DASAR-DASAR TEKNIK PENULISAN BERITA * OLEH SUMARSONO * Disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik PKPU Balikpapan, 19 September 2014
Apakah BERITA itu? Pekerjaan wartawan tidak dapat dilepaskan dari “berita” A. Berita: Laporan tentang kejadian- kejadian aktual yang menarik 1. Kejadian atau peristiwa 2. Pembuat laporan di media massa. 3. Pembaca, pendengar/pemirsa. Tiga unsur berita
Apakah BERITA itu? Peristiwa menjadi berita karena ada kaitannya dengan manusia, baik pelapor maupun masyarakat pembaca. Karena itu, manusialah yang menjadi titik pusat berita. Peristiwa yang tak punya kaitan sama sekali dengan manusia, tidak dapat dikatakan berita. Peristiwa yang tak mengait manusia dapat dibuat sedemikian rupa, sehingga menarik minat manusia.
Apakah BERITA itu? Contoh: 20 tahun lalu orang tak peduli beberapa ekor gajah kelaparan di Afrika atau di hutan-hutan Sumatera. Tapi dengan dramatisasi yang mengharukan, pers berhasil menarik minat pembaca akan perlunya perlindungan akan gajah.
Apakah BERITA itu? B. Definisi klasik: Anjing menggigit manusia, itu biasa. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru berita. Maknanya: Sesuatu hal yang lain daripada yang lain. Segala yang aneh-aneh Sesuatu di luar kebiasaan
Apakah BERITA itu? C. Definisi akademis: Tiap-tiap peristiwa, pikiran atau pendapat (idea) yang masih hangat, mendapat perhatian/menarik perhatian atau menyangkut sebagian besar orang di dalam suatu masyarakat dan dapat dimengerti oleh mereka
Apakah BERITA itu? Maknanya: Bukan hanya laporan dari peristiwa semata-mata, juga ide-ide, pikiran-pikiran dan analisis-analisis tentang berbagai masalah yang hangat dan banyak menarik perhatian masyarakat. D. Pengertian Berita Konsep “berita” berkembang sangat pesat mengikuti proses perkembangan masyarakat yang bergerak sangat dinamis. Mochtar Lubis dalam buku: “Pers dan Wartawan,” menguraikan tentang “berita” sebagai berikut
Apakah BERITA itu? Berita, awalnya, bila sudah menjawab empat pertanyaan (empat W) yakni What, Who, Where, When atau Apa, Siapa, Apabila, Di mana.” Contoh: Si Anu berbuat ini atau itu di sana ketika itu.
Apakah BERITA itu? Zaman semakin maju, masyarakat tak puas dengan menjawaab pertanyaan “empat W,” tapi harus bisa menjawab banyak pertanyaan. Dari “empat W” menjadi “lima W” (What, Who, Where, When, Why.”) Kemudian, tambah lagi “satu H.” Rumusnya menjadi: “lima W + 1 H” (5W+ 1H).
Apakah BERITA itu? What - Apa yang terjadi Who - Siapa yang terlibat dalam kejadian itu When - Kapan kejadian itu berlangsung Where - Di mana tempat kejadian itu Why - Kenapa sampai terjadi demikian How - Bagaimana kejadian itu berlangsung.
Apakah BERITA itu? Tuntutan zaman semakin berkembang dan kritis. Kini, tak cukup lagi dengan “5W+1H.” Masih perlu diperhatikan tiga hal: 1. Latar belakang (background): Berita tak menjadi picik, dangkal, datar saja, tapi berisi dan ada pendalaman (depth). Latar belakang ini diambil dari persediaan yang dimiliki wartawan. Latar belakang ialah keterangan yang dapat memberi arti kepada berita itu.
Apakah BERITA itu? 2. Tafsiran (interpretation): Batasan antara latar belakang dan tafsiran sangat tipis atau kabur. Keduanya bertujuan sama untuk lebih melengkapi informasi satu kejadian. Dalam memberikan tafsiran berpegang pada fakta-fakta dan bukan tonjolkan perasaannya sendiri. Hormati hak pembaca untuk menimbang sendiri sikap dan pendapat mereka. Cara lain yakni meminta keterangan atau pendapat dari para ahlinya atau pihak-pihak yang mengerti tentang kejadian itu.
Apakah BERITA itu? 3. Warna (colour, suasana, atmosphere). Memasukkan unsur-unsur ke dalaman berita sehingga lebih hidup dan menarik pembaca. Warna dan suasana dapat menimbulkan gambran yang hidup dan terang ke dalam pikiran pembaca. Pemakaian kata-kata yang mempunyai daya untuk menimbulkan gambaran lebih jelas kepada pikiran pembaca. Pembaca dapat membayangkan suasana tempat kejadian itu, gambaran orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan perasaan orang-orang yang tersangkut, dengan cara mendeskripsikannya.
