Latar Belakang Masalah

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
Advertisements

KONSELING UNTUK ANAK TUNA NETRA
Teknik Non Tes dalam memahami kesulitan belajar peserta didik
LATAR BELAKANG MASALAH PERTANYAAN PENELITIAN
OLEH : PRITIN INDRIYANI NPM :
Metode penelitian dan Perkembangan Anak Santi E. Purnamasari, M.Si.
PERMASALAHAN PENELITIAN
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Kepuasan Kerja pada Bidan
Bakat, Kecerdasan dan kreativitas Peserta Didik
DEPRESI PADA PRIA DEWASA MADYA PENGANGGURAN YANG BARU MENIKAH
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Penyesuaian diri remaja yang mempunyai ibu perokok
INTERAKSI SOSIAL-BUDAYA KELOMPOK : ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
Penelitian Kualitatif
A. Latar belakang Seorang wanita mengalami post power syndrome (Dwiputri, 2010) terjadi karena waktu mudanya memiliki kesibukan, lalu dipengaruhi.
KONSEP DIRI WANITA DEWASA MADYA YANG MENGALAMI
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma for further detail, please visit
Strategi fenomena sosial
DAMPAK PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL OLEH AYAH TIRI NAMA : IIS SUMARNAH.
Vonny Wijaya MOTIVASI BELAJAR PADA PELAJAR SMP YANG MENGALAMI BULLYING DARI TEMAN SEKOLAHNYA.
Kesepian pada Pria Dewasa Muda yang Baru Bercerai
MAKNA HIDUP PADA LANSIA (LANJUT USIA) TUNA NETRA
Teks laporan hasil observasi
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
INTIMASI PERSELINGKUHAN PADA PRAMUGARI UDARA YANG SUDAH MENIKAH
KECANDUAN MEROKOK PENYEBAB DAN AKIBATNYA PADA MAHASISWI
DONY DEKEIZER LAODE M. INSAN Z
Penelitian Studi Kasus
Teknik Penelitian Kualitatif
PERBEDAAN INDIVIDU DAN PERILAKU KERJA
PROSES MENDENGARKAN AKTIF
WAWANCARA MENDALAM Dr. HARIS BUDI WIDODO.
Tradisi Penelitian Kualitatif
Model metode penelitian
Perkembangan Psikososial Usia 1-3 Tahun
Metode Penelitian Perkembangan Manusia
MASALAH PENELITIAN SURVEI
Etiket Berinteraksi dengan penyandang disabilitas
PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF
Persepsi Benda dan Persepsi Sosial
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
pendahuluan Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Latar belakang masalah
Metode Kualitatif Bab 2.
Presented By : Fachrizal Zikri ( ) PUBLIC RELATION
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
LATAR BELAKANG KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG HIDUP DI PERANTAUAN
PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
TEORI DAN KONSEP Istilah TEORI dapat didefinisikan secara berbeda oleh peneliti dari latar belakang PARADIGMA yang berbeda. Pengertian TEORI secara umum:
Review Pertemuan I Ciri metode penelitian kualitatif
STUDI KASUS.
PENELITIAN KUALITATIF
PELUANG USAHA BIDANG KEPERAWATAN
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
PROPOSAL PENELITIAN SEMINAR BK AGUS MUHAMMAD IQRO
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
PERKEMBANGAN ANAK USIA 4 -6 TAHUN
Kesulitan Belajar Matematika
Blindness (Gangguan Penglihatan)
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
TEKNIK PENGUMPULAN DATA : WAWANCARA DAN OBSERVASI
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KREATIVITAS PADA ANAK PESERTA HOMESCHOOLING
KET. INTER-INTRA PERSONAL
KET. INTER-INTRA PERSONAL
PENELITIAN KUALITATIF
Komunikasi Interpersonal
Transcript presentasi:

Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial sangat diperlukan oleh semua individu baik individu yang normal maupun individu yang memiliki keterbatasan untuk dapat memenuhi kebutuhan sosialnya. Khususnya individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti tuna netra. Mereka pasti membutuhkan keterampilan sosial yang baik meskipun mereka tidak bisa melihat melainkan hanya merasakan lingkungan sosialnya. (Soekini & Suharto, 1977). Permasalahaan yang cenderung dialami penyandang tunanetra adalah karena kurangnya motivasi individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, kehidupan untuk menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, maupun perasaan rendah diri dan kurangnya dukungan dari masyarakat. (Somantri, 2006). Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana keterampilan sosial pada penyandang tuna netra dalam menghadapi lingkungan masyarakat dimana dia tinggal agar mereka bisa berkomunikasi dengan baik tanpa adanya rasa rendah diri dengan keterbatasan yang mereka miliki. Pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran atau ciri-ciri keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan sosial subjek demikian? 3. Bagaimana cara subjek menerapkan keterampilan sosial sebagai penyandang tuna netra?

Dimensi-dimensi keterampilan sosial (Calderella dan Merrel (1997) Peer relation Self management Academic skill Compliance Assertion Dampak Kurangnya Keterampilan Sosial Individu yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa kesendirian dan kesunyian (Munandar, 2002).

Pengertia Tuna Netra Menurut informasi Pelayanan Pendidikan bagi Anak Tunanetra (Anonim, 2006) Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Penyebab Tuna Netra A. Pre-natal 1. Keturunan 2. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan B. Post-natal Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,

Keterampilan Sosial pada Penyandang Tuna netra Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala terjadi pada tunanetra. Sering kali mereka merasa takut untuk masuk dalam lingkungan sosial dimana mereka tinggal dengan keterbatasan yang mereka miliki. Mereka sangat ingin bisa bergabung dalam lingkungan masyarakat seperti orang normal pada umumnya. Maka dari itu, para penyandang tunanetra harus memiliki keterampilan sosial (sosial skill) untuk dapatĀ  menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau objek yang diteliti, dimana pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa, latar belakang pemikiran, yang terlihat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakan makna pada peristiwa yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam Poerwandari, 1998).

Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena). Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik, dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi lain. Studi kasus mampu mengungkap makna dibalik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural (Heru Basuki, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan tipe studi kasus ditujukan untuk memahami secara utuh suatu kasus tanpa harus bermaksud untuk menghasilkan konsep-konsep teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasi. Disamping itu masalah ini bersifat khusus (particulary) sehingga tepat apabila diteliti denagn studi kasus. Masalah ini dikatakan bersifat khusus karena keterampilan sosial pada penyandang tunanetra yang satu dengan yang lain dapat berbeda.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui bahwa subjek sebagai penyandang tuna netra memiliki keterampilan sosial yang cukup baik, karena dengan keterbatasan yang subjek miliki sama sekali tidak mengganggunya dalam bersosialisasi dengan orang lain dan subjek juga merupakan individu yang mandiri.

Kesimpulan dan Saran Bagaimana gambaran atau ciri-ciri keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra? Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa gambaran keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra subjek suka berpartisipasi dalam diskusi, membela teman yang sedang kesulitan, peka terhadap orang lain, sering mengundang teman-temannya ke rumah, menawarkan bantuan, suka berempati kepada orang lain, dan menawarkan bantuan kepada orang lain.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan sosial subjek demikian? Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan subjek memiliki keterampilan sosial yang baik karena keinginan subjek untuk berpartisipasi dalam diskusi dan memiliki empati yang kuat terhadap orang di sekitarnya, serta subjek senang membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Selain itu, subjek juga mandiri dalam melakukan semua tugas yang harus diselesaikannya meskipun dengan keterbatasan yang dimilikinya, karena subjek sudah terbiasa melakukannya sejak kecil, juga adanya keinginan subjek untuk mengontrol temperamennya dengan baik, mematuhi peraturan yang ada, dan terlihat dari sosialisasi yang dilakukan oleh subjek dengan orang lain, karena subjek merupakan pribadi yang senang bergaul. Selain itu dalam membantu sesama, subjek juga menyesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya, dan tidak menutup diri dari kritik, karena bagi subjek kritik yang membangun adalah hal yang baik bagi perkembangan kehidupannya.

Bagaimana cara subjek sebagai penyandang tuna netra menerapkan keterampilan sosialnya? Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan penulis, maka cara subjek menerapkan keterampilan sosialnya sebagai penyandang tuna netra adalah dengan sering memberikan saran dan masukan dalam rapat organisasi, dengan mengadakan pertemuan dalam suatu reuni kecil, dengan membantu orang lain yang memiliki kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan subjek dapat berkompromi dengan orang lain dengan cara berdiskusi, serta cara subjek untuk dapat melakukan kontak sosial dengan mengenali suara orang lain dan berusaha menghapalnya dan dengan mengetahui siapa orang tersebut, maka subjek dapat menyapanya.