LARUTAN
LARUTAN DAN LELEHAN
Larutan (gas, cair, atau padat) adalah campuran homogen antara dua komponen atau lebih SOLVEN SOLUT Cair Tunggal/majemuk Jumlahnya lebih banyak Padat/Cair/gas Tunggal/majemuk Jumlahnya lebih sedikit 3
Lelehan adalah cairan yang berada pada temperatur yand dekat dengan titik bekunya Lelehan adalah campuran homogen dari dua senyawa atau lebih yang akan membeku (baik secara bersama maupun individual) apabila didinginkan pada temperatur kamar.
sifat-sifat kimia dari solut/solven elektron di lapisan kulit terluar Mengapa ada solut yang dapat larut dalam solven, sementara ada solut lain yang tidak dapat larut? sifat-sifat kimia dari solut/solven elektron di lapisan kulit terluar
Setiap atom selalu berusaha membuat susunan elektron di kulit terluarnya seperti gas mulia, yaitu jumlahnya 2 (seperti He) atau 8 (Ne). Untuk memenuhi hal itu, atom akan melepas atau menerima elektron (ikatan ionik), ataupun bekerjasama dengan atom lain (ikatan kovalen), dan ikatan logam.
Dalam satu senyawa kovalen, sering terjadi ketidak- seimbangan gaya densitas elektron di kulit terluar. Ketidakseimbangan densitas elektron di kulit terluar akan menyebabkan ketidakseimbangan magnetik sesaat yang selanjutnya akan menyebabkan molekul menjadi magnet kecil / dipole. O H +
Penyimpangan densitas elektron ini tergantung pada susunan elektron di kulit terluar molekul: ada molekul yang sangat polar dan ada yang tidak polar. Perbedaan tingkat kepolaran ini akan menyebabkan perbedaan gaya tarik antara satu molekul dengan molekul lainnya. Gaya antar molekul (Intermolecular Forces) adalah gaya tarik elektrostatik antara daerah bermuatan negatif pada satu molekul dengan daerah bermuatan positif pada molekul lain.
Gambar 2. Gaya antar molekul
Gaya ini bekerja di antara molekul - molekul stabil atau antar gugus-gugus fungsional dari makromolekul. Gaya antar molekul ini menyebabkan molekul-molekul “berkumpul”. Energi yang diperlukan untuk memisahkan masing-masing molekul jauh lebih kecil daripada energi ikatan. Gaya antar molekul berperan penting pada sifat-sifat senyawa.
Tipe gaya antar molekul: Antar molekul non-polar: Gaya dispersi London/gaya van der Waals Antar molekul non polar dan molekul polar: Interaksi dipole – induced dipole Interaksi ion – induced dipole Antar molekul polar: Interaksi dipole – dipole Ikatan hidrogen Interaksi ion – dipole
Molecular Mass [g/mol] Normal Boiling Point [ K ] PENGARUH DIPOLE MOMENT TERHADAP TITIK DIDIH Substance Molecular Mass [g/mol] Dipole moment [Debye] Normal Boiling Point [ K ] Propane 44 0.1 231 Dimethyl ether 46 1.3 248 Chloromethane 50 2.0 249 Acetaldehyde 2.7 294 Acetonitrile 41 3.9 355
Molekul zat padat Molekul zat cair Molekul zat gas
Berdasarkan gaya antar molekul, solven dpat dibagi menjadi 3 kelompok: Polar protic : air, metanol, asam asetat Dipolar apriotic : notrobenzene, acetonitile, furfural Non-polar apriotic : hexane, benzene, ethyl ether 16
Dalam solven polar protic, molekul-molekul solven saling berinteraksi dengan membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Agar suatu solut dapat larut, maka molekul solut harus mampu memecah ikatan hidrogen antar molekul solven, dan menggantinya dengan ikatan yang sama kuat. Agar dapat larut, molekul solut harus dapat mem- bentuk ikatan hodrogen dengan solven. Hal ini dapat terjadi jika molekul solut juga memiliki ikatan hidrogen, atau bersifat cukup basa sehingga mampu menerima atom hidrogen untuk membentuk ikatan hidrogen.
Solven dipolar apriotic ditandai dengan nilai dielectric constant yang besar. Dalam solven dipolar aprotic, molekul-molekul solven saling berinteraksi dengan membentuk dipole-dipole. Jika solut juga termasuk dipolar apriotic, maka solut segera dapat berinteraksi dengan solven dan larut. Jika solut termasuk jenis non-polar, maka solut tidak dapat berinteraksi dengan dipole dari molekul solven, sehingga tidak dapat larut.
Solven non-polar apriotic ditandai dengan nilai dielectric constant yang rendah; molekul berinteraksi dengan menggunakan gaya van der Waals. Solut non-polar aprotic mudah larut dalam solven non- polar apriotic, karena gaya van der Waals antar molekul solut akan diganti dengan gaya yang sama dengan molekul solven. Solut dipolar dan polar protic tidak akan larut atau hanya sangat sedikit larut dalam solven non-polar.
Pembentukan Larutan Molekul solven harus dapat memecah ikatan antar molekul solut. Molekul solut juga harus mampu memisahkan molekul solven. Hal ini dapat terjadi jika gaya antar molekul solven sejenis dengan gaya antar molekul solut.
Jika gaya tarik antar molekul solut jauh berbeda dengan gaya antar molekul solven, maka molekul yang memiliki gaya tarik lebih besar akan tetap terikat satu dengan lainnya, dan akan menolak molekul lainnya, sehingga tidak terjadi pelarutan. Minyak dan air tidak dapat ber-campur, karena molekul air yang saling terikat kuat dengan ikatan hidrogen, tidak akan mengijinkan molekul minyak yang memiliki gaya tarik lemah.
