HOT ISSUES Stronger Psychiatric Warning on Tamiflu Revised Warning Label Now Notes Rare Reports of Fatalities From Self-Injury, Mainly Among Children in Japan By Miranda Hitti Reviewed by Louise Chang, MD March 4, 2008 -- The FDA today announced that the flu drug Tamiflu now has a stronger warning about rare reports of delirium and abnormal behavior leading to self-injury, and, in some cases, death. Tamifu's label continues to stress the importance of watching flu patients for signs of unusual behavior and seeking immediate care if any such signs are observed. Since November 2006, Tamiflu's warning information has noted postmarketing reports, mainly from Japan, of self-injury and delirium in flu patients -- and that it's not clear if Tamiflu caused those problems. Now, Tamiflu's warning information also includes more details, including reports of "some cases" of fatal injuries from delirium and abnormal behavior in patients taking Tamiflu. Tamiflu's updated label also states that those reports appear to be "uncommon," and that the reported cases may happen abruptly. The drug's label also points out that flu itself can cause neurological and psychiatric problems. "People with the flu, particularly children and adolescents, may be at increased risk of seizures, confusion, or abnormal behavior early during their illness," states Tamiflu's label. "These events may occur shortly after beginning Tamiflu or may occur when flu is not treated." Tamiflu's maker, Roche Laboratories, has sent a letter to doctors about Tamiflu's label change. That letter is posted on the FDA's web site.
FDA Rules That Over-the-Counter Cough and Cold Medicines Shouldn't Be Given to Kids Younger Than 2 By Miranda Hitti WebMD Medical News Reviewed by Louise Chang, MD Jan. 17, 2008 -- The FDA today urged parents and caregivers not to give over-the-counter (OTC) cough and cold medicines to children younger than 2 because of dangerous side effects. "We strongly recommend that over-the-counter cough and cold products should not be used in infants and young children under 2 years of age because serious and potentially life-threatening side effects can occur from use of these products," Charles Ganley, MD, director of the FDA's Office of Nonprescription Products, said at a news conference. OTC cough and cold products include decongestants, expectorants, antihistamines, and antitussives (cough suppressants) for the treatment of colds. An FDA news release states that rare, serious adverse events -- including convulsions, rapid heart rates, decreased levels of consciousness, and death -- have been reported with use of cough and cold products. The FDA is still reviewing the use of cough and cold medicines in children aged 2-11.
Tips for Parents of Older Kids continued... "Most importantly," Mathis says, "call your physician, pharmacist, or other health care professional if you have any questions about using these medications in children 2 years of age and older."
KEBIJAKAN DEPKES DALAM PELAYANAN FARMASI KLINIS RUMAH SAKIT Drs,Husin R Mallaleng Apt,M.Kes Sub Dinas Farmakmin Dinas Kesehatan Prop.Jatim Hotel Sahid Surabaya, 23 Mei 2008
CURICULUM VITAE BORN : MAKASSAR,1961 APOTEKER : UGM (1987) MASTER KESEHATAN (MKes): UNAIR(2000) PENDIRI HISFARSI JATIM CHIEF OF HOSPITAL PHARMACIST
PENDIDIKAN FARMASI KLINIS CLINICAL PHARMACY, HCoA,1998,surabaya FUNDAMENTAL in DRUG INFORMATION and CLINICAL/WARD PHARMACY I (1999) NOTTINGHAM UNIVERSITY ENGLAND, SURABAYA FUNDAMENTAL in CLINICAL PHARMACY II (2000) NOTTINGHAM UNIVERSITY ENGLAND,SURABAYA FUNDAMENTAL in CLINICAL PHARMACY III (2001), NOTTINGHAM UNIVERSITY ENGLAND,SURABAYA PHARMACY CLINIC in RS BETHESDA(2003) PHARMACY CLINIC in UGM, 2004 PHARMACY CLINIC in UNH SINGAPORE,2006 EX KETUA HISFARSI (HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RS) JATIM PERIODE I
BRAIN STORMING (2 MENIT) APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT SAAT INI ? BERIKAN KOMENTAR ANDA! JAWAB PADA SELEMBAR KERTAS
HASIL KOMENTAR(1) APA TUGAS FARMASIS DI WARD? APA FARMASIS AKAN MEMBERIKAN OBAT DI BANGSAL/WARD? APAKAH FARMASIS TERMASUK TENAGA MEDIS? BISA JADI KEHADIRAN FARMASIS DI WARD AKAN MEMBINGUNGKAN Px? KENAPA FARMASIS IKUT2-AN KE WARD?BUKANNYA CUKUP DI IFRS? APAKAH FARMASIS TERMASUK TENAGA KESEHATAN?
HASIL KOMENTAR(2) APAKAH FARMASIS DPT MEMEGANG RAHASIA Px? APAKAH FARMASIS BOLEH MELIHAT BERKAS REKAM MEDIK?APA DASAR HUKUMNYA? BUKANKAH MASALAH OBAT DI WARD CUKUP DITANGANI PERAWAT & Dr? KEHADIRAN FARMASIS AKAN MENAMBAH COST RS &Px FARMASIS TDK MEMILIKI PENGALAMAN KLINIS SHG MENYULITKAN KOMUNIKASI APA YG AKAN DILAKUKAN FARMASIS BILA MENJUMPAI PENGOBATAN IRASIONAL?
LATAR BELAKANG (1) YANFAR KLINIS DI LN SUDAH 30 THN KITA BELAJAR DARI PENGALAMAN MEREKA AGAR HAL YG JELEK TDK TERULANG YANFAR KLINIS DIPERLUKAN DI RS AGAR PASIEN MEMPEROLEH JAMINAN PENGOBATAN RASIONAL(EFEKTIF,AMAN,TERSEDIA DAN BIAYA TERJANGKAU)
LATAR BELAKANG (2) YANFAR KLINIS BERKEMBANG DLM MENANGGAPI KEPRIHATINAN MASYARAKAT THD MORBIDITAS DAN MORTALITAS YANG TERKAIT DENGAN PENGGUNAAN OBAT, CEPATNYA PENINGKATAN BIAYA PERAWATAN KESEHATAN,TINGGINYA HARAPAN MASYARAKAT,SERTA LEDAKAN PENGETAHUAN MEDIS DAN ILMIAH
LATAR BELAKANG(3) TUJUAN FARMASI KLINIK ADALAH MEMAKSIMALKAN EFEK TERAPEUTIK,MEMINIMALKAN RESIKO DAN BIAYA SERTA MENGHORMATI PILIHAN PASIEN PEKERJAAN UTAMA FARMASIS KLINIS: INTERAKSI DGN BERBAGAI PROFESI,MEWAWANCARA DAN MENILAI KESESUAIAN KONDISI KESEHATAN PASIEN,MEMBUAT REKON TERAPEUTIK YG SPESIFIK,MEMANTAU TANGGAPAN PX THD TERAPI OBAT,KONSULTASI Px,INFORMASI OBAT FARMASIS DAPAT BERKONTRIBUSI SELAMA PROSES PERESEPAN MEMBERDAYAKAN FARMASIS DI RUMAH SAKIT
<--FARMASI KLINIS
PER UNDANG-UNDANGAN UU 1992/23 : KESEHATAN UU 1997/5 : PSIKOTROPIK UU 1997/22 : NARKOTIK UU 1999/8 : PERLINDUNGAN KONSUMEN UU 2004/29 : TENAGA KERJA/SERTIFIKASI UU 2004/32 : PEMERINTAHAN DAERAH PP 1996/32 : TENAGA KESEHATAN PP 1998/72 : PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI PP 2005/19 : STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (STD KOMPETENSI & SERTIFIKASI)
PER UNDANG-UNDANGAN PERMENKES RI : NOMOR 920/MENKES/PER/XII/1986 TENTANG UPAYA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK; PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 159B/MENKES/PER/II/1988 TENTANG RUMAH SAKIT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 436/MENKES/SK/VI/ 1993 TENTANG BERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT DAN STANDAR PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT; KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1333/MENKES/SK/XII/ 1999 TENTANG STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT; KEPMENKES RI : 1197/MENKES/SK/X/2004 :TENTANG STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1747/MENKES/SK/XII/2000 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DALAM BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA;
DEPKES RI KEBIJAKAN POKOK DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPKES RI
DITJEN BINFAR DAN ALKES TUGAS DITJEN BINFAR DAN ALKES MERUMUSKAN DAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI TEKNIS DI BIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
FUNGSI DITJEN BINFAR DAN ALKES PERUMUSAN KEBIJAKAN, STANDAR, NORMA, PEDOMAN, KRITERIA DAN PROSEDUR SERTA PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI DI BIDANG PENGGUNAAN OBAT RASIONAL, FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK, OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN SERTA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DITJEN BINFAR DAN ALKES VISI DITJEN BINFAR DAN ALKES PEMERATAAN PELAYANAN KEFARMASIAN YANG BERKUALITAS DAN PEMANFAATAN ALAT KESEHATAN YANG AMAN MENUJU INDONESIA SEHAT 2010
DITJEN BINFAR DAN ALKES MISI DITJEN BINFAR DAN ALKES MENINGKATKAN KEAMANAN DAN KEMANFATAAN PENGGUNAAN OBAT SERTA MENGOPTIMALKAN EFEKTIFITAS OBAT TERHADAP BIAYA. MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN FARMASI KOMUNITAS DAN FARMASI KLINIK YANG DIDUKUNG OLEH PROFESIONALISME YANG TINGGI MENJAMIN KETERSEDIAAN DAN KETERJANGKAUAN SERTA KECUKUPAN KEBUTUHAN OBAT ESENSIAL DAN PERBEKALAN KESEHATAN BAGI PELAYANAN KESEHATAN DASAR. MELINDUNGI MASYARAKAT DARI PENGGUNAAN ALAT KESEHATAN, PRODUK DIAGNOSTIK DAN REAGENSIA, SERTA PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR MUTU DAN KEAMANAN.
MENJAMIN KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN DAN TUJUAN PROGRAM : MENJAMIN KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN DAN PEMERATAAN DAN PELAYANAN OBAT YANG BERMUTU YANG DIBUTUHKAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN PARIPURNA
Sturktur Organisasi Ditjen Binfar dan Alkes Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Ses Ditjen Direktorat Bina Farkomnik Direktorat Bina Prod Dan Dist ALKES Direktotat Bina Penggunaan Obat Rasional Direktorat Bina Obat Publik & Perbe kes
Tugas : Melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan pengendalian serta evaluasi di bidang farmasi komunitas dan klinik
Fungsi : Perumusan kebijakan teknis pelayanan farmasi komunitas, farmasi klinik dan kerjasama profesi Penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur Bimbingan teknis dan pengendalian Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis Administrasi/ketatausahaan dan kerumahtanggaan
Drektorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ka Su Bag Subdit Farmasi komunitas Subdit Farmasi Klinik Subdit Kerja sama profesi
VISI dan MISI DIREKTORAT BINFARKOMIK Masyarakat mendapatkan pelayanan farmasi komunitas dan farmasi klinik yang bermutu dalam kerangka pelayanan kesehatan yg komprehensiv (paripurna) dan didukung oleh profesionalisme yg tinggi
MISI : 1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan farmasi komunitas kepada masyarakat 2. Meningkatkan peran dan kualitas pelayanan farmasi kesehatan yang komprehensif(paripurna) kepada pasien di RS. 3. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pengobatan sendiri yg aman (self medication) 4. Meningkatkan kompetensi dan profesional-isme tenaga farmasi dalam pelayanan farmasi kepada pasien. 5. Meningkatkan kerjasama antar profesi dalam peningkatan pelayanan kesehatan terpadu kepada pasien
Ruang Lingkup tugas dan fungsi (1) FARMASI KOMUNITAS Pelayanan farmasi komunitas meliputi pelayanan PBF, Apotik, Toko obat GFK Puskesmas, sarana yan kes dasar, dll. Pelayanan informasi sediaan farmasi kepada profesional dan masyarakat. Pembinaan pelayanan pengobatan sendiri yang aman (Self Medication)
Ruang Lingkup Tugas dan fungsi (2) 2. FARMASI KLINIK Pelayanan penyediaan dan distribusi perbekalan farmasi di RS Pelayanan farmasi klinik dalam upaya pelayanan kesehatan paripurna kepada pasien di RS. Pelayanan informasi obat
3. SUMBER DAYA MANUSIA Pembinaan kerjasama profesi dalam kaitan dengan pelayanan farmasi komunitas dan farmasi klinik Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM di lingkungan farmasi komunitas dan farmasi klinik
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN Penyiapan Software Profesionalisme SDM Kerjasama dan komitmen dari profesi Pemberdayaan mayarakat Peraturan perundang undangan
PROGRAM DIT.BINA FARKOM-NIK(1) Sosialisasi Visi, Misi dan Program Dit.Bina Farkom.Nik Penyusunan Renstra dan Kebijakan Dit Bina Farkom.nik Evaluasi Peraturan perundang undangan Penyusunan Standar pelayanan farmasi komunitas
Program Dit.Bina Farkom.Nik (2) 6. Penyusunan Standar/Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di RS meliputi Perencanaan, Pengadaan Penyimpanan dan Distribusi Barang Farmasi RS 7. Penyusunan Standar pelayanan farmasi klinik LIHAT 8. Pembinaan pelayanan farmasi komunitas dan farmasi klinik
SK MENKES NO 436/MenKes/SK/VI1993 : Standar Pelayanan RS dan Standar Pelayanan Medis MELAKUKAN KONSELING (KIE) MESO (MONITORING EFEK SAMPING OBAT) PENCAMPURAN OBAT SUNTIK SECARA ASEPTIS ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST-EFFECTIVE ANALYSIS) PENETAPAN KADAR OBAT DALAM DARAH PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA PENYIAPAN TPN (TOTAL PARANTERAL NUTRITION) PEMANTAUAN PENGGUNAAN OBAT PENGKAJIAN PENGGUNAAN OBAT (DUR)
RESUME A THOUSAND MILES JOURNEY BEGIN WITH ONE STEP
Pengenalan Farmasi Klinik (OVERVIEW)
Diskusi Sejarah Profesi dari tradisional Pharmaceutical Care Mengapa ada konsep baru dan apakah itu Pharmaceutical Care ? Bagaimana konsep Pharmaceutical Care dilaksanakan di Rumah Sakit ? Apakah Farmasi klinis (Clinical Pharmacy) Ilmu ? Pelayanan? Ilmu pendukung/ ketrampilan dalam melaksanakan Farmasi Klinis ?
7. Pendekatan pendalaman Pelayanan Farmasi Resep Drug Related Problem Pasien Obatnya (farmakodinamika) Penyakitnya/disorders (patofisiologi)
8. Bagaimana mensosialisasikan konsep Pharmaceutical Care ? Apoteker Stake Holder Masyarakat Direksi Rumah Sakit Pemerintah ISFI Institusi Pendidikan
9. Bagaimana membantu Farmasis agar perannya dapat berkembang dan terlindungi?
MATERI
1. Sejarah PROFESI FARMASI Traditional drug distribution stage (< thn 60-an) Transitional /Clinical Pharmacy stage (1960) Patient Focused /Pharmaceutical Care stage (1990)
A.Traditional drug - distribution stage Memasuki abad 20 Apothecaries (apothecary= druggist) To Dry (pengeringan) Fungsinya : membeli, menyiapkan, mengevaluasi obat Meluntur ketika produksi obat diambil alih oleh industri Peran AA lebih dominan
B.Transitional Clinical Pharmacy Stage 1960an/1970an Ilmu kedokteran semakin sub spesialis Obat semakin kompleks Meningkatnya biaya kesehatan sektor publik Dibutuhkan informasi mengenai obat Partisipasi dalam pelayanan pasien Tuntutan masyarakat akan mutu semakin tinggi tuntutan malpraktek Peran farmasis yang overtrained dan underutilised-> Yes Or Not?
