Chapter 6 Strategi Aliansi By. Dwiyadi Suryawardana
Aliansi stratejik (strategic alliances) dapat dilihat sebagai kesepakatan antar perusahaan untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan stratejik. Bentuk-bentuk kooperasi tersebut dapat berupa berbagi sumber daya seperti pada joint venture atau tanpa berbagi sumber daya seperti kerjasama pemasaran, distribusi, kesepakatan lisensi, penelitian dan pengembangan kemitraan (Wahyuni et al., 2003).
Aliansi sratejik sebagai kesepakatan (agreement) antara dua atau lebih mitra untuk berbagi pengetahuan atau sumber daya sehingga akan mendatangkan manfaat bagi pihak-pihak yang melakukannya (Vyas dkk,1995)
Secara luas, aliansi stratejik dapat menjadi lebih kompleks dan melibatkan beberapa perusahaan yang berlokasi di negara yang berbeda. Aliansi stratejik digunakan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang makin ketat.
(Mockler,2003) manfaat aliansi stratejik yang antara lain adalah: menyediakan akses ke pasar baru menambah nilai produk perusahaan memperluas distribusi dan memberikan akses ke sumber material mengurangi tingkat kompetisi
Contoh strategi aliansi Telkomsel dengan bisnis telekomunikasi di Arab CAFTA seperti aliansi antar negara, mempertahankan diri dari persaingan barat.
5 theory explanation for alliances Transaction cost Ketergantungan sumberdaya Hubungan pemasaran Pembelajaran organisasi Strategi perilaku
Keuntungan Membangun Aliansi Pits&Lei (1996:216) empat keuntungan perusahaan membangun aliansi aliansi dapat menghalangi masuknya para pendatang baru aliansi dapat mengurangi dampak perubahan evolusi industri aliansi dapat meningkatkan pembelajaran tentang penggunaan teknologi baru aliansi dapat memperkuat lini produk (produk line)
Ukuran Kesuksesan Aliansi (Monczka,1994:558) Kelanjutan aliansi (memelihara kejasama) Peningkatan kualitas Kemampuan berkompetisi
(Yoshino dan Rangan,1995) mebaginya menjadi empat jenis alainsi strategis: aliansi prokompetitif aliansi nonkompetitif aliansi kompetitif aliansi prekompetitif.
Aliansi prokompetitif memiliki potensi konflik rendah dan derajat interaksi organisasi rendah. Biasanya dilakukan antar industri yang tidak saling berkompetisi dengan tujuan membentuk suatu vertical value chain. Orientasinya adalah meningkatkan nilai tambah yang terbentuk dari aliansi, dan menekankan fleksibilitas
Aliansi nonkompetitif terbentuk dalam industri yang sama antar perusahaan namun tidak saling bersaing. Potensi konfliknya rendah dan diwarnai interaksi organisasi yang tinggi. Orientasinya pada learning, bukan pada fleksibilitas dan proteksi core competence
Aliansi kompetitif sejenis dengan aliansi nonkompetitif dalam artian joint activities-nya, tetapi dilakukan antar perusahaan yang dapat merupakan pesaing langsung dalam memasarkan produk akhir. Dalam aliansi ini potensi konflik tinggi dan derajad interaksinya juga tinggi. Orientasi utamanya pada fleksibilitas strategi, learning dan proteksi core competence.
Aliansi prekompetitif terbentuk dari aliansi antar perusahaan yang tidak berasal dari industri yang sama, dan bahkan tidak saling terkait untuk suatu joint operation yang telah didefinisikan. Terbentuk dari anggota aliansi yang bukan kompetitor pada saat ini, tapi terdapat kemungkinan menjadi kompetitor untuk masa yang akan datang. Aliansi ini memiliki potensi konflik yang tinggi, tapi derajad interaksi organisasi rendah. Beorientasi pada fleksibilitas strategi dan proteksi terhadap core competencies.
Memilih pendekatan aliansi pertimbangan utama adalah prioritas tujuan perusahaan dalam menjalin aliansi strategis.
Persiapan organisasi persiapan yang berkaitan dengan dasar-dasar aliansi seperti tujuan, bentuk, kerangka waktu, kordinasi dan lain-lain. Persiapan mental SDM juga harus mendapat perhatian, karena perbedaan norma perusahaan dapat mencuatkan potensi konflik.