Tim Konsultan Pembiayaan Kesehatan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
UKURAN NILAI PUSAT UKURAN NILAI PUSAT ADALAH UKURAN YG DAPAT MEWAKILI DATA SECARA KESELURUHAN JENIS UKURAN NILAI PUSAT : MEAN , MEDIAN, MODUS KUARTIL,
Advertisements

Teori Graf.
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMP
(Matematika Al-Quran)
SUBBIDANG DATA DAN INFORMASI
Pengakuan dan Pencatatan Pendapatan dan Biaya berbasis Akrual
START.
Data produksi ( ) • Produksi padi, pada tahun 2007 mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
UNDANG-UNDANG NO. 33/2004 TENTANG0
Strategi Nasional Literasi Keuangan
KARAKTERISTIK KEMISKINAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN KEMISKINAN JAWA BARAT DALAM KONSTALASI KEMISKINAN NASIONAl KELEMBAGAAN TKPK.
Wido Hanggoro ` Research and Development Department Indonesia Meteorological Climatological and Geophysical Agency.
Bulan maret 2012, nilai pewarnaan :
PENJELASAN CAPAIAN PAMSIMAS SAMPAI TAHUN 2013

BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH
1 Diagram berikut menyatakan jenis ekstrakurikuler di suatu SMK yang diikuti oleh 400 siswa. Persentase siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DISAJIKAN PADA RADALGRAM JAKARTA, 4 AGUSTUS 2009.
Sosialisasi EQA BAN-PT – Dikti, Juli-Agustus 2009.
PEMBANDINGAN BERGANDA (Prof. Dr. Kusriningrum)
Bab 11B
PENCAPAIAN KKP PROGRAM KB NASIONAL PROV RIAU BULAN : JUNI 2010.
BOROBUDUR (4) FAHMI BASYA
Mari Kita Lihat Video Berikut ini.
Statistika Deskriptif
LAPORAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs
Bab 6B Distribusi Probabilitas Pensampelan
Dalam materi ini mahasiswa akan mempelajari perhitungan future value, present value, dan anuitas. Tujuan mempelajari nilai waktu dari uang adalah sebagai.
BAB 12 PERDAGANGAN MARGIN.
Kebijakan pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.
DISTRIBUSI FREKUENSI oleh Ratu Ilma Indra Putri. DEFINISI Pengelompokkan data menjadi tabulasi data dengan memakai kelas- kelas data dan dikaitkan dengan.
Rabu 23 Maret 2011Matematika Teknik 2 Pu Barisan Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat – sifat barisan Barisan Monoton.
Nonparametrik: Data Peringkat 2
PERKEMBANGAN KELULUSAN SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK KOTA SEMARANG DUA TAHUN TERAKHIR T.P DAN 2013.
Pengujian Hipotesis Parametrik 2
Cost Effectiveness Analysis (CEA)
MG-11 ANALISIS BIAYA MANFAAT ANALISIS PROYEK KEHUTANAN BERDISKONTO
PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
UKURAN PEMUSATAN DATA Sub Judul.
PADA RAPAT EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN APBD
Selamat Datang Dalam Kuliah Terbuka Ini
Bulan FEBRUARI 2012, nilai pewarnaan :
AREAL PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN
PREFERENSI ATAS RISIKO DAN FUNGSI UTILITY
KINERJA SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2013
Bab 13A Nonparametrik: Data Peringkat I Bab 13A
Nonparametrik: Data Peringkat 2
PENGUJIAN HIPOTESA Probo Hardini stapro.
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Graf.
Prospek Jaminan Kesehatan Maskin di Masa Mendatang?
Tren Pembiayaan di Indonesia: Model Bismarckian atau Beveridge?
DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN
Statistika Deskriptif: Statistik Sampel
Dasar-dasar Ilmu Ekonomi
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
Nilai Ujian Statistik 80 orang mahasiswa Fapet UNHAS adalah sebagai berikut:
STRATEGI PENGADAAN BARANG DAN JASA DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PK BLU
Teknik Numeris (Numerical Technique)
• Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah•
BAB2 QUEUE 6.3 & 7.3 NESTED LOOP.
Bab 7 Nilai Acuan Norma.
UKURAN PEMUSATAN DAN LETAK DATA
Akuntasi Sektor Publik Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Daerah
PENDAFTARAN TANAH Pendaftaran Tanah (Pasal 1 angka 1 PP No.24 Th 1997)
ASURANSI KESEHATAN.
Perencanaan Sumber Dana Kesehatan
Laksono Trisnantoro Universitas Gadjah Mada
Transcript presentasi:

