ANALISIS FINANSIAL / KELAYAKAN USAHA NPV IRR Net B/C Ratio BEP PBP software DSS-BALIANALISIS
Net Present Value (NPV), digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek. Dimana: B = keuntungan C = biaya i = discount rate t = periode
Internal Rate of Return (IRR), merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang). Perumusannya adalah sebagai berikut
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang negatif. dimana: B = keuntungan C = biaya i = discount rate t = periode
Break Event Point (BEP), dilakukan untuk mengetahui kapan keuntungan mulai diperoleh. BEP ini dilakukan dengan dua cara yaitu atas dasar nilai jual dalam rupiah dan atas produksi BEP atas dasar produksi : dimana: FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya tidak tetap (Rp) C = Produksi (kg) P = Unit penjualan (Rp) S = Penjualan total (Rp)
Pay Back of Period (PP), dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi:
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ABON IKAN contoh ANALISIS KELAYAKAN USAHA ABON IKAN
PEMBUATAN ABON IKAN DARI IKAN MARLEN Pengepresan I Pengambilan ikan hasil rebusan
Pencampuran dg bumbu serta penambahan santan Penggorengan
CONTOH PENGHITUNGAN KELAYAKAN USAHA Unit usaha yang dianalisis adalah unit usaha abon ikan berskala kecil. Bentuk badan usaha perusahaan adalah perusahaan perseorangan. Perusahaan mengolah bahan baku ikan TUNA sebanyak 3.000 kg/bulan. Apabila proses produksi berjalan optimal, dari sejumlah bahan baku tersebut (dicampur dengan bahan-bahan pembantu), akan diperoleh produk abon ikan sebanyak 1.200 kg /bulan (rendemen ± 40 persen).
Biaya investasi untuk usaha abon ikan terdiri dari : biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, serta pembelian mesin/peralatan produksi dan peralatan pendukung lainnya.
Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel mencakup biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan pendukung, biaya tenaga kerja produksi, biaya makan tenaga kerja produksi dan biaya transportasi. Sementara itu, komponen biaya tetap terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP) serta biaya administrasi dan umum.
Kebutuhan Modal Kerja Besarnya kebutuhan modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan abon ikan mempunyai siklus produksi (lama waktu yang diperlukan dari pembelian bahan baku sampai pembayaran terlama dari penjualan produk) kurang lebih selama 1,5 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah :
Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
ANGSURAN KREDIT KE BANK Jangka waktu kredit dari bank adalah 2 tahun tanpa grace period. Tingkat suku bunga kredit yang digunakan adalah sebesar 15 % per tahun dengan sistem bunga menurun. Dengan demikian, jumlah angsuran pokok dan bunga kredit yang harus dibayar oleh pengusaha abon ikan pada setiap bulannya dapat dihitung. Tabulasi angsuran per tahun sebagai berikut :
Jumlah produksi abon ikan selama satu tahun sebesar 14. 440 kg (1 Jumlah produksi abon ikan selama satu tahun sebesar 14.440 kg (1.200 kg/bulan) dan harga abon ikan ditingkat produsen adalah Rp 70.000 per kg. Oleh sebab itu, pendapatan dari hasil penjualan abon ikan per tahun adalah sebesar Rp 1.008.000.000,–. Rincian penerimaan/pendapatan kotor dalam setahun sebagai berikut :
Analisis Sensitivitas Dalam analisis setiap investasi usaha, termasuk usaha pengolahan abon ikan, tentu terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas harus dilakukan guna menguji seberapa sensitif usaha yang akan dilaksanakan terhadap perubahan jumlah dan harga-harga dari input dan output produksi. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario, yaitu : Skenario I Pendapatan usaha mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional diasumsikan tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga abon ikan, jumlah permintaan yang menurun, ataupun jumlah produksi yang menurun. Skenario II Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan usaha diasumsikan tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi akibat kenaikan harga input produksi, seperti bahan baku dan peralatan produksi. Skenario III Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II, yaitu : diasumsikan penerimaan usaha mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap.