Ekonomi Kerusakan Lahan (Economics of Land Degradation) Oleh: Yusman Syaukat Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Mei 2011
Pendahuluan Lahan ( land ) sebagai faktor produksi (input factor) berbagai aktivitas manusia dan merupakan input utama sektor pertanian. Kerusakan lahan bisa disebabkan oleh: Kejadian alam Kejadian alam Aktivitas manusia: miss-management of farm activities Aktivitas manusia: miss-management of farm activities Kerusakan lahan akibat usahatani memiliki onsite dan offsite effects Kerusakan lahan memiliki potensi penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dan penurunan kesejahteraan manusia.
Pendahuluan (2) Barbier (1995): dampak kerusakan lahan di daerah tropis > daerah temperate, karena lahan di daerah tropis relatif fragile. Di Asia Tenggara, biaya kerusakan lahan ini diperkirakan mencapai antara 1% – 15% GNP Untuk mengurangi dampak kerusakan lahan, dapat dilakukan upaya-upaya konservasi lahan ( land conservation ). Land ownership matters : kepemilikan lahan akan mempengaruhi kesejahteraan individual pemilik dan memiliki kekuatan sosial
Land Degradation: Sebab & Bentuk Kerusakan lahan dapat terjadi akibat: Alami ( natural causes ) Alami ( natural causes ) Tindakan manusia ( man-made causes ) Tindakan manusia ( man-made causes ) Bentuk-bentuk kerusakan lahan: Salinization Salinization Acidification Acidification Compaction Compaction Erosion Erosion
Land Degradation: Erosion Soil erosion is the physical removal of topsoil by various agents: water flowing over and through the soil profile, wind, and gravitational forces (Lal, 1990). Dampak erosi lahan: Onfarm effects: erosi lahan mengakibatkan penurunan kesuburan lahan (land fertility) akibat kehilangan nutrisi dan bahan organik lahan, penurunan topsoil, dan menurunkan daya simpan airtanah (water holding capacity). Onfarm effects: erosi lahan mengakibatkan penurunan kesuburan lahan (land fertility) akibat kehilangan nutrisi dan bahan organik lahan, penurunan topsoil, dan menurunkan daya simpan airtanah (water holding capacity). Offsite effects: offsite costs of soil erosion may be considered to be the present value of forgone net economic benefits of downstream economic activities due to erosion (Barbier, 1996). Offsite effects: offsite costs of soil erosion may be considered to be the present value of forgone net economic benefits of downstream economic activities due to erosion (Barbier, 1996).
Onfarm Effects of Soil Erosion Soil erosion memiliki empat potensi kerugian bagi individual petani: Penurunan tingkat produksi (produktivitas) pertanian Penurunan tingkat produksi (produktivitas) pertanian Peningkatan biaya produksi Peningkatan biaya produksi Konsekuensi (1 dan 2): penurunan pendapatan petani Konsekuensi (1 dan 2): penurunan pendapatan petani Penurunan harga lahan pertanian – akibat kualitas lahan yang semakin menurun Penurunan harga lahan pertanian – akibat kualitas lahan yang semakin menurun
Erosi Lahan ~ Produktivitas Tingkat produksi ( yield or productivity ) tidak dipengaruhi langsung oleh tingkat erosi lahan, namun indirect relationship Depth of topsoil Crop Yield Potential Yield Critical level of topsoil depth Topsoil depth menurun karena erosi
Offsite Effects of Soil Erosion Offsite impacts cukup beragam: sedimentasi dan pencemaran pada perairan, sedimentasi dan pencemaran pada perairan, hilangnya alur navigasi, hilangnya alur navigasi, irigasi menjadi tersumbat dan tidak teratur; irigasi menjadi tersumbat dan tidak teratur; pengaruhnya terhadap aktivitas pertanian, perikanan dan industri di daerah lebih rendah; pengaruhnya terhadap aktivitas pertanian, perikanan dan industri di daerah lebih rendah; pengaruhnya terhadap supply air bersih; pengaruhnya terhadap supply air bersih; pengaruhnya terhadap kekeringan dan siklus produksi pertanian. pengaruhnya terhadap kekeringan dan siklus produksi pertanian.