Tim Konsultan Pembiayaan Kesehatan Desain System Pembiayaan Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur Berbasis PHA dan Mengacu PP 38 tahun 2007 Tim Konsultan Pembiayaan Kesehatan

Permasalahan Pembiayaan Kesehatan Saat ini Sistem kesehatan menghadapi masalah kurang pendanaan, terbatasnya cakupan asuransi kesehatan, dan perlindungan finansial, kesenjangan penghasilan dan geografis, fragmentasi, inefisiensi alokatif dan teknis, rendahnya produktivitas dan financial non-stability. (Schrieber, 2007)

Indonesia National Health Accounts A. SELECTED RATIO INDICATORS* FOR EXPENDITURES ON HEALTH 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 I. Expenditure ratios   Total expenditure on health (THE) as % of GDP 2.2 2.1 2.3 2.7 2.8 2.9 2.7* Financing Agents measurement General government expenditure on health (GGHE) as % of THE 28.5 30.0 27.9 30.4 26.3 33.1 33.7 31.6 34.2 34.7* Private sector expenditure on health (PvtHE) as % of THE 71.5 70.0 72.1 69.6 73.7 66.9 66.3 68.4 65.8 65.3 General government expenditure on health as % of GGE 4.1 3.4 3.3 3.7 4.2 5.3 4.6 5.0 Social security funds as % of GGHE 9.6 11.5 8.7 6.8 7.5 8.9 10.2 11.7 10.8 21.3 Private households' out-of-pocket payment as % of PvtHE 75.4 74.0 74.7 73.6 72.2 75.1 75.3 76.0 74.3 Prepaid and risk-pooling plans as % of PvtHE 4.3 4.5 5.1 4.7 5.6 5.9 6.0 Financing Sources measurement External resources on health as % of THE 1.4 1.6 3.9 3.6 7.9 3.2 0.8 1.3 1.2* II. Selected per capita indicators for expenditures on health Total expenditure on health / capita at exchange rate 28 25 12 17 18 20 31 33 34 Total expenditure on health / capita at international dollar rate 80 79 73 76 78 96 105 114 118 122 General government expenditure on health / cap x-rate 8 3 5 7 9 10 11 General government expenditure on health / cap int. $ rate 23 24 21 32 35 36 40 42 *2005 GGHE and External resources do not include expenditures related to health in Tsunami relief effort. Total pembelanjaan kesehatan di Indonesia hanya 2,7 % dari GPD. Bukti bahwa terjadi kurang pendanaan (under financing) Source: WHO 2007

Penyusunan Sistem Pembiayaan seharusnya bertujuan untuk….. Melakukan pencarian dana (revenue collection) agar terdapat cukup dana kesehatan Mengumpulkan dana tersebut dalam suatu tempat (melakukan pooling) Melakukan pembelian jasa pelayanan kesehatan (purchasing)

Fungsi Tujuan Revenue Collection Pooling Purchasing Meningkatkan pendapatan secara efisien, berkelanjutan dan merata untuk menyediakan bagi individu-individu pelayanan dasar maupun perlindungan finansial terhadap kerugian finansial besar yang tidak terduga akibat penyakit dan cedera. Mengelola pendapatan untuk mengelompokkan risiko kesehatan secara merata dan efisien. Pooling Purchasing Memastikan pembelian jasa kesehatan secara efisien dari segi alokatif maupun teknis. Source: Gottret and Schieber, Health Financing Revisited, World Bank, 2006.

