjadi “referensi” tertentu dalam hidup kita.

Sinetron terutama dibuat berdasarkan pertimbangan pasar, pertimbangan komersial. Komersialitas menjadi tujuan utama. Memang, karya seni yang lain mempertimbangkan komersialitas, tetapi aspek komersialitas bukan tujuan utama.

Karena tujuan utama sinetron adalah komersialitas, maka sinetron di”fiktif”kan sedemikian rupa sehingga menjadi tontonan yang sangat menghibur, menyenangkan, menegangkan, membuat penasaran. Banyak cerita dalam sinetron itu seperti nyata, tapi tidak nyata. Dalam jangka waktu yang lama londisi ini bisa berbahaya.

Sinetron mempermainkan ambang batas nyata dan tidak nyata. Contoh: banyak cerita sinetron yang memperlihatkan hidup glamor itu menyenangkan dan membahagiakan, dan harus diraih dengan berbagai cara. (Banyak yang bilang sinetron itu cuma menjual mimpi). Penuh gosip, intrik-intrik, kasak-kusuk, dsb.

Di sinilah letak bahaya sinetron. Sangat sedikit, untuk mengatakan tidak ada dari sinetron yang bisa diambil sebagai satu pengetahuan atau ketrampilan hidup. Bagi para penonton yang sadar bahwa sinetron itu hanya tontonan, tidak masalah. Mereka bisa membuat jarak. Bagi yang tidak bisa membuat jarak, tidak jarang sinetron seolah bagian, dan seperti hidup kita. Bahkan kita seperti hidup di dalamnya.

Jika ini yang terjadi, maka sinetron secara lembut dan halus telah membentuk persepsi dan kesadaran kita tentang kehidupan. Maka bisa jadi kualitas hidup kita tidak lebih seperti dalam sinetron. Kita hidup dalam sebuah ilusi yang dikonstruksi oleh sinetron. Mengharapkan banyak peristiwa kebetulan. Padahal hidup bukan kebetulan-kebetulan.

Yang paling berbahaya adalah bahwa akan terjadi apa yang disebut maladjustment, yakni berkurangnya kemampuan masyarakat berhadapan (beradaptasi) dengan realitas kehidupan yang sesungguhnya. Sinetron akan mengurangi kemampuan kita untuk berempati dan bersimpati terhadap realitas sosial yang sesungguhnya. Sinetron juga bisa membuat kita salah nilai terhadap kehidupan.

Selain itu, jika masyarakat Indonesia rata-rata melihat televisi 3 jam per hari (menurut SRI), maka kita telah membuang waktu produktif lebih kurang 1/6 dari waktu jaga kita, jika waktu jaganya 18 jam. Itu artinya, jika orang Indonesia rata-rata berumur 60 tahun, maka orang Indonesia melihat televisi sekitar 10 tahun. 10 tahun duduk di depan televisi, dan tidak melakukan apa-apa.

Kesimpulan dan Saran Perlu hati-hati dan membuat jarak dalam menikmati sinetron.Banyak acara lain yang lebih menarik dan penting untuk dinikmati. Perlu mengambil peran untuk memberi pemahaman bahaya sinetron. Tindakan yang cukup ekstrim yang bisa diambil; membuat gerakan budaya, atau gerakan moral membentuk MASYRAKAT ANTI SINETRON