Solubility Rule: LIKES DISSOLVE LIKES Ionic or polar solutes dissolve in polar solvents. NaCl dissolves in water Sugar dissolves in water Alcohol dissolves in water Vegetable oil dissolves in hexane Lub. oil dissolves in kerosene Jack fruit gum dissolves in kerosene Non-polar solutes dissolve in non-polar solvents. Polar and ionic solutes DO NOT dissolve in non-polar solvents and vice versa.
KELARUTAN
Mekanisme pelarutan
Pada temperatur tertentu, jumlah maksimum solut yang dapat terlarut disebut KELARUTAN. Jika jumlah solut yang terlarut telah mencapai harga kelarutannya, larutan tersebut disebut larutan jenuh. Kelarutan merupakan fungsi temperatur. Pada umumnya kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan: 27
Kelarutan berbagai senyawa anorganik pada 20C
Kelarutan KNO3, CUSO4, dan NaCl dalam air
Kelarutan Ca(OH)2 dalam air
Kelarutan berbagai garam dalam air
Kelarutan berbagai garam dalam air
Pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan dalam suatu korelasi: c = A + Bt + Ct2 log x = A + BT log x = A + BT + CT2 log x = A + BT-1 log x = A + BT1 + CT-2 log x = A + BT-1 + C log T
HASIL TEORITIS KRISTAL C1 : konsentrasi awal (kg garam anhidrous/kg solven) C2 : konsentrasi akhir (kg garam anhidrous/kg solven) W : berat awal solven (kg) V : solven yang hilang karena menguap (kg/kg solven mula-mula R : rasio berat molekul garam hidrat dan anhidrat Y : crystal yield (kg)
Kristal garam anhidrat Total loss of solvent : Y = W C1 (1) No loss of solvent : Y = W (C1 – C2) (2) Partial loss of solvent : Y = W [C1 – C2 (1 – V)] (3)
Kristal garam hidrat/solvat Total loss of solvent : Y = W C1 (4) No loss of solvent : Partial loss of solvent : (5) (6)
CONTOH Hitung hasil teoritis kristal murni yang dapat diperoleh dari larutan yang mengandung 100 kg Na2SO4 (BM = 142) dalam 500 kg air dengan cara pendinginan sampai 10C. Kelarutan Na2SO4 pada 10C adalah 9 kg anhidrat per 100 kg air, dan kristal yang mengendap berupa dekahidrat (BM = 322). Anggap bahwa 2% dari air akan hilang karena menguap
PENYELESAIAN R = 322/142 = 2,27 C1 = 0,2 kg Na2SO4 per kg air W = 500 kg air V = 0,02 kg per kg air mula-mula = 143 kg Na2SO4.10H2O
Untuk yield kristal dari kristaliser vakum, perlu diperkirakan jumlah solven yang menguap, V. V tergantung pada panas yang digunakan dalam kristaliser. Neraca panas: (7) dengan v : enthalpy penguapan solven (kJ kg-1) t1 : temperatur awal dari larutan (C) t2 : temperatur akhir dari larutan (C) C : kapasitas panas rata-rata dari larutan (kJ kg-1 K-1)
Jika pers. (7) disubstitusikan ke pers. (6) maka akan diperoleh: (8)
CONTOH Perkirakan hasil teoritis kristal sodium asetat (CH3COONa.3H2O) dari kristaliser vakum dengan tekanan 15 mbar apabila kristaliser tersebut disupply larutan sebesar l2000 kg/jam larutan sodium asetat 40% pada 80C. Kenaikan titik didih larutan 11,5C.
KELARUTAN SENYAWA ORGANIK Gambar 12. Kelarutan asam adipat dalam berbagai solven
Gambar 13. Kelarutan hexamethylenetetramine dalam berbagai solven
Kelarutan solut organik dalam larutan ideal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sbb.: (5) dengan x2 : fraksi mol solut dalam larutan Hm : enthalpy pelelehan R : konstanta gas universal Tm : titik leleh solut T : temperatur larutan
Temperatur leleh, Enthalpy pelelehan, dankelarutan ideal Solut Organic pada 25C
Kelarutan KCl dalam air
Kelarutan merupakan konsentrasi dari solut dalam larutan pada saat solut padatan berada dalam keseimbangan dengan larutan cair. Konsep kelarutan dapat digunakan untuk menghitung hasil produk kristal maksimum yang diperoleh pada proses kristalisasi.
Sebagai contoh, pada berikut, kita mempunyai larutan jenuh pada 100C dengan konsentrasi 563 g KCl/kg H2O. Larutan tersebut didinginkan sampai 10°C, dimana konsentrasi keseimbangan/ kelarutannya adalah 312 KCl/kg H2O. Kristal KCl yang dapat diperoleh adalah: = 563 – 312 = 251 g KCl/kg H2O
563 251 kg KCl/kg H2O 10
METODA UNTUK MENCIPTAKAN SUPERSATURASI Ada 4 metoda untuk menciptakan supersaturasi: Perubahan temperatur Penguapan solven Reaksi kimia Mengubah komposisi solven (salting out)
SIFAT-SIFAT LARUTAN DENSITY VISKOSITAS DIFUSIFITAS
Viskositas larutan KCl pada 25C
Viskositas larutan glycine pada 25C
Difusivitas larutan KCl pada 25C
Difusivitas larutan glycine pada berbagai temperatur
SIFAT TERMAL LARUTAN Beberapa sifat termal yang diperlukan: Kapasitas panas Panas laten Panas pencampuran, pelarutan, dan kristalisasi