Kondisi Pembiayaan Propinsi Kaltim Saat ini Kaltim sebagai salah satu propinsi terkaya di Indonesia mengalokasikan dana cukup besar untuk kesehatan Dengan adanya otonomi dan desentralisasi tampak bahwa terdapat kenaikan yang sangat signifikan dari jumlah uang yang dialokasikan di sektor kesehatan di Propinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2005 total anggaran kesehatan mencapai Rp 402,7 M sedangkan pada tahun 2006 menjadi Rp 813 M. Ini berarti terdapat kenaikan sebesar lebih dari 200 %.

Dengan penduduk sebanyak 2,8 juta dan anggaran sebesar lebih dari Rp 813 Milyar berarti alokasi belanja publik di Kaltim adalah sebesar Rp 290.367/kapita per tahun atau US $ 29,63 Dibandingkan angka nasional berarti ini lebih besar karena menurut data WHO belanja kesehatan oleh negara di Indonesia adalah sebesar $12/kapita, atau Rp 106.800/kapita.

Apakah dana kesehatan di Kaltim cukup? Tergantung acuan yang dipakai: Menurut rekomendasi Komite Makroekonemi dan Kesehatan WHO (Sachs, 2001) seharusnya pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah mencapai US $ 34/kapita per tahun. Untuk mendekati angka ini maka pemerintah daerah Propinsi Kaltim perlu menambah dana US $ 5/kapita lagi sehingga total menjadi Rp 932,96 Milyar

Kecukupan dana juga dapat diukur dari pencapaian tujuan pembangunan kesehatan

Permasalahan dalam Revenue Collection di Propinsi Kaltim Sebagian besar pendanaan diambil dari tunai rumah tangga (out of pocket) SOURCE Tahun 2005 Tahun 2006 Pemerintah Pusat 6.48% 9.49% Pemerintah Propinsi 4.95% 6.78% Pemerintah Kab/Kota 12.99% 19.29% Bantuan dan Pinjaman LN 0.58% 0.53% Tunai Rumah Tangga (OOP) 61.31% 52.08% Pihak Ke III (Asuransi Swasta dan JAMSOSTEK) 5.97% 5.15% Pembiayaan Perusahaan Swasta 7.73% 6.68% TOTAL 100.00%

Permasalahan dalam Pooling of fund (pengumpulan dana) di Propinsi Kaltim Mekanisme pooling saat ini masih terbatas pada penempatan dana jamkesos yang dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan orang miskin, dana pusat untuk PT Askes dan dana dari pekerja untuk Jamsostek

Permasalahan dalam Purchasing mechanism di Kaltim Pembelian jasa layanan kesehatan masih lebih banyak yang bersifat transaksi langsung. Sistem kontrak pembelian antara PT Askes/Jamsostek dengan RS sudah berjalan, sedangkan Jamkessos dalam proses mencari sistem kontrak yang saling menguntungkan

Untuk alokasi apa saja dana kesehatan Pemerintah di Propinsi Kaltim?

Alokasi Dana Kesehatan Pemerintah

Gambaran Proporsi Agen Pembiayaan Kesehatan Pemerintah tahun 2005-2006

Menarik untuk diamati bahwa investasi (fisik dan bangunan) dan aspek pelayanan kesehatan perorangan mendapat porsi yang cukup besar Khususnya untuk Jamkesos, anggaran yang cukup besar ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kalimantan Timur mempunyai komitmen yang besar terhadap sistem penjaminan kesehatan daerah. Memang khusus untuk Jamkesda, telah diatur dalam PP no 38 yang menyatakan bahwa propinsi dapat menyelenggarakan dan mengelola sistem jaminan kesehatan daerah.

Solusi permasalahan Pembiayaan Kesehatan di Propinsi Kaltim Peningkatan revenue collection  menambah sumber pembiayaan Meningkatkan mekanisme pooling  dana yang telah terkumpul ditempatkan pada lembaga yang terpercaya Meningkatkan mekanisme purchasing  dana dibelanjakan dengan tepat: untuk upaya kesehatan perorangan dengan sistem pra upaya, untuk kesehatan masyarakat dengan cara transparan, efisien dan tepat sasaran

