PENANAMAN BUDI PEKERTI MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA
MASIH PERLUKAH BUDI PEKERTI ? Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia harus lestari Bangsa Indonesia memiliki karakter budaya ketimuran yang dijunjung tinggi Dibutuhkan pemimpin dan penyelenggara pemerintahan ke depan yang kuat,beriman, bertakwa, cerdas, trampil dan berkepribadian baik (berbudi luhur) Diperlukan Pendidikan Nilai (Budi Pekerti)
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL UU No.20 Th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab II pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan pendidikan Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
1. Kemajuan Teknologi Informasi global TANTANGAN 1. Kemajuan Teknologi Informasi global 2. Pendidikan Kepribadian dan Budi pekerti tidak tercantum pada kurikulum sekolah 3. Masyarakat kurang peduli terhadap perilaku remaja yang menyimpang 4. Tekanan kebutuhan hidup yang mendesak. Keluarga yang tidak harmonis Satuan Pendidikan berorientasi ICT, UN
Perilaku dan penampilan remaja meniru penampilan remaja ‘barat’ KONDISI SEKARANG Perilaku dan penampilan remaja meniru penampilan remaja ‘barat’ Dalam berbicara cenderung ‘berani’ dengan orang tua atau guru. Melakukan perbuatan yang kurang pantas di tempat umum Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya Di dalam keluarga cenderung dis harmoni Tindakan a susila marak Tindakan anarkis dan tawuran Minuman keras dan narkoba
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SALAH SATU SOLUSI Pelajaran Bahasa Jawa memiliki kekhasan : Keharusan guru memberikan keteladanan dalam berbagai hal yang dipelajari karena secara khusus mata pelajaran Bahasa Jawa merupakan pelajaran penanaman nilai budaya. Pengintegrasian Budi Pekerti ke dalam pembelajaran lebih menyatu.
KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TH.2010 Workshop peningkatan kompetensi guru Bahasa Jawa (SD,SMP,SMA,SMK) Workshop Penyusunan dan pengembangan silabus Bahsa Jawa untuk guru SMA-SMK Workshop revitalisasi Kurikulum Bahasa Jawa serta Penyusunan SI dan SKL Pemberian bantuan Buku Bahasa Jawa untuk SD,SMP, SMA dan SMK
Lanjutan… 5. Bekerjasama dengan Balai Bahasa Provinsi sesuai amanat UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 42 ayat 1: Wajib mengembangkan, membina dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
10 INDIKATOR BUDI PEKERTI Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti ke dalam Pembelajaran Bahasa Jawa 10 INDIKATOR BUDI PEKERTI a. Taat kpd Tuhan Yang Maha Esa (manembah) b. Toleransi (kebak ing pamengku) c. Disiplin (anut pernatan) d. Harga diri (ora asor) e. Tanggung jawab (ora ngucireng kewuh) f. Potensi diri (kagunan)
g. cinta dan kasih sayang (tresna mring sasama) h. kebersamaan dan gotong royong (saiyek saeka kapti) i. Kesetiakawanan (setya) j. Saling menghormati (ajen-ingajenan) k. tata krama dan sopan santun l. kejujuran (blaka-prasaja)
CARA PENDEKATAN 1. penanaman nilai-nilai afektif-psikomotorik di samping nilai-nilai afektif yang mutlak harus dikuasai; unggah-ungguh basa. ngoko lugu, basa ngoko andhap, basa madya, basa krama, dan basa kedhaton. basa ngoko alus dan basa krama inggil.
(2). Keteladanan dan pembiasaan; Guru yang selalu memberikan contoh perilaku dan tutur kata yang baik, secara langsung telah memberi contoh kepada siswanya. Dan, apabila di antara siswanya ada yang melakukan perilaku salah atau bertutur kata yang saru (jorok) tidak benar, guru tersebut dapat dengan leluasa menegur dan mangarahkannya. Dengan guru yang seperti itu, siswa cenderung tulus menerima teguran dan dengan kesadaran mau merubah perilaku atau tutur katanya.
(3). Pengkondisian lingkungan. Lingkungan sekolah akan sangat mendukung dalam pendidikan budi pekerti apabila telah dikondisikan. Artinya, setiap warga sekolah selalu dikondisikan untuk berperilaku dan bertutur kata yang baik. Dengan demikian, di dalam lingkungan sekolah tidak akan pernah muncul perilaku maupun tutur kata yang tidak diharapkan.
PENANAMAN SECARA UTUH Dirumah dan keluarga Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng,dolanan/permainan anak-anak yang merupakan cerminan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan
Bahasa krama dan ngoko Pada dasarnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa,yaitu : Krama, bahasa halus dan ngoko, bahasa biasa. Bahasa krama dipakai untuk menghormat orang tua atau orang yang perlu dihormat, sedangkan ngoko biasanya dipakai antar teman. Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh : Bahasa Indonesia : Saya mau pergi. Krama : Kula badhe kesah. Ngoko : Aku arep lunga.
Penanaman nilai : Ora ilok, suatu kearifan ora ilok,artinya tidak baik, untuk melarang anaknya.Jadi anak tidak secara langsung dilarang, apalagi dimarahi.Ungkapan tersebut dimaksudkan , agar si anak tidak melakukan perbuatan yang tidak sopan atau mengganggu keharmonisan alam. Misalnya ungkapan : Ora ilok ngglungguhi bantal, mengko wudhunen (Tidak baik menduduki bantal , nanti bisulan). Maksudnya supaya tidak menduduki bantal, karena bantal itu alas kepala. Meludah sembarang tempat atau membuang sampah tidak pada tempatnya, juga dibilang ora ilok, tidak baik. Tempo dulu, orang tua enggan menjelaskan, tetapi sebenarnya itu merupakan kearifan. Lebih baik melarang dengan arif, dari pada dengan cara keras.
Melalui Tembang yang bermakna Perhatikan ayah atau ibu yang meninabobokkan anak dengan kasih sayang melantunkan tembang untuk menidurkan anak , isinya penuh permohonan kepada Sang Pencipta, seperti tembang : Tak lela-lela-lela ledhung, menenga anakku cah kuncung, tak emban nganggo jarik trasa, dadiya pangarsaning praja.
Peduli Lingkungan Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam.
Anak kecil yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, selalu diberitahu oleh orang tuanya untuk merawatnya dengan baik, memberi makan yang teratur, dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih dan tidak boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan justru harus dilindungi dan dikasihi.(ora kena daksiya marang pepadhaning urip)
KESIMPULAN Pembelajaran Bahasa Jawa sangat relevan untuk penanaman budi pekerti kepada anak didik karena 12 kreteria budi pekerti : 1. Taat kpd Tuhan Yang Maha Esa (manembah) 2. Toleransi (kebak ing pamengku) 3. Disiplin (anut pernatan) 4. Harga diri (ora asor) 5. Tanggung jawab (ora ngucireng kewuh) 6. Potensi diri (kagunan)
7. cinta dan kasih sayang (tresna mring sasama) 8. kebersamaan dan gotong royong (saiyek saeka kapti) 9. Kesetiakawanan (setya) 10. Saling menghormati (ajen-ingajenan) 11. tata krama dan sopan santun 12. kejujuran (blaka-prasaja)
MATUR NUWUN