C.Tahap Masa Kini (Praktek Clinical Pharmacy) YanFar di RS saat ini ada 2 yaitu: a. Pelayanan teknis dan non klinis b. Pelayanan Famasi Klinis Ad a. TPN Penyediaan sediaan sitotoksik & Radiofarmasi Bahan tambahan sediaan iv Peracikan Pengadaan,pengelolaan,distribusi alkes dll
Ad. b Monitor terapi obat Konsultan keliling Promosi rasionalisasi obat Kajian produk baru Cost effective prescribing Audit medis dan klinis Uji coba klinis TDM PMR (Pharmacy MR) Promkes
Uniqueness of Pharmaceutical Care Traditional Pharmacy Clinical Pharmacy Pharmaceutical Care Primary focus Prescription order Physicians or other Patient or OTC request health professionals Continuity Upon demand Discontinuous Continuous Strategy Obey Find fault or prevention Anticipate or improve Orientation Drug product Process Outcomes
2.Mengapa ada konsep baru dan apakah itu Pharmaceutical Care ?
1960---------------1990 Ledakan jumlah obat 1961: 656 jenis 1999: 8000 jenis 1971: 140.000 kematian & 1 juta dirawat 20% perawatan disebabkan kecelakaan obat 50% sebetulnya dapat dihindarkan 45-65% pasien memakai obat tidak sesuai dengan anjuran
Kebanyakan masalah tidak melekat pada obatnya, tetapi pada cara obat Danger & Risk are found in how drugs are used, not simply in their chemical composition Kebanyakan masalah tidak melekat pada obatnya, tetapi pada cara obat Diresepkan Diracik Dipakai/dimakan
Brigham and Women’s Hospital: Fakta (1) Seperlima pasien rawat inap mengalami drug therapy problems even in the most advanced medical institutions 76 billion dollar (US) Penderitaan pasien? Brigham and Women’s Hospital: 6.5% nonobstetric patients suffered an adverse drug event (30% serius)
Penelitian lain: Bedell 1991: Karena adanya medication error LOS meningkat 5 hari, biayanya bertambah $6.000 $3 juta dollar/tahun untuk RS pendidikan dengan tt 700. Bedell 1991: 64 % cardiac arrest di teaching hospital karena kesalahan pemakaian obat. Medication Errors rata-rata terjadi 10-20% (walaupun tidak semua serius)
Pharmaceutical Care Philosophy Practice (professionally, individually) Patient care process Management system
Pharmaceutical Care ??? Multiple Prescribers Obat makin poten & mahal Kompleksitas obat Informasi yang up to date karena perkembangan yang cepat, harus dapat memilah informasi. Hubungan signifikan: pemakaian obat vs morbiditas dan mortalitas Biaya kemanusiaan , finansial akibat misadventuring
A Philosophy of Pharmaceutical Care A set of values Defines rules, roles, relationship, responsibilities Defines what should be done Day to day should reflect Priorities Ethical dilemmas, management issues, clinical judgment Timeless does not change on a daily basis, nor is it different among and between practitioner
Pharmaceutical Care as Practice Pharmaceutical care is applying knowledge to promote the well being of others No single health care practitioner has accepted primary responsibility for drug-related and mortality The Patient Care Process Identifying, Resolving and Preventing Drug Therapy Problems
Pharmaceutical Care Is a Practice Patient focused Interaksi langsung dengan pasien Terapi obat rasional: tepat, efektif, aman, nyaman, biaya Quality of life Definite outcome Terdokumentasi DRP (Drug Related Problem)
Dispensing Dispensing + Patient Care
Faceless service a practice one patient at a time
Pharmaceutical care Is the direct responsible provision of medication related care for the purpose of achieving definit outcomes that improve patient’s quality of life (ASHP) Is a Practice in which the Practitioner takes Responsibility for a patient’s drug related needs, and is held Accountable for this Commitment (Strand)