Solusi I : Peningkatan revenue collection Saat ini sumber pembiayaan dari sektor swasta masih sedikit Sektor formal (Perusahaan) diharapkan menyediakan dana kesehatan bagi karyawan Kelompok informal perlu diminta kontribusi untuk mengiur dana kesehatan atau dibiayai pemerintah Sumber pembiayaan sektor swasta Kaltim saat ini 2005 2006   Pihak III (Asuransi Swasta dan JAMSOSTEK) 102,048.87 104,260.49 Pengeluaran Perusahaan Swasta 132,320.50 135,290.13 Persh. Komoditi Tambang dan Migas 84,459.14 86,350.11 Persh. Komoditi NonMigas 34,017.49 34,783.79 Persh. Jasa-jasa, Konstruksi, Logam 13,843.88 14,156.23 TOTAL 366,689.87 374,840.74 Angka dalam jutaan rupiah

Solusi II: peningkatan mekanisme pooling Lembaga tempat dana dikumpulkan perlu ditingkatkan. Saat ini baru PT Askes dan PT Jamsostek. Terdapat dua alternatif: Meningkatkan peran PT Askes dan PT Jamsostek sehingga mencakup lebih banyak peserta. Dalam hal ini Pemda dapat bekerja sama dengan PT Askes atau PT Jamsostek dalam bentuk membayarkan premi sebagian masyarakat (informal, miskin) Membentuk lembaga baru untuk menampung dana yang selama ini belum dikelola oleh Askes dan Jamsostek

Di Kaltim dan beberapa kabupaten kota (Kutai Kartanegara, Balikpapan dll) saat ini telah terdapat embrio Jaminan Kesehatan Daerah yang ingin dikembangkan menjadi lembaga pooling dana pemerintah untuk upaya kesehatan perorangan. Jamkesda perlu diperjelas perannya dalam sistem pembiayaan kesehatan dan diharmonisasikan dengan kebijakan pusat

Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang dapat menjadi peluang untuk pengembangan sistem pembiayaan: UU SJSN (sistem jaminan sosial nasional) tahun 2004 yang mewajibkan seluruh penduduk menjadi peserta asuransi sosial PP 38 tahun 2007 yang meningkatkan peran daerah dalam mengelola dan menyelenggarakan sistem jaminan kesehatan (membentuk baru) serta memonitor sistem jaminan yang ada

Pembagian peran dalam sistem pembiayaan sesuai PP 38 Peserta Pekerja, Kelompok informal, Maskin menerima jaminan kesehatan sesuai kebutuhan serta dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan mudah Regulator Pemda dan Dinas Kesehatan mengawasi dan meregulasi pemain di sektor pembiayaan kesehatan Pemain Lembaga asuransi (Askes, Jemsostek, Jamkesda)  menyelenggarakan sistem jaminan secara profesional

Struktur Organisasi Jamkesda Jamkesda dapat berupa Unit Pelaksana Teknis atau Badan di bawah Dinas Kesehatan dengan status BLU Dinas kesehatan akan mempunyai seksi khusus yang akan berfungsi sebagai pengawas dari para pemain sistem jaminan (termasuk Askes, Jamsostek Jamkesda, serta asuransi lain)

Lembaga ini akan berevolusi mengikuti perkembangan kebijakan tingkat nasional Jamkesda akan bekerja sama dengan badan penyelenggara lain (Askes, Jamsostek) dalam bentuk memberikan jaminan tambahan atau jaminan yang tidak dicakup oleh lembaga jaminan lain (apabila ada aturan yang melarang Jamkesda menarik premi langsung dari masyarakat). Bila aturan pusat membolehkan menarik premi wajib langsung maka Jamkesda siap bersaing dengan lembaga asuransi lain.

Solusi III: Meningkatkan efisiensi dalam mekanisme Purchasing (pembelanjaan) Dana upaya kesehatan perorangan ditempatkan kepada lembaga penjamin (Jamkesda dan yang lain). Lembaga penjamin kemudian mengikat kontrak dengan Penyedia Layanan (RS, dokter keluarga) dengan sistem pra upaya (kapitasi, biaya paket/DRG dll) Dana upaya kesehatan kesehatan masyarakat dikelola oleh Dinas Kesehatan namun dapat dioutsourcingkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu (misalnya surveillance daerah terpencil, penyemprotan DBD)