KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009: Tindak Lanjut Pembahasan Asumsi Ekonomi Makro dan Energi Ekonomi.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL RAPBN 2005 Disampaikan pada Rapat Kerja Panitia Anggaran DPR-RI.
Advertisements

PERAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI NASIONAL
UNDANG-UNDANG NO. 33/2004 TENTANG0
RENCANA KERJA PEMERINTAH
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
“Desentralisasi Fiskal” di Indonesia 24 Juli 2012.
Menuju Pembiayaan Sektor Pertanian yang Berkelanjutan Dr. Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Seminar Nasional Feed The World : Munuju Swasembada yang Kompetitif.
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
PRESS CONFERENCE Januari 2013
Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan kelompok 3 Sofyan Tsauri( ) Moh Safiih( ) Abd. Wafi ( )
1 Muhtar Mahmud. 1.Asumsi Makro Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan APBN 2012 Arah Kebijakan Fiskal 2012 Postur APBN-P 2011 dan APBN 2012 Kebijakan.
PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BBM
11 APBN 2009 Disampaikan dalam Rapat Penyusunan Rancangan APBN 2009 dan Pilot Project Anggaran Berbasis Kinerja Departemen Keuangan Direktorat Jenderal.
Evaluasi Penerimaan Pajak Tahun 2009 Rencana Penerimaan Pajak Tahun 2010.
TEORI PENGELUARAN NEGARA
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBN
A. Pengertian APBN dan APBD 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Economic and Social Update April 2008 William E. Wallace, Kepala Ekonom Bank Dunia, Indonesia 1 April 2008.
DIMENSI PEMBANGUNAN: KEDAULATAN ENERGI
Analisa Makro. A Leading & Enlightening U N I V E R S I T Y Kenapa Analisa Makro 1.Situasi perekonomian negara berpengaruh terhadap iklim investasi 2.Perekonomian.
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERTEMUAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN RKP 2013 Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Transformasi Struktural Perekonomian Indenesia
Kebijakan Sektor Pertanian dan Pertambangan di Indonesia
Berita Resmi Statistik
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Perekonomian Indonesia
RENCANA PEMBIAYAAN.
KEBIJAKAN FISKAL.
KEBIJAKAN PENGANGGARAN TAHUN 2016
Garapan Drs. Puji Suharjoko
INFLASI.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA
PRODUKSI NASIONAL PERPUTARAN PEREKONOMIAN
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
KEBIJAKAN PEREKONOMIAN
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
EFISIENSI DAN KETAHANAN FISKAL
Materi Kuliah Hukum Keuangan Negara
A P B N.
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI
Perkenalkan Kami: Danang (8) Aisyah (2) Ariella (5) Hanna (16) Ismi
APBN 2013 Aflah Aulia Fisri R. (02) Qristalia Putri Gayo A. (20)
PENERIMAAN PEMERINTAH: DALAM NEGERI & LUAR NEGERI
BIAYA PEMBANGUNAN DAN BELANJA PUBLIK
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
Siklus dan mekanisme APBN ini meliputi
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
“EVALUASI KINERJA ANGGARAN 2016, PROYEKSI TATA KELOLA APBN 2017 DAN EKONOMI KEDEPAN” Oleh: FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran) Jakarta-
Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara
KONVERSI ENERGI UNTUK KESEJAHTERAAN MASA DEPAN NEGERI
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH oleh Nisa Putri Bagaswati
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM DAN
DEFISIT PERDAGANGAN DI INDONESIA
BIAYA PEMBANGUNAN DAN BELANJA PUBLIK
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
KEBIJAKAN FISKAL (FISCAL POLICY)
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
KEBIJAKAN PENGANGGARAN TAHUN 2016
KEBIJAKAN FISKAL. Pengertian kebijakan fiskal (Fiskal Policy )  Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian.
BIAYA PEMBANGUNAN DAN BELANJA PUBLIK
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Kebijakan Fiskal dalam Hutang Pemerintah dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian Negara Nama : Zuda Karimatur Rohmah NIM :
Transcript presentasi:

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009: Tindak Lanjut Pembahasan Asumsi Ekonomi Makro dan Energi Ekonomi Makro dan Energi di Komisi VII & XI KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL 2009: Tindak Lanjut Pembahasan Asumsi Ekonomi Makro dan Energi di Komisi VII & XI Menteri Keuangan 11 Juni 2008

ASUMSI EKONOMI MAKRO 2009 IndikatorPPKFKom VII & XIExercise Produk Domestik Bruto (triliun Rp) 5.256,05.254,9 – 5.309,65.275,9 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,0 – 6,4 6,2 Inflasi (%) 5,8 5,8 – 6,5 6,5 Tingkat Bunga SBI Rata-rata (%) 7,25 7,5 – 8,5 8,5 Nilai Tukar (Rp/US$) – Harga Minyak (US$/barel) Lifting (MBCD) 0,950 0,927 – 0,950 0,950 Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mulai membaik, namun tekanan inflasi dari harga minyak dan harga pangan masih terjadi. Tekanan inflasi juga akan datang dari permintaan domestik (pemilu) sehingga kebijakan moneter tetap akan ketat. Perbaikan iklim investasi akan menunjukkan hasil sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sementara program2 penanggulangan kemiskinan melalui belanja APBN akan mengurangi jumlah penduduk miskin.