Apakah BERITA itu? Tiga kelompok Berita 1. Spot News/Straight News (berita lempang) yakni laporan kejadian sekedar mengandung unsur-unsur “5W + 1H.” 2. Depth News (interpretative report) yakni berita cukup kompleks. Jenis berita ini berisi fakta-fakta yang lengkap, mendalam dan komprehensif. Selain memuat data elementer, juga dilengkapi dengan latar belakang, interpretative (tafsiran) dan warna, suasana.
Apakah BERITA itu? 3. Precision Journalism (jurnalisme presisi): Aliran jurnalisme baru yang muncul tahun 1970-an. Tujuan jurnalisme ini untuk mengejar obyektivitas dan ketepatan satu berita. Menggunakan penelitian sebagai salah satu alat untuk menyajikan obyektivitas dan ketepatan. Banyak surat kabar/majalah menyajikan penelitian kuantitatif sebagai dasar tulisannya. Kemudian, berkembang pengumpulan pendapat atau public opinion polling.
Apakah BERITA itu? Wartawan kini dituntut menguasai teknik-teknik penelitian dan sekaligus dapat mengolah serta menganalisisnya untuk disuguhkan menjadi berita yang dijamin obyektif dan ketepatannya. Catatan: Perkembangan pengertian “berita” terjadi sesuai tingkat dan tuntutan dinamika masyarakat. Demikian seterusnya, konsep pengertian mengenai “berita” menuntut tingkat profesionalisme wartawan yang lebih tinggi dan rasa tanggung jawab lebih besar.
SIFAT–SIFAT BERITA Sebuah berita harus memiliki sifat-sifat hakiki A. Harus tepat (accurate) : Laporan yang tepat mengenai satu peristiwa. Tepat menyebut hari, jam dan tempat kejadian. Tepat menulis nama dan jabatan atau pangkat seseorang.
SIFAT–SIFAT BERITA Tepat menulis bagian-bagian kejadian secara rinci dan tepat pula menempatkan bagian-bagian yang perlu ditonjolkan dan bagian mana yang harus menyusul. Tergambar peristiwa tersebut dalam satu keutuhan. Ini bukan tugas mudah. Sebab, tak ada peristiwa yang strukturnya sederhana, tidak terjalin dalam kaitan dengan peristiwa lain atau tokoh-tokok tertentu.
SIFAT–SIFAT BERITA B. Harus berimbang (balanced) : Berita harus mencerminkan peristiwa seutuh mungkin. Semua bagian peristiwa mendapat bagian yang adil dan semua pihak yang terlibat tidak dilupakan. Pembaca dapat gambaran yang berimbang dan benar.
SIFAT–SIFAT BERITA C. Harus obyektif (objective) : Berita, laporan mengenai satu peristiwa seperti apa adanya. Bukan pendapat atau pandangan wartawan terhadap satu peristiwa. Wartawan harus tetap memegang obyektivitas sebagai prinsip berita. Wartawan harus menyadari bahwa beritanya bisa digunakan masyarakat sebagai dasar yang benar untuk menentukan sikap dan mengambil tindakan.
SIFAT–SIFAT BERITA C. Harus obyektif (objective) : Obyektivitas merupakan prinsip kerja wartawan. Ia hanya bisa dikalahkan oleh pertimbangan dan kepentingan lebih tinggi atau besar. Dalam kasus tertentu, objektivitas saja tak cukup membuat satu berita yang baik. Masih diperlukan penggalian dan pendalaman atau interpretasi harus dilakukan. Dari laporan peristiwa seperti ilmiah, dikenal sebagai bentuk laporan “depth report” dan “interpretive report”.
SIFAT–SIFAT BERITA D. Harus padat dan jelas (concise and clear) Berita yang baik harus mudah ditangkap pembaca secara jernih dan jelas. Ia harus merupakan satu kesatuan yang memiliki keterpaduan logis, ditulis secara padat, jelas, dan sederhana, tidak rumit berbelit-belit. Strukturnya harus runtun dan jelas. Bahasanya lancar, singkat dengan pilihan kata yang tepat (bahasa yang efektif).
SIFAT–SIFAT BERITA E. Harus aktual (recent) Tidak ketinggalan waktu. Sebab, waktu unsur terpenting dalam penulisan berita. Waktu juga merupakan titik persaingan antar surat kabar. Karena itu “deadline” menjadi “diktator” yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap kehidupan wartawan. Tugas berpacu dengan waktu menjadi lebih berat lagi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang amat pesat.
SIFAT–SIFAT BERITA E. Harus aktual (recent) Untuk mengungguli media elektronika. Wartawan media cetak terpaksa harus mencari pendalaman dan informasi-informasi tentang peristiwa yang kurang dapat disajikan secara analisis oleh media elektronik.
NILAI BERITA BERITA: “Laporan tentang kejadian yang “menarik” Yang dimaksud “menarik” di sini, berita itu mampunyai arti atau nilai. Arti atau nilai suatu berita ditentukan beberapa faktor; 1. Waktu/Aktualitas (timeliness) Semua berita harus cepat disiarkan. Peristiwa hari ini mempunyai nilai lebih besar di banding peristiwa hari kemarin, seminggu lalu atau setahun lalu.
NILAI BERITA Semakin dekat waktunya, semakin besar harganya. Meski kejadian itu penting, jika terlambat menyiarkan akan berkurang nilainya. 2. Kedekatan/Jarak (proximity) peristiwa: Berita nilainya makin besar bagi pembaca menurut perbandingan jauh dekatnya tempat berita terjadi. Kedekatan tidak hanya dalam arti jarak fisik, juga bisa dalam arti psikologis
NILAI BERITA 3. Luas akibatnya/dampak (Consequence) : Kejadian-kejadian besar, yang luas akibatnya (dampak) menentukan nilai suatu berita. Contoh: Peristiwa kerusuhan di Medan Peristiwa tabrakan Kereta Api (Bintaro dan Ciateyem, Bogor) Peristiwa gempa bumi di Liwa, Lampung Tsunami di Aceh dan Nias, tewaskan ratusan ribu jiwa.
NILAI BERITA 4. Arti berita : Nilai suatu berita juga ditentukan oleh arti berita dikaitkan dengan kepentingan umum. Contoh: Peristiwa pembukaan seminar atau penataran lebih kecil nilainya dari kejadian ambruknya jembatan Ampera.
NILAI BERITA 5. Politik/Kebijakan Redaksional/Editorial: Satu berita dinilai amat penting oleh satu surat kabar jika berita tersebut sesuai dengan pendirian politik atau ciri yang dianut (kebijakan editorial) oleh surat kabar tersebut.
NILAI BERITA 6. Kaganjilan-keganjilan/Keluarbiasaan/ Keanehan: Segala kejadian di masyarakat meskipun kecil, tapi aneh dan ganjil akan menjadi semakin menarik bagi pembaca Semakin ganjil atau gaib yang terjadi, maka semakin besar nilai beritanya. Hukum alam, manusia selalu tertarik pada hal-hal aneh dan ajaib yang mengherankan pikirannya.
NILAI BERITA 7. Pertentangan (konflik): Konflik merupakan peristiwa yang selalu mempunyai nilai berita. Hukum alam, sejak dulu kala manusia sangat tertarik atau senang terhadap pertentangan atau mengandung konflik. Pertentangan baik dilakukan antar sesama manusia atau pertentangan manusia dengan binatang dan binatang dengan binatang. Pertentangan di sini tak hanya berupa fisik, juga non fisik yakni polemik tentang konsep demokrasi atau kabudayaan Barat dan Timur, dan lain-lain.
NILAI BERITA 8. Sex : Berita-berita tentang percintaan, pertunangan, perkawinan, perceraian selalu menarik perhatian pembaca. Pengertian sex di sini bukan hanya diartikan “nafsu birahi” yang pornografis. Tapi ditinjau dari sudut perhatian laki-laki dan perempuan terhadap diri masing-masing dan perhubungan antarmereka.
NILAI BERITA 9. Orang-orang penting (Prominence) : Orang-orang penting lebih bernilai berita daripada yang lainnya. Karena itu para selebriti, politisi, dan tokoh-tokoh lain -yang berada di arena publik atau mata publik- senantiasa bernilai berita. Prominence juga dapat ditentukan oleh fakta, daripada orang yang terlibat. Misalnya, piala Thomas Cup lebih prominent daripada Dekan Cup.
NILAI BERITA 10. Perasaan Manusia (human interest): Berita-berita yang bisa menggerakkan perasaan hati manusia menjadi kagum, benci, marah, senang, gembira, tertawa, merasa lucu dan sebagainya, selalu punya nilai berita. 11. Kemajuan/Hal baru (Novelty): Segala langkah kamajuan dalam peradaban, penghidupan dan ilmu pengetahuan senantiasa besar nilai baritanya.
