Ben Alexander menggunakan waktunya hampir setiap menit untuk bermain video game "World of Craft". Hasilnya ia dikeluarkan dari perguruan tinggi tempat ia menempuh pendidikan, Univeristy of Iowa. Seperti ditulis Nicholas K. Geranios dari Associated Press (AP)/Fall City Washington, Alexander yang berusia 19 tahun, memerlukan bantuan untuk mengatasi kecanduan internet yang telah merusak kehidupannya, seperti halnya kecanduan obat-obatan atau alkohol. Ia menemukan tempat di pinggir kota di Seattle, tempat yang diklaim sebagai pusat perawatan pertama bagi penduduk yang kecanduan internet yang membuka pintunya di Amerika Serikat. Pusat perawatan itu disebut ReStart, yang secara ironis terletak di dekat Redmond, yakni Markas Microsoft dan pusat industri komputer dunia. ReStart buka pada bulan Juli dengan menawarkan biaya 14 ribu dolar AS untuk program 45 hari termasuk membantu seseorang menghentikan dengan sendirinya dari penggunaan komputer patologi, termasuk penggunaan secara obsesif terhadap video game, texting, facebook, eBay, twitter dan pembunuh waktu lainnya yang berkaitan dengan teknologi. "Kita sudah melakukan perawatan terhadap pasien rawat jalan beberapa tahun," kata Hilarie Cash, seorang terapis dan eksekutif direktur pusat perawatan tersebut. "Hingga saat ini kami belum memiliki tempat untuk mengirim mereka," katanya. Kecanduan internet tidak dikenal sebagai suatu penyakit terpisah oleh Asosisasi Psiatri Amerika, dan perawatan itu secara umum tidak masuk dalam asuransi. Namun, banyak pusat-pusat perawatan semacam itu di China, Korea Selatan dan Taiwan, dimana kecanduan internet dianggap masalah serius dan banyak psiater mengatakan kecanduan internet adalah hal yang nyata dan menyakitkan. Pusat perawatan di Fall City, timur Seattle, dapat mengatasi enam pasien saat itu. Sejauh ini Alexander satu-satunya pasien dalam program tersebut yang menggunakan pendekatan "cold turkey". Ia meluangkan waktunya untuk konseling dan sesi psikoterapi, dengan mengerjakan pekerjaan rumah, bekerja di taman dan masak- memasak.
Apakah program tersebut bisa berjalan dalam jangka panjang masih perlu dilihat. Seperti halnya, internet bisa saja terjadi, bahkan hampir tidak mungkin untuk menolak, seperti halnya menggantikan kebiasaan minum alkohol di bar, kata Cash. Dampak dari kecanduan itu, salah satunya adalah tidak mau bercanda, mereka kehilangan pekerjaan atau pernikahannya hancur atau mengalami kecelakaan lalulintas saat mereka mengendarai mobil bagi mereka yang tidak bisa menghentikan melakukan "texting" sambil menyetir mobir. Beberapa orang meninggal usai bermain video game selama beberapa hari tanpa berhenti, akibat penggumpalan darah yang terjadi akibat tidak berpindah- pindah. Sementara itu, psiatri lainnya, Cossete Dawna Rae, telah memiliki pusat perawatan "bucolic" sejak 2004, dan saat ini sedang berusaha mencari tempat baru untuk bekerja sama dengan Cash. Mereka memutuskan menghindari merawat seseorang yang kecanduan seks internet, karena sebagian tinggal di pusat perawatan itu bersama keluarganya. Menurut Dr Kimberly Young dari Pusat Penyembuhan Ketergantungan Internet di Bradford, Pennsylvania, memberikan sejumlah tanda-tanda kecanduan inernet, termasuk orang yang selama ini beranggapan bahwa internet dan menggunakannya itu untuk melarikan diri dari masalah atau perasaan depresi. Yang jelas respon yang ada masih bisa diberdebatkan. Contohnya, ketergantungan pada internet dapat dijadikan sebagai gejala sakit mental, seperti depresi atau kondisi seperti autis, kata serang ahli. "Seperti apa yang pernah kita kenal, beberapa orang menyebut "Kecanduan Internet, adalah penyakit seseorang yang terserang depresi, "anxiety disorder" atau gejala fobia sosial yang membuat mereka sulit hidup secara utuh, hidup berimbang dan sulit membuat kesepakatan untuk melakukan pertemuan dengan orang lain," kata dr Ronald Pies, Guru Besar Psiatri dari SUNY Upstate Medical University di Syracuse, New York.
"Hal itu mungkin terjadi, kecuali kita mengobati secara garis besar masalah mereka, yakni beberapa bentuk baru `kecanduan` yang akan muncul ke permukaan," katanya. Asuransi Masih terus diberdebatkan tentang apakah kecanduan internet sebagai bentuk penyakit, yang terpisah dalam edisi berikutnya "Diagnostic dan Statisal Manual of Mental Disorders" 2012 yang menetapkan sakit mental dapat dicakup dalam asuransi. Pies dan Dr. Jerald Block dari Oregon Health Sciences Univerity di Portland mengatakan, belum ada cukup penelitian untuk menetapkan itu. "Diantara para psiatri, ada pengakuan secara umum bahwa banyak pasien mengalami kesulitan mengendalikan ketertarikan mereka untuk melakukan "chating" secara "online", bermain komputer game atau menyaksikan film porno," kata Balck. "Perdebatannya bagaimana mengklasifikasikan itu?," katanya. Menurut Cash, penulis buku "Video Games and Your Kids", pertama kali berhubungan dengan kecanduan internet pada tahun 1994, dengan pasien yang banyak mengonsumsi video games sehingga ia harus kehilangan pekerjan dan kehancuran pernikahannya. Alexander adalah sosok pria muda berpostur tinggi, tenang dan selalu mendapat nilai bagus di sekolah dan bercita-cita ingin menjadi ahli biologi. Pada awalnya ia mulai bermain "World of Warcraft" yakni permainan multiplyer game yang terkenal dan banyak penggemarnya di media online, setahun lalu dan terperangkap di dalamnya. "Pada awalnya bermain dalam beberapa jam sehari," katanya. "Namun dalam perjalanan selanjutnya pada semester pertama saya main hampir 16 sampai 17 jam sehari," katanya. "Sekolah tidak lagi menyenangkan," katanya. Sampai akhirnya ia menemukan tempat untuk perawatan di Fall City pada bulan Juli. Ia berfikir itu adalah pilihan terbaik
untuk dirinya mengobati kecanduan internet yang membuatnya dia harus di keluarkan dari sekolah. Tanda-tanda Beberapa tanda-anda seseorang itu kecanduan internet, di antaranya meningkat jumlah waktu luang yang ia gunakan untuk internet, gagal mengendalikan prilaku, keranjingan yang sangat tinggi terhadap internet dan selalu memahatkan waktunya untuk internet, hanya sedikit istirahat kalau dia tidak di internet. Selain itu, gejala yang berbahaya adalah tidak memperhatikan teman dan keluarganya, internet mengganggu jam sekolah dan pekerjaannya, selalu merasa bersalah terhadap dirinya sendiri dan malu atas tingkah lakunya, mengubah jam pola tidur dan menarik diri dari aktivitas umum lainnya. Antara - Jumat, Oktober 16_