Metode pengukuran biaya erosi lahan: Onsite Costs Change in productivity approach. P erbedaan hasil tanaman ketika masalah erosi terjadi dan tidak terjadi (with and without erosion) dikalikan dengan harga per unit komoditas tersebut dikurangi dengan masing-masing biaya produksinya. Change in productivity approach Change in productivity approach Replacement cost approach. Erosi lahan seringkali menimbulkan kehilangan nutrisi dan bahan organik lahan. Onsite costs diukur dengan kehilangan produk marjinal dari tanaman, setelah ditambahkan output yang hilang, dikalikan dengan harga komoditas tersebut dan dikurangi dengan biaya-biaya input yang hilang. Replacement cost approach Replacement cost approach Opportunity cost approach. Onsite costs of soil erosion is the loss in the long run profitability of the farming system from not investing in an economically worthwhile alternative farming system. Opportunity cost approach Opportunity cost approach
Table 1. On-Site Costs of Soil Erosion on Java, 1985: Productivity Approach Dryland Area (>000 ha) Estimated Current Net Farm Income (Rp/ha) Weighted Production Loss (%) Annual Cost of a 1% Productivity Decline (Rp/ha) Single Year Cost (Rp million) Capitalized Cost (Rp million) On-Site Cost as % of Total Dryland Crop Value West Java1,44095, ,71823,508235,08010% Central Java 1,3668, ,81048,1001% Jogyakarta1969, , ,4801% East Java1, , ,45324,690246,9004% ALL JAVA4,74783, ,68653,956539,5604% Source: Magrath and Arens (1989); Repetto et al. (1989).
Metode pengukuran biaya erosi lahan: Offsite Costs Offsite cost diestimasi dengan pendekatan environmental externality. Tujuan dari perhintungan ini adalah untuk memperkirakan present value dari external costs yang disebabkan oleh sedimentasi serta dampak downstream lainnya. Misal kita akan mengukur dampak sedimentasi pada waduk akibat adanya erosi lahan pada daerah hulu. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kehilangan kapasitas produksi listrik, tersendat dan tidak teraturnya arus air irigasi, mengurangi kemampuan kontrol banjir, serta mengurangi kapasitas supply air minum.
Metode pengukuran biaya erosi lahan: Offsite Costs (2) Misal kurva permintaan untuk air dari suatu waduk diasumsikan linear. Pada saat awal, tanpa adanya sedimentasi, supply air dinyatakan dengan S=MC 0, sehingga harga air menjadi P 0. Sedimentasi telah mengurangi kapasitas daya simpan waduk, yang mengakibatkan biaya supply air meningkat menjadi S=MC 1. Adanya peningkatan biaya supply air ini kengakibatkan harga air meningkat menjadi P 1. Kondisi ini mengakibatkan adanya kehilangan net consumer and producer surplus sebesar A. Hal ini menggambarkan offsite costs of soil erosion – dalam kaitannya dengan supply air bersih.
Offsite Costs of Soil Erosion on the Costs of Water Delivery S=MC 1 S=MC 0 Q (uantity of water delivered) P0P0 P1P1 A
References Barbier, Edward B The Farm Level Economics of Soil Conservation: The Uplands of Java. Land Economics 66(2): Barbier, Edward B The Economics of Soil Erosion: Theory, Methodology and Examples. Special Papers of the Economy and Environmental Program for Southeast Asia, Singapore. Crosson, Pierre The Economics of Soil Erosion and Maintaining Soil Biodiversity. Paper presented at OECD Conference, Rome, March 24-28, McConnell, Kenneth E An Economic Model of Soil Conservation. American Journal of Agricultural Economics (February):83-89.
Estimasi Onsite Cost dengan Pendekatan Produktivitas Without soil erosion With soil ersion Revenue/ hectare Yield Loss R0R0
Estimasi Onsite Cost dengan Pendekatan Replacement Costs Unit Price of Input VMP PV X1X1 X0X0 B A
Correct Approach to Measuring On-Site Costs of Soil Erosion: Opportunity Cost Method With Conservation With Erosion PV Time B A T
An Economic Model of Soil Conservation Misal, suatu aktivitas pertanian menimbulkan soil erosion Tujuan jangka panjang petani dalam jangka panjang: Bagaimana agar penghasilan petani maksimum Bagaimana agar penghasilan petani maksimum Bagaimana agar nilai jual lahan pada akhir periode tertinggi Bagaimana agar nilai jual lahan pada akhir periode tertinggi Model: ( s=soil loss, x=soil depth, z=variabel inputs )
An Economic Model of Soil Conservation (2) Dengan memperhatikan kendala: Maka Maximum Principle: