TUGAS MANAJEMEN AGRO KELOMPOK 2 NAMA ANGGOTA : ARIE SETYAWAN (115101000111025) IRWAN BAJRI (115101000111017) A. WILDAN ZULFIKAR (115101000111007) EDWIN ALEXANDER .R (115101000111007) MUH. TAUFIQURROHMAN (115101007111003)
Bisnis Pisang Ijo
Aspek Teknis Usaha Pisang ijo dengan merek dagang JustMine bentuk usaha yang di jalani oleh Riezka Rahmatiana 24 tahun asal Mataram, Nusa Tenggara Barat adalah dalam bidang kuliner. Tipe usaha yang ia geluti adalah perdagangan dengan produk yang di olah sendiri. Jenis produk yang ia hasilkan adalah makanan Pisang Ijo yang berasal dari Makassar. Latar belakang dia memilih usaha ini dari perjalan hidup dia yang begitu panjang, Riezka berkisah, kesuksesan diraihnya dengan penuh kerja keras. Awalnya, dia pernah menjadi anggota multilevel marketing (MLM). Karena tidak membuahkan hasil, Riezka beralih menjajal bisnis voucer pulsa yang akhirnya kandas juga. Tak patah arang, Riezka akhirnya banting setir dan mulai menggeluti usaha di bidang kuliner. Saat itu, dia merintis sebuah kafe di Bandung
Aspek Pemasaran Harga pisang ijo JustMine dipasarkan Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per porsi. Semangkuk pisang ijo ini menjadi makanan yang digemari banyak orang. Buktinya, saat Expo Wirausaha Mandiri hari ini, ratusan pengunjung tidak henti-hentinya menyerbu stan pisang ijo ini. Bahkan, dalam hitungan jam, stok pisang ijo milik Riezka ludes. Untuk mengembangkan usahanya itu, Riezka membuka peluang untuk berinvestasi bagi siapa saja yang berminat dengan sistem waralaba pisang ijo. Hingga kini, ada 20 gerai pewaralaba pisang ijo yang tersebar di Bandung, Jakarta, dan Bekasi. Di samping itu, Riezka juga punya tiga outlet di Bandung.
Aspek Finansial "Waktu buka usaha ini modalnya kecil. Hanya Rp 2 juta," ujarnya saat ditemui di sela-sela Expo Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (23/1/2010), Untuk menjamin keuntungan bersama dengan para mitra, proses seleksi mitra waralaba pisang ijo cukup cermat. Riezka menjelaskan, untuk menjadi mitra pisang ijo JustMine, cukup dengan investasi mulai dari Rp 6,5 juta. Nantinya, para mitra akan mendapatkan satu booth, paket perlengkapan booth lengkap, paket promosi, jaminan kualitas produk, biaya delivery, trainning karyawan, dan hak pakai booth.
Aspek Sumber Daya Manusia Untuk kondisi kerja dan tenaga kerja dia melakukannya sendiri dan dia juga membuka kesempatan pada pihak lain untuk bekerjasama menjadi mitra usahanya.
Bisnis Tela Krezz
Aspek Teknis Makanan lokal kadang kala tak terlalu banyak dilirik oleh banyak orang sebagai potensi bisnis yang menggiurkan. Namun lain halnya dengan Firmansyah Budi, pendiri Tela Krezz ini, yang sudah sejak tahun 2006 memulai bisnis kemitraan makanan olahan singkong atau ketela (cassava) Tela Krezz (singkong goreng berbumbu). Kisah Firmansyah membangun bisnis makanan olahan singkong dengan bendera Tela Krezz berawal hanya dari satu grobak pinjaman ibu-nya. Menurut pria kelahiran Semarang, 5 Desember 1981 yang lulusan Sarjana Hukum ini, awalnya tak langsung menceburkan diri ke ranah bisnis. Semenjak lulus kuliah 2004, ia masuk LSM bidang pembangunan komunitas (community development), dari situlah matanya terbelalak soal banyaknya kasus bermasalah TKI diluar negeri yang harusnya bisa dicegah jika ada lapangan kerja di dalam negeri
Aspek Pemasaran Untuk urusan pemasaran, Firmansyah sengaja mengembangkan pemasaran Tela Cake dengan konsep makanan oleh-oleh asli Jogjakarta. Ini penting untuk memperkuat image Tela Cake sebagai makanan khas, meski ia pun berencana memasarkan produk tersebut ke pasar ritel umum namun dengan merek yang berbeda. Ia mengaku saat ini mampu menjual 1000-1500 paket Tela Cake. Harga satu paket Tela Cake dibandrol hingga Rp 28.000, tentunya sudah terbayang berapa omset dari Firmansyah dari hanya menjual brownies ala singkong tersebut. Ini belum dihitung dari produk Tela Krezz-nya yang lebih dahulu ia kembangkan.
Aspek finansial Kisah Firmansyah membangun bisnis makanan olahan singkong dengan bendera Tela Krezz berawal hanya dari satu grobak pinjaman ibu-nya dengan modal awal Rp 200.000. Dari situ ia mulai memiliki keyakinan bahwa bisnis makanan olahan dari singkong sangat berprospek. "Kalau dihitung-hitung omset saya sampai ratusan juta per bulan. Setahun bisa sampai Rp 10 miliar lebih," katanya.
Aspek Sumber Daya Manusia Sehingga kata dia, dengan pemberdayaan pangan lokal serapan tenaga kerja lokal semakin tinggi misalnya jika singkong dikembangkan maka berapa banyak petani yang bisa hidup, berapa banyak kuli panggul yang bekerja, berapa banyak pekerja pemotong singkong yang terserap dan lain-lain. Meskipun dengan idealisme yang tinggi, Firmansyah tak gigit jari, usahanya yang dirintis sejak 2006 sudah membuahkan hasil yang fantastis
SEKIAN TERIMA KASIH