A. Berita spontan (real event). JENIS-JENIS BERITA A. Berita spontan (real event). Pesawat terbang tiba-tiba jatuh Topan mengamuk, gempa dan tsunami melulu-lantakan kota atau desa seperti di Aceh dan Nias, menewaskan ratusan ribu jiwa penduduk Banjir melanda banyak daerah memusnahkan ribuan hektar tanaman padi dan menenggelamkan ribuan rumah penduduk.
JENIS-JENIS BERITA A. Berita spontan (real event). Peristiwa lainnya tak bisa diramalkan tentang kematian seseorang, siapa pun dia entah tokoh atau orang biasa, dapat meninggal dunia kapan dan di mana saja. Peristiwa seperti ini menghasilkan berita secara spontan. Unsur surprisenya tinggi. Sering juga berita seperti ini disebut hard news sebagai pembeda dengan soft news yang unsur surprisenya lebih sedikit.
JENIS-JENIS BERITA B. Pseudo event (press conference, meet the press, press release) Peristiwa yang memang sengaja diciptakan untuk menghasilkan berita. Jika tidak disengaja, berita tidak muncul. Peristiwa ini tidak terjadi secara spontan, melainkan telah direncanakan lebih dulu. Pihak penyelenggara konferensi pers telah merancang sebelumnya tentang apa yang akan atau tidak disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
JENIS-JENIS BERITA B. Pseudo event (press conference, meet the press, press release) Jika tidak dengan sengaja, maka peristiwa yang diberitakan itu tidak akan ada. Peristiwa itu ada, karena dijadikan berita atau dimuat oleh media. Jika tidak, maka berita itu tidak ada. Berbagai kegiatan promosi termasuk dalam kelompok jenis berita ini. Kampanye misalnya, meskipun menghasilkan berita, namun tidak mengandung unsur surprise.
JENIS-JENIS BERITA C. Berita terjadwal (scheduled events): Hari bersejarah atau ulang tahun satu negara, pemerintah kota, provinsi, kabupaten atau ulang tahun seorang tokoh terkenal dapat menjadi bahan berita. Sejumlah tanggal yang mempunyai latar belakang sejarah selalu diperingati atau dikenang kembali. Setiap kali tanggal tersebut tiba, media massa dapat merancang liputan berita yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut.
JENIS-JENIS BERITA C. Berita terjadwal (scheduled events): Hari-hari bersejarah kenegaraan, berlatar belakang keagamaan dan hari-hari penting lainnya, dapat dirancang untuk membuat berita bagi wartawan.
JENIS-JENIS BERITA D. Berita asal/pertama (original/initial news): Berita ini terkadang hanya berita singkat, tapi ternyata kejadian yang diberitakan itu ditindaklanjuti dengan berita-berita berikutnya. E. Berita lanjutan (follow-up news): Banyak kejadian atau suatu berita harus ditindaklanjuti. Berita jenis ini, masuk ke dalam kelompok “berita lanjutan.” Kelanjutan berita ini, bahkan tidak jarang berlanjut sampai serial berhari-hari dimuat di media massa.
JENIS-JENIS BERITA Berita lanjutan (follow-up news): Peristiwa tertentu yang berbuntut panjang, biasanya diliput terus dari hari ke hari. Tidak hanya oleh satu media, melainkan beberapa media secara bersamaan. Masyarakat menanti dan berharap, agar mendapatkan kejelasan dan akhir dari peristiwa tersebut.
JENIS-JENIS BERITA E. Berita lanjutan (follow-up news): Berita tentang skandal Watergate yang menyebabkan jatuhnya presiden AS Nixon hingga kini belum juga tamat. Baru-baru ini mahasiswa jurnalisme dari satu Universitas di AS menemukan nama disebut sebagai Deepthroat. Begitu pula berita yang terkait pembunuhan terhadap Presiden Kennedy, tetap dimuat oleh media.
SUMBER BERITA Hati-hati “manipulasi” sumber berita: Setiap berita yang berbobot dan baik, harus menyebutkan sumber berita yang jelas. Hati-hati ada “manipulasi” atas sumber berita yang dirahasiakan. Harus menghormati sumber berita yang ingin dirahasiakan (karena dinilai kedudukan dan keselamatan jiwanya terancam). Sumber berita, sebenarnya bisa datang dari mana saja dan siapa pun mereka. 44
SUMBER BERITA Sumber Kebetulan Seorang wartawan koran The Washington Post sedang meliput sidang pengadilan. Kasus yang diadili sebenarnya biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa atau indikasi akan adanya berita besar. Namun, si wartawan ini orangnya jeli. Ia menemukan clue atau petunjuk bahwa ada sesuatu di balik peristiwa kecil ini.Ia pun melacak lebih jauh. Kejadian inilah, awal terbongkarnya kasus Watergate yang menjatuhkan Nixon dari kursi Presiden AS. Hingga kini, seorang yang disebut dengan nama samaran Deepthroat masih misteri.