Responsibility Hubungan mendasar perawatan pasien Trust dan wewenang farmasis Commitment & competency Responsibility (documentation) Ensure that there was an indication for every item of drug therapy Any drug used was the most effective & safest & that the patient was compliant
Medication Related Terapi obat Keputusan-keputusan Pemakaian obat Pertimbangan pemilihan dosis, rute, metoda Pemantauan terapi obat Pemberian informasi Pemberian counseling
Care Fokus dari care adalah merawat Bekerja bersama dengan staf kesehatan lain Merancang Melaksanakan Memantau therapeutic plan Perbaikan kualitas hidup pasien yang pasti Hubungan individual Farmasis Profesional Personal Commitment
Mutual respect Honestly Open communication Cooperation Empathy Sensitivity Promotion of patient independence Seeing the patient as a person Patience, understanding, attention,trust, comfort, confidence, responsible, accountable, competence Putting the patient first Offering reassurance, advocacy Supporting the patient
Outcomes Kepastian perbaikan kualitas hidup Untuk mencapai hasil Kesembuhan penyakit Eliminasi , pengurangan simtom Penghentian/perlambatan proses penyakit Untuk mencapai hasil Identifikasi DRP (Drug Related Problem) Memecahkan DRP aktual Mencegah DRP potensial
Quality of Life Suatu penilaian yang lengkap mengenai kualitas hidup Penilaian obyektif Penilaian subyektif Pasien ikut dilibatkan
Must be understood and clearly articulated, explicitly
3. Bagaimana konsep Pharmaceutical Care dilaksanakan di RS ?
Pharmaceutical Care (rumah sakit) Masuk Wawancara DRP Monitoring Counseling Keluar P’yan Produk P’ yan Compounding P’ yan klin PIO P’ yan TPN P’ yan IV Adm P’ yan DUE,dll Standar P’yan Fa Std. Prof & Etika QA Hukum Produk SDM SIM Keuangan dll Clinical skill, business & managerial skill, leadership entrepreneurship hk 2002
BASIC SEVEN 7 elemen dalam Pharmaceutical Care Review semua obat Hubungkan obat vs indikasi DRP Pecahkan, cegah DRP Care plan Follow up/ monitor Dokumentasi
4. Apakah Farmasi klinis (Clinical Pharmacy) Ilmu, pelayanan?
Farmasi Klinik? A discipline concern with application of pharmaceutical expertise to help maximise drug efficacy and minimise drug toxicity in individual patients” (Clinical Resourse and Audit Group (1996)
4 BASIC FILOSOFI MAMAKSIMALKAN EFEK TERAPI MEMINIMALKAN RISIKO PENGOBATAN MEMINIMALKAN BIAYA PENGOBATAN MENGHORMATI PILIHAN PASIEN (Prof.Nicholar Barber,1990)
Farmasi Klinik Clinical Pharmacy: ilmu kesehatan khusus yang menerapkan prinsip ilmu farmakologi, toxikologi, farmakokinetik & therapeutic untuk pelayanan pasien oleh farmasis Contoh pemanfaatan Pelayanan dosis Pelayanan Total Parenteral Nutrition Therapeutic Drug Monitoring Drug Utilization Review dll
Pelayanan farmasi bagi pasien yang dilakukan oleh farmasis dengan tujuan terapi yang rasional (aman,cost effective) Dapat dilaksanakan di apotik, rumah sakit, nursing homes Memonitor terapi obat, mengoptimasi terapi, minimasi side efek. ,
Clinical Pharmacy + System Management PHARMACEUTICAL CARE ?
Pharmaceutical care Management Pharmaceutical care sebagai pusat peran farmasi Memfasilitasi/support Membawa perubahan Filosofi Organisasi Fungsi Mengembangkan misi Job description
Pelayanan Penunjang Distribusi tepat waktu Data pasien tepat waktu dan lengkap Drug Information service (PIO) yang lengkap dan mutakhir Dokumentasi yang lengkap dari usulan yang disarankan farmasis & saran yang diterima
Patient Care Process Assessment Care Plan Evaluation Menjamin terapi yang rasional Identifikasi, pemecahan dan pencegahan masalah terapi Care Plan Pemecahan masalah terapi obat Pencapaian sasaran terapi Pencegahan masalah terapi Evaluation Pencatatan outcome pengobatan Evaluasi kemajuan mencapai sasaran terapi Peninjauan kembali masalah baru
