Resensi Film Wakil Rakyat Pancasila Dosen: Bapak Mujiyana DENNY IRDANTIE TIKASARI 2000540005
RESENSI FILM Film berjudul “Wakil Rakyat” ini merupakan film Indonesia yang disutradarai oleh Monty Tiwa pada tahun 2009. Film ini dibintangi antara lain oleh Tora Sudiro, Revalina S Temat, Vincent Rompies, Jaja Mihardja, Gading Marten, Dwi Sasono, Tarzan, Wiwid Gunawan, Francine Roosenda dan Joe Project P.
RESENSI FILM Cerita film ini berawal saat pemeran utama Bagyo (Tora Sudiro) dituduh mengacaukan acara rakernas sebuah partai besar bernama Partai Sosial Kerakyatan (PSK) pimpinan Zainuddin (Joe Project P), karena insiden itu Bagyo harus kehilangan pekerjaannya sebagai cleaning service. Musibah itu membuat rencana pernikahannya dengan Ani (Revalina S. Temat) terancam batal.
RESENSI FILM Ditambah lagi Abdul (Jaja Mihardja), ayah Ani memang tidak menyukainya. Bagyo terpaksa harus mencari cara untuk mewujudkan impiannya menikah bersama Ani. Suatu hari saat naik bus umum, dompet Bagyo dicopet segerombolan perampok. Bagyo mengejar perampok tersebut sampai ketika mereka sedang merampok seorang artis terkenal, Atika (Wiwid Gunawan). Aksi itu gagal karena Bagyo tiba-tiba muncul dan menghajar mereka. Atika luput dari bahaya, sehingga Bagyo disanjung sebagai pahlawan. Nama Bagyo langsung jadi buah bibir di berbagai media nasional maupun daerah.
RESENSI FILM Ketenaran Bagyo dimanfaatkan oleh sebuah partai politik papan atas untuk menggaet dukungan massa. Bagyo dirayu oleh sang ketua Partai Perjuangan Tiada Henti (PPTH), Wibowo (Tarzan) dan asistennya Dani (Dwi Sasono). Ditemani bekas anak buahnya yang bernama Jereng (Vincent Ryan Rompies) ia pun berangkat untuk berkampanye di Wadasrejo, sebuah daerah terpencil yang rakyatnya hidup serba kekurangan.
RESENSI FILM Ternyata masyarakat Wadasrejo tidak mengenal sosoknya sama sekali. Bagyo harus mencari akal untuk memperkenalkan diri dan menarik simpati warga. Bagyo menemukan kenyataan lain yang lebih penting daripada nama besar dan popularitas. Masyarakat desa lebih tahu apa yang paling mereka butuhkan. Bagyo pun lebih mementingkan kepentingan rakyat daripada kepentingannya untuk berkampanye.
RESENSI FILM Hal ini tentu saja membuatnya dikeluarkan dari partai PPTH. Tetapi ketulusannya mampu meluluhkan hati sang calon mertua Bagyo. Ia pun akhirnya menikah dengan Ani. Pada acara resepsi tersebut datanglah ketua partai PSK yang akhirnya meminta Bagyo menjadi caleg di partai PSK. Bagyo menyanggupinya asalkan dia ditempatkan di desa Wadasrejo.
Hubungan Antara Film dengan Azas Demokrasi Salah satu ciri suatu pemerintahan demokrasi (azas demokrasi) adalah adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. Dalam film ini pemilihan calon dari partai yang akan menduduki kursi DPR kurang terbuka kepada masyarakat. Para petinggi partai masih banyak memperhatikan kepentingan partai daripada kesejahteraan masyarakatnya.
Hubungan Antara Film dengan Azas Demokrasi Azas demokrasi juga memiliki ciri adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. Hal ini belum terwujud dalam kehidupan masyarakat desa Wadasrejo yang diceritakan dalam film. Desa tersebut masih mengalami ketertinggalan dalam hal pembangunan dan kesehatan yang mengindikasikan kurang meratanya kesejahteraan sosial di Indonesia.
Hubungan Antara Film dengan Sila Keempat Pancasila Sila Keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” menjiwai 4 sila lainnya dan nilai Filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa Hakikat Negara adalah sebagai penjelmaaan sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan makluk sosial. Hakikat Rakyat adalah sekolmpok manusia seagai makluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan Harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah. Rakyat adalah subyek pendukung pokok Negara. Negara asal adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu Rakyat adalah merupakan mula kekuasaan Negara.
Hubungan Antara Film dengan Sila Keempat Pancasila Sehingga sila kerakyatan yang mengandung nilai Demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara adalah: Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menjamin dan menjujung tinggi harkat dan martabat manusia. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama. Mengakui atas perbedaan individu, suku, agama karena perbedaan adalah bawaan kodrat manusia. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab. Menjunjung tinggi azas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab. Mewujudkan keadilan untuk tujuan bersama.
Hubungan Antara Film dengan Sila Keempat Pancasila Pada point “Menjunjung tinggi azas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab” menunjukkan bahwa musyawarah menempati posisi penting dalam setiap keputusan yang menyangkut masa depan masyarakat Indonesia. Dalam film Wakil Rakyat terpilihnya Bagyo sebagai wakil partai PPTH jelas tanpa melalui musyawarah, sehingga menimbulkan protes dari sesama anggota partai yaitu Gading. Hal ini bila dibiarkan terus terjadi di Indonesia akan berakibat tidak baik. Tetapi tokoh Bagyo memberikan gambaran masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab dan masih peduli dengan nasib rakyat Indonesia.