SUMBER BERITA Sumber wartawan sendiri: Sumber memang “ditemukan” sendiri oleh si wartawan. Seorang wartawan sedang berjalan kaki di dekat kantornya dan menemukan kejadian mobil bertabrakan, menewaskan lima orang penumpangnya. Dalam menulis berita ini, dia tidak perlu mengutip dari sumber lain lagi. Si wartawanlah yang menjadi sumber berita itu bila ia menyaksikan sendiri peristiwa tersebut.
SUMBER BERITA Dari Tip Orang: Bermula dari tip seorang kenalan atau teman. Dari sedikit info atau fakta inilah, oleh wartawan yang jeli dan gigih langsung digali dan dikembangkan lebih dalam. Tidak mustahil dari berita sedikit fakta itu, kemudian dapat menjadi berita bernilai besar.
SUMBER BERITA Hasil Riset: Berita dapat bersumber dari hasil riset tentang sesuatu atau jajak pendapat (opinion polling) mengenai persoalan yang tengah ramai dibicarakan masyarakat. Sumber orang ketiga: Berita mengenai skandal, bisa bersumber dari orang ketiga, atau dari salah satu pelaku atau kedua-duanya. Ada sumber berita yang bersedia disebutkan identitasnya dan ada yang menolak. Wartawan patut menghormati untuk merahasiakan namanya. Jika ini terjadi, maka semua akibat hukum yang mungkin timbul, harus diambil alih sepenuhnya oleh wartawan.
SUMBER BERITA
CARA MENDAPATKAN BERITA Tugas dan kewajiban wartawan yakni mencari, menggali dan mengembangkan berita. Dalam diri wartawan, tersimpan potensi “naluri kewartawanan” yang selalu ingin tahu segala sesuatu. Dari sinilah, wartawan perlu melakukan serangkaian wawancara dengan berbagai narasumber untuk mencari, menggali dan mengembangkan berita.
CARA MENDAPATKAN BERITA Tidak semua orang memiliki kemampuan memprediksi akan ada berita. Hanya mereka yang terlatih dan berpengalaman, dengan bekal-bekalnya itu dapat menduga, di suatu tempat akan ada berita. Kemampuan ini, dibantu oleh pengetahuan tentang peristiwa sebelumnya. Ketajaman mencium akan terjadinya suatu berita (nose for news) biasanya dimiliki oleh wartawan berpengalaman dan terlatih. Si wartawan mengusahakan berada di lokasi yang menurut perkiraannya akan menjadi tempat terjadinya peristiwa. Misalnya, lokasi perang, bencana alam dan sebagainya.
CARA MENDAPATKAN BERITA Dikenal juga adanya “indera berita” (sense of news). Wartawan yang terlatih dan memiliki “banyak jam terbang” memiliki “indera berita” kapan dan di mana pun ia berada. Indera berita ini seakan menuntun wartawan tersebut dalam menentukan berita untuk ditulis.
MENULIS BERITA : Menulis laporan atau menyusun berita yang baik diperlukan dua tahap: Pertama: Memiliki kemampuan intelektual, dapat menangkap berita secara lengkap. Syaratnya, memiliki kemahiran melihat persoalan secara tajam, dapat membuat perbandingan, bisa menempatkan diri dalam satu jarak dengan obyek pemberitaan serta memiliki daya kritis.
MENULIS BERITA : Kedua : Memiliki kemampuan bahasa untuk menyusun laporan dalam bahasa yang jernih atau jelas, kalimatnya sederhana atau padat dan pilihan kata yang tepat. Tiga cara teknik penulisan berita. 1. Cara piramida ke atas : Berita ditulis kronologis, dari permulaan kejadian hingga ke puncaknya. Cara piramida ini, tak digunakan lagi karena dinilai ketinggalan zaman.
Contoh piramida ke atas
MENULIS BERITA : 2. Cara piramida terbalik : (gambar 2) Sistem ini banyak digunakan sekarang. Berita ditulis mulai dari bagian paling penting, bagian paling dramatis atau yang paling kuat. Setelah itu, menyusul bagian-bagian berita penting lainnya dan sampai akhirnya menempatkan bagian berita yang kurang penting.