Dibutuhkan Clinical Skill
5. Ilmu pendukung/ ketrampilan dalam melaksanakan Farma Klinis ?
Clinical Skills & Pharmacist’s role in Pharmaceutical Care Patient assessment Patient education and counseling Patient –specific pharmacist care plan Drug treatment protocols Dosage adjustment Selection of therapeutic alternatives Preventive services Managerial skills
Clinical Skills & Pharmacist’s role in Pharmaceutical Care Patient assessment Physical Barriers to adherense Psychosocial issues Patient education and counseling Interview skills Communication skills Ability to motivate, inspire Identification and resolution compliance barriers Develop and implement patient education plan based on an initial education assessmenty
Patient –specific pharmacist care plan Recognition, prevention, and management of drug interactions Pharmacology & therapeutics Interpretation of laboratory test Drug treatment protocols Develop and maintain (update) protocols Follow protocols as a pharmacist clinician DUE
Dosage adjustment Identify patient at risk for exaggerated or subtherapeutic response Apply pharmacokinetic principles to determine patient-specific dosing Order and interpret relevant tests at correct intervals to assess dosage adjustment (e.g plasma drug concentration, blood glucose levels, BP)
Managerial skills Plan, directand implement pharmaceutical care activities environments : community pharmacy, inpatient hospital services etc. Allocate resources
Kesimpulan Semua farmasis secara individual dapat: Mengimplementasikan Pharmaceutical Care di tempat kerja masing-masing Dimulai dari titik yang berbeda, dalam proses evolusi Kecepatan gerak yang berbeda
Pendekatan Pendalaman Pelayanan Farmasi Resep Drug Related Problem Pasien (farmakokinetik) Obatnya (farmakodinamika) Penyakitnya/disorders (patofisiologi)
Pelayanan
Informasi/Counseling RANTAI PELAYANAN OBAT Pabrik Penulisan resep Pemesanan apotik Penerimaan resep Penerimaan Screening resep Penyimpanan di gudang Distribusi Penyimpanan di Apotik Status & data pasien Etiket MEDICATION ERROR Penyiapan obat Pemanggilan pasien Keterangan Screening resep : Administrative error Pharmaceutical error Clinical error Penyerahan obat COUNSELING Informasi/Counseling Pemahaman Ketaatan HK 2002 Monitoring Outcome
Pelayanan Farmasi Medication Error Counseling Monitoring Pelayanan Klinis Pelayanan PIO Pelayanan Produk Pelayanan Compounding Pelayanan TPN Pelayanan IV admixture dll
RESEP
Monitoring Resep/ Screening Resep Administrative Errors Pharmaceutical Error Clinical Error
Administrative Error (1) Asal pasien Jenis kelamin Umur Berat Nama No registrasi Diagnosa Nama dokter, tanda tangan Jenis obat
Administrative Error (2) Apakah semua informasi terbaca ? Apakah semua informasi benar? Apakah resep tidak palsu ? Apakah nama obat terbaca ? Apakah obat sesuai dengan diagnosa ? Apakah ada obat yang di luar persediaan?
Pharmaceutical Error Apakah bentuk sediaan sesuai dengan yang tersedia? Apakah ada bentuk sediaan yang lebih sesuai ? Apakah dosis obat sesuai dengan ketersediaan ? Apakah harus disiapkan secara khusus ? Bila ada, harus dijamin stabilitasnya Tentukan jumlah obat dan kapan daluwarsa Apakah ada instruksi pemakaian yang harus disampaikan?
