Interspecific Hybridisation Definisi Interspecific hybridisation : persilangan antar species Intraspecific : persilangan dalam 1 spesies, atau antar kultivar Meski sulit, interspecific hybridisation telah digunakan berabad-abad untuk perbaikan tanaman
Contoh aplikasi Pd berbagai tan hias seperti mawar, tulip, dahlia, krisan, gladiol Pd tanaman buah : Prunus: P. domestica (plum), P. armenica (apricot), P. persica (peach), P. avicum (cherry) Citrus: “Tangelo” merupakan hasil persilangan tangerine x grapefruit. “Orangelo” (orange x grapefruit)
Hambatan dalam Interspecific Hybridisation Kegagalan polen untuk berkecambah pada stigma asing akibat ketakserasian yang disebabkan faktor genetik atau hambatan fisiologi oleh substan yang dikeluarkan oleh stigma Kegagalan polen untuk tumbuh cukup cepat ke tangkai putik untuk menghasilkan pembuahan, sebelum pembentuk lapisan absisik di tangkai bunga. Kadang2 dapat diatasi dg menyemprot dg hormon tertentu untk mencegah pembentukan lapisan absisik.
3. Kegagalan fertilisasi akibat hancurnya jaringan endosperm dan aborsi embrio muda. Dapat diatasi dengan kultur embrio Kegagalan sistem reproduksi tanaman hibrida akibat ketidakteraturan meiosis – kesulitan menentukan pasangan kromosom. Dapat diatasi dengan pemberian kolkisin Kegagalan progeni F1 utk tumbuh normal akibat efek mematikan dari ketidakseimbangan kromosom. +++ fotocopy ringkasan
Pollen Storage/penyimpanan pollen Tujuan penyimpanan polen : mempertahankan fungsi polen matang agar tetap dalam keadaan normal Penyimpanan jangka pendek Suhu rendah RH rendah Penyimpanan jangka panjang : cryopreservation Sampel pollen diletakkan dalam eppendorf tube, petri dish (terbuka) lalu dibiarkan mengering dalam silika gel kering dalam desikator. Lalu disimpan dalam suhu -5, -196oC.
Pollen Viability Lama polen dapat disimpan : diuji dengan viabilitas polen Viabilitas polen dapat ditentukan dg cara Kemampuan polen untuk berkecambah pada tangkai putik – pistil squash Menghasilkan biji Berkecambah in vitro Aktivitas metabolik (tetrazolium test) Test warna (FDA, Fluorescein diacetate)
1. Pistil Squash Pistil di fiksasi dalam larutan FAA (5:5:90 formalin : glacial acetic acid : 70% ethanol) sebagai larutan pemfiksasi dan pengawet Dissection : pistil yg telah difiksasi ditempatkan pada 10% Na2SO3 (W/v) dan dilunakkan dalam panci presto, 5 min, 120oC Cuci dg air destilata jika sudah agak dingin
Lanjutan pistil squash Pistil direndam semalam pada suhu 4oC, dalam 0.1% w/v aniline blue, penghilang warna 0.1M K3PO4.H2O. Dissecting termasuk menghilangkan rambut epidermis dan jaringan ovary Style yang ditetesi larutan 1:1 glycerol:aniline blue dye, di squash perlahan, amati segera pertumbuhan pollen Preparat dapat disimpan pada 4oC RH 100%
5. FDA method Siapkan Gelas preparat ditetesi 1 tetes larutan tsb larutan FDA, fluorescein dalam acetone 2 mg/ml 15% larutan sukrosa Gelas preparat ditetesi 1 tetes larutan tsb Dibawah mikroskop, sentuhkan anther ke preparat yg sudah ditetesi laruta FDA, lalu tutup dengan cover slip Fluorescence kuning kehijauan yang terang mencerminkan pollen viabel
Polen steril Polen fertil
Faktor yang menentukan lama penyimpanan Kelembaban polen Dehidrasi Pollen yang dikoleksi dari lapang bervariasi kelembabannya. Harus diturunkan hingga sekitar 10% (berdasarkan berat) sebelum disimpan. Cara : (contoh pada gandum) Pengeringan selama 3 jam, suhu 24oC di lab Oven, 1-2 jam suhu 38oC.
2. Suhu penyimpanan 4oC, -20oC, -80oC, -196oC Rehidrasi Mengembalikan kelembaban setelah disimpan Cara: dikespos ke lingkungan lembab (95%-100% RH) selama 1 – bbrp jam pada suhu kamar. Penting sebelum melakukan in vitro viability test 2. Suhu penyimpanan 4oC, -20oC, -80oC, -196oC