Volume konsumsi BBM total termasuk konversi menjadi 42,8 juta KL (!!) ASUMSI INDIKATOR ENERGI 2009 IndikatorPPKF Kom VII Exer- cise Konsumsi BBM (juta KL)32,638,8 Premium14,420,4 Minyak Tanah8,45,8 Solar9,812,6 Konversi LPG (juta KL)0,54,0 41,7% 28,6%

PPh Migas Subsidi Listrik SDA Migas Subsidi BBM Simulasi Dampak Harga Minyak terhadap APBN DBH Migas PPKF 110 ICP 120

Faktor mempengaruhi Penerimaan Perpajakan Baseline 2009 = [1 + (Elastisitas x Pertumbuhan TaxBase)] x Real 2008 Penerimaan 2009 = Baseline + Kebijakan + Perbaikan Administrasi Pertumbuhan nominal PDB (2009:12,7%) Kebijakan : –A–Amandemen UU PPh : penurunan tarif, perluasan lapisan tarif, dan kenaikan PTKP –I–Insentif pajak untuk sektor minyak, panas bumi dan investasi di sektor-sektor tertentu Administrasi : Intensifikasi dan ekstensifikasi serta kepatuhan : 5% dari Basis penerimaan (2009), 3% (2008 dan 2007) Penerimaan DJP : tumbuh 21,0% (2009), 28,0% (2008) dan 21,4% (2007)

Faktor Mempengaruhi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Proyeksi nilai impor barang modal (meningkat 46%) Kebijakan : –T–Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 1,9%, ASEAN-Korea 2,4%, ASEAN-China 3,9% dan Indonesia-Jepang 4,5% –I–Insentif mendukung keb. perdagangan & industri –C–Cukai IHT menuju tarif full specific dan simplifikasi –T–Tarif BK CPO lebih rendah dari tahun lalu Administrasi : –M–Memperluas KPU Kepabeanan –I–Implementasi NSW dan ASW (ASEAN Single Window) –P–Penerapan manajemen risiko dan kepatuhan BM 2009 = Tarif x Dutiable Impor x Kurs Cukai 2009 = (Tarif x HJE x Produksi BKC) + Tarif Spesifik BK 2009 = Tarif x Ekspor x Kurs

Faktor Utama PNBP Lifting minyak 950 ribu barel per hari; produksi gas alam 1.256,89 juta MMBTU, LNG 1.251,78 juta MMBTU, LPG 596,52 ribu Mton dan Batubara 230 juta ton Peningkatan produksi pertambangan umum (batubara, timah, nikel dan tembaga) Dividen BUMN rata-rata payout 50% kecuali BUMN akumulasi rugi, minoritas dan asuransi

Subsidi dan Belanja Negara Subsidi BBM : –Basis volume konsumsi BBM menjadi 38,8 juta KL dan konversi minyak tanah ke LPG 4,0 juta KL –Pengendalian konsumsi melalui : Kartu kendali dan konversi LPG Kebijakan transportasi di perkotaan untuk mobil pribadi Kebijakan Fiskal terkait Subsidi listrik dengan parameter : –Growth sales 6,7% –Fuel Mix : BBM 24,8%, Biodiesel 0,05%, Batubara 40,5%, Panas Bumi 3,1%, Gas Alam 23,8% dan Hidro 7,8% –Kebijakan subsidi terarah Subsidi Pupuk dan Pangan: –Menambah Volume pupuk bersubsidi : 7,0  8,6 juta ton –Meningkatnya harga pokok produksi (HPP) –Menyalurkan RASKIN kepada RTS Melanjutkan kebijakan BLT dan program kemiskinan Alokasi DAU dengan memperhitungkan subsidi BBM Alokasi belanja K/L sesuai dengan prioritas RKP 2009 dengan sasaran penurunan jumlah RT miskin dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi.

Pagu indikatif belanja K/L 2009 menjadi Rp300,7 T Belanja Kementerian/Lembaga

Kebijakan Pembiayaan Anggaran Sumber terbesar dari SBN Penerbitan SBN telah mempertimbangkan : Mengutamakan SBN rupiah Diversifikasi instrumen, tenor dan mata uang Daya serap pasar, baik institusi, perbankan dan reksadana Beban bunga dan risiko Ketersediaan aset untuk SUKUK

Kesimpulan RAPBN 2009 masih menghadapi risiko terkait harga minyak dunia dan konsumsi BBM dalam negeri Risiko ketidakpastian tersebut akan mempengaruhi kepercayaan pelaku ekonomi terhadap APBN dan perekonomian nasional Desain pokok-pokok kebijakan fiskal dan RAPBN 2009 mengantisipasi risiko yang akan dihadapi terkait dengan : pengendalian konsumsi BBM bersubsidi dan pembagian beban antara Pusat dan Daerah, optimalisasi pembiayaan yang berasal dari SBN PPKF 2009 telah memperhitungkan berbagai insentif fiskal di sisi perpajakan, peningkatan belanja infrastruktur dan sosial untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan penurunan jumlah penduduk miskin

Terima Kasih