MENULIS BERITA : Contoh piramida terbalik LEAD / TERAS BERITA TUBUH BERITA ELABORATION CATCH - ALL
MENULIS BERITA : 3. Cara paralel: Sistem menyusun berita secara paralel yaitu menyusun berita tanpa mendahulukan mana yang lebih penting dari yang lain. Sistem ini dipakai jika dianggap bahwa dalam berita ada bagian berita yang sama pentingnya.
MENULIS BERITA : Contoh cara paralel FAKTA PENTING FAKTA PENTING
MENULIS BERITA : Catatan: Dari tiga cara menyusun berita, yang paling ideal dan banyak digunakan surat kabar yakni “piramida terbalik”. Menulis berita dengan cara “piramida terbalik” memungkinkan dilakukannya penyusutan fakta menurut nilainya masing-masing. Artinya, makin tidak penting fakta tersebut, makin ke bawah letaknya.
MENULIS BERITA : Cara penulisan berita dengan struktur dan komposisi “piramida terbalik” disebut juga sebagai struktur apa yang disebut “berita ringan” (soft news). Berita ditulis atau tersusun “mangalir seperti sungai.” Ia juga dapat dilukiskan sebagai garis lurus yakni; Ada: awal – klimaks – akhir. Menulis berita itu perlu dihiasi dengan detail. Membubuhkan detail-detail itu untuk membuat “setori” jadi menarik, dan tidak mengganggu mengalirnya garis lurus yang dianggap “benang cerita” itu.
MENULIS BERITA : LEAD / TERAS BERITA TUBUH BERITA ELABORATION CATCH - ALL
MENULIS BERITA : B.Selain tiga cara penulisan di atas, berikut ini diketengahkan dua teknis penulisan, masing-masing untuk “interpretative news” dan “human interest news”. 1. Interpretative news : Cara yang sama dilakukan juga pada penulisan “interpretative news” (berita yang diberi penjelasan). Kalau pada “soft news” harus ada “elaboration” berupa rincian, maka pada “interpretative news” harus ada “elaboration” berupa penjelasan.
MENULIS BERITA : 1. Interpretative news : Mac Dougall (C.D.1967. Interpretative reporting. Mac Millan, New York. 4th edition) memandang “interpretative news” sebagai berita fakta, peristiwa atau kejadian yang diberi interpretasi (penjelasan atau latar belakang lahirnya fakta, peristiwa atau kejadian) Kejadian dipandang sebagai salah satu mata rantai yang mempunyai penyebab dan akibat. Latar beakang ini dipakai untuk memperjelas kedudukan fakta (peristiwa atau kejadian), sehingga rangkaian sebab-akibat yang melahirkan fakta itu dapat diketahui.
MENULIS BERITA : Penulis “interpretative news” memperluas cakrawala berita dengan menjelaskan lebih mendalam apa-apa yang diberitakannya itu. Dalam struktur (lihat gambar di bawah ini) “lead” disusul langsung oleh fakta-fakta yang hendak dituturkan, lalu diakhiri dengan penjelasan-penjelasan pada akhir tulisan. Penjelasan “apa sebab” dan “apa akibat” tidak mesti berasal dari penulis sendiri. Boleh juga dari pakar di bidangnya yang diminta penjelasan.
MENULIS BERITA : LEAD / TERAS BERITA FAKTA FAKTA PENJELASAN FAKTA
MENULIS BERITA : Catatan: Dua hal perlu diperhatikan oleh penulis “interpretative news”: Penulisannya mutlak perlu menguasai bidang keilmuan yang akan ditulis, agar mampu menulisnya berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan kejelian terhadap fakta di bidang itu. Ia harus mampu dan mau menyertakan data informasi yang berkaitan erat dengan fakta yang dikemukakan.
MENULIS BERITA : 2. Human interest news : Di Amerika, para jurnalis membedakan antara “hard news” (berita aktual yang menggebrak) dengan “soft news” (berita santai yang tak mengejutkan karena tidak spektakuler). Contoh : Peluncuran pesawat ruang angkasa ulang alik dari Cape Caneveral adalah hard news. Sedangkan modeshow di Paris “softnews”
MENULIS BERITA: Contoh : Berita seorang ibu guru ikut pesawat ulang alik yang meledak di angkasa, merupakan “human interest news.” Berita yang menyangkut sisi kehidupan orang yang menyentuh rasa ini, kalau disusun sebagai tulisan berita disebut human interest news. Ia timbul dari berita aktual yang sudah dianggap oleh wartawan surat kabar yang tak sempat menulis hal-hal yang tidak menggebrak.