Clinical Error Alergi obat Kemungkinan pemakaian tidak benar Duplikasi dari obat (Polypharmacy) Additive effects Penjadwalan obat yang tidak benar Interaksi Obat-obat Interaksi Obat- penyakit Adverse Drug Reactions
Danger and risk are found in how drugs are used, not simply in their chemical composition Drugs don’t have doses....... people have doses
Drug Related Problem (D R P )
Drug Related Problem Butuh obat (23%) Obat tidak perlu ( 8%) Obat salah (15%) Dosis terlalu rendah (16%) Dosis terlalu tinggi ( 6%) Adverse Drug Reaction (21%) Compliance (11 %) 20- 74% pasien
1. Butuh Obat Kondisi baru membutuhkan terapi obat Upset stomach Kronis butuh kelanjutan terapi obat Hypertention Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat Digitalis, Furosemide, K Kondisi dengan resiko dan butuh obat untuk mencegahnya Aspirin : stable coronary disease
2.Tidak perlu obat Tidak ada indikasi pada saat itu Ranitidine, sudah sembuh minta/diberi lagi Menelan obat dengan jumlah obat yang toksis Addictive /recreational drug use Ranitidine vs kopi, nikotin Lebih baik disembuhkan dengan non drug therapy Ranitidine vs stress Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug therapy Ranitidine vs tambahan cimetidine Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan Ranitidine vs aspirin
3. Obat Salah Kontraindikasi Isotretinoin (Accutane) vs kehamilan Alergi Penicillin, Aspirin dll Obat yang bukan paling efektif untuk indikasi Bronchodilator inhaler vs theophylin untuk asma Faktor resiko yang kontraindikasi dengan obat Hamil,isotretinoin Efektif terapi bukan yang paling murah Dari brand generik Gejala maag awal: ranitidine, paricet(rameprazol) Infeksi paru-paru : quinolon terbaru vs penicillin) Efektif terapi bukan yang paling aman Tergantung kasus: NSAID vs paracetamol
4. Dosis terlalu rendah Terlalu rendah untuk menghasilkan respons Amoxicylin anak 100mg/ml vs 125mg/5ml Jangka waktu salah Infeksi saluran pernapasan: 10 hari vs 3 hari Penyimpanan salah augmentin Pemberian yang salah Sendok obat vs sendok teh bayi Dosis dan interval tidak cukup Amoxicylin hanya 1 x /hari
5.Adverse Drug Reaction Obat tidak aman bagi pasien Pseudoephedrine vs hypertention Dosis yang ditingkatkan/diturunkan terlalu cepat Obat prednison Interaksi obat Amoxicillin vs obat KB Efek samping CTM vs efek samping
6. Dosis Terlalu Tinggi Dosis terlalu tinggi Rifampicin max 600mg/hari Kadar serum terlalu tinggi Fenitoin Dosis terlalu cepat dinaikkan Akumulasi obat karena penyakit kronis digitalis Pemakaian obat terlalu lama
7.Compliance Tidak menerima obatnya sesuai regimen karena medication error (prescribing, dispensing, adminsitration, monitoring) Tidak taat instruksi Harga obat mahal Tidak memahami Lupa minum obat Tidak dapat menelan, toleransi, memakai obat Keyakinan There is a reason for all noncompliance. FIND IT !!!
THE BIG SECRET Formal Education will earn you a living Self Education will earn you a fortune You determine how much of a fortune you will earn by how much self education you decide to get Quality performance (and quality service) starts with a positive ATTITUDE
Pustaka Strand LM, Morley PC, Cipolle RJ. Pharmaceutical Care an Introduction, the Up John company 1992 Strand LM, Morley PC, Cipolle RJ. Pharmaceutical Care Practice, the McGraw-Hill company 1998 Cohen MR, Medication Error, American Pharmaceutical Association Foundation Washington 1999 Young, Koda-Kimble, Applied Therapeutics, The Clinical Use of Drugs, Applied Therapeutics, Inc. Vancouver, 6th edition 1995 ASHP, Practice Standards of ASHP 1994-95 ASHP, Medication Teaching Manual: The Guide to Patient Drug Information, ASHP Inc. Bethesda, 1994
7. American College of Clinical Pharmacy, Pharmacotherapy Self-Assessment Program Second Edition Module 1 Cardiovascular, PSAP Kansas City , 1995 8. Farmasi Klinis,Tan Kaw Chik, Aslam Mohamed,Prayitno Adji, Elex Media Komputindo,2003
Mari kita coba bersama !!!! P = Problem A = Action M = Monitoring
THANK U