SEJARAH DAN PUSAT WISATA KAB. TAKALAR
WELCOME TO PUNTONDO BEACH Selamat datang di “PUNTONDO” Puntondo adalah salah satu Tempat objek wisata yang berada di kabupaten takalar yang sudah di kenal banyak orang dan menjadi salah satu tempat wisata yang sangat indah dan tempat berkumpulnya para keluarga, teman bahkan orang di luar daerah maupun negara . Selamat Datang di Puntondo “Sumberdaya alam dapat lestari jika ada norma yang dijaga bersama serta pengorganisasian yang telaten” Di atas kanvas putih susu, Sarwono Kusumaatmadja menorehkan sederet kata “Selamat Bekerja, Semoga Sukses. Ewako! Sarwono K”. Kalimat itu menandai berdirinya satu pusat pendidikan lingkungan hidup di Pulau Sulawesi yang berbasis di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Sarwono membubuhkan kata “Ewako!”, bahasa Makassar yang berarti, lawan! atau tetaplah berjuang. Di bagian kanan, Said Pammusu wakil Bupati Takalar memompa semangat dengan mengutip “kualleangna tallanga natoalia”, juga bahasa Makassar yang berarti lebih baik karam daripada surut ke pantai. Di tiang penyangga lainnya, Kepala Badan Pengelola Dampak Lingkungan Daerah Sulawesi Selatan (Bappedalda), Haruna menegaskan bahwa PPLH Puntondo telah mewujudkan, apa yang disebut “ilmu amaliah, amal ilmiah”. Perpaduan antara keunggulan ilmu pengetahuan dan nilai manfaat pada kehidupan sekitar. Sungguh pas. Pelestarian lingkungan hidup adalah juga untuk anak cucu kita, tulis Nicolas P. Ell, perwakilan sponsor yang hadir pada saat itu. Seperti itulah, maksud Sarwono, mantan menteri Lingkungan Hidup di era Soeharto mengenai pentingnya misi penyelamatan lingkungan hidup. Misi yang harus terus diperjuangkan sampai kapanpun. Layaknya peresmian oleh pemerintah, gendang pun ditabuh. Orang orang bertepuk tangan. Lalu pulang. Tahun tahun sebelum itu, pada pertengahan hingga ujung tahun 90an krisis global mendera wilayah Asia Tenggara. Indonesia kena getahnya. Kerusakan ekosistem mengancam. Tingkat pengangguran yang tinggi, lahan usaha yang sempit, dan pertambahan penduduk yang semakin tinggi telah memaksa mereka untuk memanfaatkan setiap jengkal lahan penting seperti ekosistem seperti hutan bakau (mangroves), terumbu karang (coral reefs), dengan memacu hasilnya tanpa memikirkan kelestariannya. Namun upaya berbagai pihak untuk mengurangi dampaknya juga tak pernah surut. Puluhan proyek lingkungan terus saja mengalir ke Indonesia. Ada yang bersumber dari hutang luar negeri adapula yang dihibahkan. Pajak masyarakat jadi jaminan pengembaliannya. Ada yang sukses adapula yang hanya tinggal papan proyek. Papan kenangan dan dokumen-dokumen berbahasa susah. Keselamatan lingkungan semakin mengenaskan apalagi sejak berhembusnya issu perubahan iklim (climate change) yang mengancam hampir semua wilayah pesisir. Kembali ke Puntondo. Misi penyelamatan lingkungan itu, kini ada di pundak para pengurus yayasan berbasis lingkungan hidup ini, kita semua dan warga sekitar. Yayasan yang jamaknya lembaga swadaya masyarakat lainnya, selalu bergulat dengan kapasitas, komunikasi dan relasi sosial serta keberlanjutan agenda-agenda. Antara memelihara spirit konservasi dan meneruskan pelayanan organisasi pada situasi kontemporer yang kompleks. Mula Cerita Ungkapan empat tokoh dari kubu pemerintah pusat, propinsi, kabupaten serta pihak sponsor internasional di atas diabadikan pada 15 Oktober 2001. Peristiwa itu terjadi di Kampung Puntondo, dalam area Teluk Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. PPLH Puntondo mengikuti jejak organisasi serupa di di Seloliman, Trawas-Mojokerto, Jawa Timur. Alasan berdirinya demi menumbuhkan semangat pelestarian lingkungan melalui pendidikan. Puntondo dan Seloliman seperti anak kembar. Sebelumnya, pada salah satu bangunan tidak jauh dari Jalan Veteran Makassar berlangsung satu lokakarya stakeholder di akhir tahun 90an. Beberapa perwakilan LSM dan pemerhati lingkungan mendiskusikan format dan misi yang dapat diamanatkan pada lahirnya gerakan peduli llingkungan yang disponsori Hans Seidel Foundation, LSM dari Jerman. Fokusnya adalah memberi arahan dan masukan bagi tumbuh kembangnya pusat pendidikan lingkungan dengan prinsip keswadayaan. Banyak peserta skeptis dengan inisiatif ini karena mereka khawatir ini akan berhenti di tengah jalan karena sulit dan rumitnya mencari dukungan pembiayaan. Minat sangat minim dari
Ini merupakan bukti keindahan wisata “puntondo “. Kampung ini dahulu sangat sunyi dan jauh dari keramaian. Rumah warga masih sangat kurang. Hanya beberapa nelayan lokal yang mencari ikan dengan memasang pukat . Yang banyak datang adalah pembeli kayu. Mereka datang silih berganti. “Lahannya keras dan berbatu” kata Daeng Laga, warga Puntondo yang menjadi penjaga kompleks itu. Daeng Laga bertanggung menjawab atas keamanan kompleks ini. Laga juga memiliki lahan di sana tetapi telah menjualnya. “Kami menjual masih sangat murah. Masih 800ribu perhektar. Dahulu ada banyak pohon bakau yang tumbuh liar.
PANTAI DAN RESTORAN PUNTONDO
PUNAGA BEACH PUNAGA juga meupakan salah satu objek wisata yang sangat strategis yang terletak di kec.mangadu kab. takalar dan merupakan tempat yang banyak di datangi pengunjung, karena selain itu tempat ini merupakan tempat wisata yang sangat alamiah dan nyaman untuk refresing bersama keluarga.
SAMPULUNGANG