MENULIS BERITA: Hal yang tidak menggebrak, kalau ditulis sebagai human interest news malah lebih disenangi pembaca daripada berita gebrakannya. Soalnya, orang memang senang membaca tulisan tentang orang. Struktur tulisan human interest news mirip dengan interpretative news yaitu piramida terbalik berisi fakta yang diberi penjelasan. Tapi dalam human interest news ini penjelasan berupa pelukisan suasana yang menyentuh. Biasanya, dikemukakan sesuai kebutuhan, sesudah setiap penulisan fakta.
MENULIS BERITA : LEAD / TERAS BERITA FAKTA PELUKISAN SUASANA FAKTA
TERAS BERITA: Dalam manulis berita menurut “piramida terbalik,” wartawan harus mampu mengangkat intisari suatu berita untuk dijadikan “lead” atau “teras berita” (intro). Karya Latihan Wartawan (KLW) di Jakarta, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) berhasil merumuskan “10 Pedoman Penulisan Teras Berita”. Di bawah ini dikutip lengkap:
TERAS BERITA: Teras berita yang menempati alinea pertama atau paragraph pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea atau paragraph itu dapat terdiri lebih satu kalimat. Teras berita, dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, jangan mengandung lebih dari antara 30 dan 45 perkataan. Apabila teras berita singkat, misalnya terdiri dari 25 perkataan atau kurang dari itu maka hal itu lebih baik.
TERAS BERITA: 3. Teras berita harus ditulis begitu rupa sehingga: Mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan depan radio, televisi dan mudah diingat. Kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa, jadi menjauhkan kata-kata mubazir. Jelas melaksanakan ketentuan “satu gagasan dalam satu kalimat.”
TERAS BERITA: 3. Teras berita harus ditulis begitu rupa sehingga: Tidak mendomplengkan atau memuatkan sekaligus semua unsur “3A” dan “3M” (Apa, Si-apa, Meng-apa, Bila-mana, Di-mana, bagai-mana). Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur daripada “3A-3M.” 4. Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah atau pelengkap keterangan, hendaknya dimuat dalam badan berita.
TERAS BERITA : Teras berita, sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa yang telah terjadi, sebaiknya mengutamakan unsur “Apa.” Jadi, disukai teras berita yang memulai dengan unsur “Apa.” Unsur “Apa” itu diberikan dalam ungkapan kalimat sesingkat mungkin yang menyimpulkan/mengintisarikan kejadian yang diberitakan.
TERAS BERITA: 6. Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur “Siapa,” karena selalu menarik perhatian manusia. Apalagi kalau “Siapa” itu ialah seorang yang jadi tokoh di bidang kegiatan dan lapangannya. Akan tetapi kalau unsur “Siapa” itu tidak begitu menonjol, maka sebaiknya ia tidak dipakai dalam permulaan berita.
TERAS BERITA: Teras berita jarang mempergunakan unsur “Bilamana” pada permulaannya. Sebab, unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian. Unsur waktu hanya dipakai sebagai permulaan teras berita, jika memang unsur itu bermakna khusus dalam berita itu.
TERAS BERITA: 8. Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur “Tempat” dahulu, kemudian disusul oleh unsur “Waktu.” Unsur “Bagaimana” dan unsur “Mengapa” diuraikan dalam badan berita, jadi tidak dalam teras berita. Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead), asalkan kutipan itu tidak suatu kalimat panjang. Dalam alinea berikut hendaknya segera ditulis nama orang itu dan tempat serta kesempatan dia membuat pernyataan.
TERAS BERITA: Contoh menulis “teras” berita: Dari “10 Pedoman Penulisan Teras Berita,” kini dapat membuat aneka macam gaya penulisan “teras berita.” Unsur-unsur dari “5W dan 1H” bisa dijadikan gaya penulisan “teras berita.” Contoh: Peristiwa acara pembukaan penataran wartawan Ibu Kota di Safari Garden, Cisarua, Bogor oleh Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso. Peristiwa tersebut dapat dibuat macam-macam “teras berita” sebagai berikut;
TERAS BERITA : Teras Berita “Apa” (What): Penataran wartawan Ibu Kota dibuka resmi oleh Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso di Safari Garden, Cisarua Bogor, Selasa pagi. Kepada wartawan Ibu Kota, Sutiyoso meminta agar wartawan ikut aktif melakukan pengawasan sosial secara kritis dan membangun. “Tanpa adanya kritik, bisa saja pembangunan akan macet di tengah jalan,” ujarnya tegas.
TERAS BERITA : Teras Berita “Siapa” (Who): Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso membuka penataran wartawan Ibu Kota, di Safari Garden, Cisarua, Bogor, Selasa pagi. Menurut Sutiyoso, kota Jakarta tidak akan dibangun meniru kota Bangkok atau Singapura. “Jakarta ke depan harus menjadi kota metropolitan yang lebih memperhatikan manusia dan kemanusiaan,” tegasnya. 82
TERAS BERITA : Teras Berita “di-mana” (Where): Di Safari Garden, Cisarua, Bogor, Selasa pagi, dibuka penataran wartawan Ibu Kota oleh Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso. Di depan para peserta penataran itu, Sutiyoso meminta agar wartawan ikut aktif mengawal dan mewujudkan cita-cita membangun Jakarta sebagai kota metropolotan berciri khas “keberagaman dan kemanusiaan.”
TERAS BERITA : Teras Berita “Kapan” (When): Selasa pagi, Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso membuka penataran wartawan Ibu Kota di Safarai Garden, Cisarua, Bogor. Menurut Sutiyoso, Jakarta yang memiliki penduduk sangat padat dan beragam dewasa ini menyimpan banyak masalah sosial. Karena itu, wartawan Ibu Kota diminta agar aktif melakukan kontrol sosial secara kritis dan membangun. 84
TERAS BERITA: Teras Berita “Meng-apa atau Bagai-mana” (Why dan How): Guna meningkatkan keterampilan dan wawasan jurnalistik wartawan Ibu Kota, Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso membuka penataran wartawan anggota PWI Jaya, di Safari Garden, Cisarua, Bogor, Selasa pagi. Sebagai wartawan yang sehari-hari meliput perkotaan, Sutiyoso meminta, agar peserta lebih memperluas wawasan dan ketrampilan meliput problematik Jakarta.
TERAS BERITA: Teras Berita “Kutipan pernyataan” (quotation lead): Jakarta tidak akan dibangun seperti kota Singapura atau Bangkok karena dapat membahayakan nilai-nilai kepribadian bangsa. Kita harus mengembangkan kota yang lebih manusiawi, di mana unsur manusia dan kemanusiaan mempunyai tempatnya yang terhormat. Demikian Gubernur KDKI Jakarta Sutiyoso di depan para peserta penataran wartawan Ibu Kota di Safari Garden, Cisarua, Bogor, Selasa pagi.
TERAS BERITA: Selain macam-macam “teras berita” yang dikembangkan dari rumus “5W dan 1H,” oleh para wartawan dan ahli-ahli jurnalistik dikembangkan macam “teras berita” yang lain. Pengembangan macam “teras berita” tujuannya untuk memberi kesegaran atau variasi kepada surat kabar. Berikut ini contoh-contoh “teras berita” di luar rumus “5W dan 1H”:
TERAS BERITA: Teras Berita yang “menjerit” (Exclamation Lead): “Aduh,” demikian jerit gadis-gadis yang memenuhi Jalan Thamrin dalam pesta semalam suntuk untuk memperingati hari jadi kota Jakarta ke-446, Sabtu malam. Teras Berita “kontras” (Contrast Lead): Kerawang, gudang beras di Jawa Barat kini mengalami kelaparan untuk pertama kalinya. Rakyat tidak lagi makan beras, melainkan melahap eceng gondok.
MENULIS TUBUH BERITA: Menulis berita antara “teras berita” dengan “tubuh berita” harus merupakan rangkaian jalinan yang utuh. Artinya, kalimat demi kalimat atau dari alinea satu ke alinea yang lain, harus saling melengkapi dan menjelaskan. Penulisan berita dengan struktur dan komposisi “piramida terbalik” disebut juga sebagai struktur “berita ringan” (soft news). Berita ditulis atau tersusun “mengalir seperti sungai.” Ia juga dapat dilukiskan sebagai garis lurus yakni: Ada: Awal-Klimaks-Akhir.
MENULIS TUBUH BERITA: Menulis berita perlu dihiasi dengan detail. Membubuhkan detai-detail itu, agar “setori” menjadi menarik, dan tidak mengganggu mengalirnya garis lurus yang dianggap “benang cerita” itu. Penulisan berita, merupakan kesatuan cerita yang ditulis dengan gaya bahasa dan kesatuan gagasan. Materi yang tidak relevan dengan satu gagasan berita pokok, sebaiknya dihindarkan. 90
MENULIS TUBUH BERITA: Djafar H. Assegaf dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini memberikan pedoman yang perlu diperhatikan dalam menulis berita yakni lima pegangan pokok sebagai berikut: Pertama : Laporan berita harus bersifat menyeluruh. Kedua : Ketertiban dan keteraturan mengikuti struktur penulisan berita. Ketiga : Tepat di dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa. Keempat : Ekonomi kata harus diterapkan. Kelima : Gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imaginasi.
SELAMAT BERLATIH MENULIS BERITA PENUTUP SELAMAT BERLATIH MENULIS BERITA