PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS LAPORAN PKL 1 DESA PETUNJUNGAN KECAMATAN PAITON, probolinggo Kelompok 9 Ikm a 2011
Nama Anggota NURUL HIDAYATUL M. 101111036 FENTY AYU ROSMANIA 101111049 AHMAD TAUFIK R. 101111055 ESA KARUNIA 101111071 INDIRA PROBO HANDINI 101111072 DENOV MARINE 101111073 SABILA FABI H. 101111086 HANIF BAGUS A. 101111095 RISANITA DIAH F. 101111099 ANNISA HIDAYATI 101111108
Stratifikasi Sosial Menurut etimologi bahasa, stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum, yang berarti lapisan. Pitirim A. Sorokin, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah .
Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong- golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut : Ukuran kekayaan Ukuran kekuasaan Ukuran kehormatan. Ukuran ilmu pengetahuan
Stratifikasi Sosial Pada Masyarakat Desa Petunjungan Kecamatan Paiton, Probolinggo Tahun 2012 Pembagian stratifikasi sosial berdasarkan pendidikan di atas dapat digolongkan menurut ukuran ilmu pengetahuan dan ukuran kehormatan.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Tingkat Pendapatan Gaji ≥2.000.001 – 3.000.000 Gaji ≥1.000.000 – 2.000.000 Gaji <1.000.000 Pembagian stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendapatan di atas dapat digolongkan menurut ukuran kekayaan.
Perangkat Lembaga yang lain dibawah Ketua Stratifikasi sosial Berdasarkan Kedudukan di Lembaga Pemerintahan atau Lembaga Masyarakat Stratifikasi sosial bisa juga dibagi berdasarkan kedudukan di lembaga pemerintahan atau lembaga masyarakat. Orang-orang yang duduk di lembaga pemerintahan atau lembaga masyarakat memiliki pengaruh yang besar karena kekuasaan, kehormatan, dan peran serta yang dipikul nya. Ketua Lembaga Perangkat Lembaga yang lain dibawah Ketua Masyarakat Desa Biasa
Struktur Pemerintah Lokal (Informal) Stratifikasi sosial bisa juga dibagi berdasarkan kedudukan di lembaga pemerintahan atau lembaga masyarakat Lembaga pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan di Desa Petunjungan, antara lain: Struktur Pemerintah Lokal Formal (Struktur Pemerintahan Desa Petunjungan), yang terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa yang lain. Struktur Pemerintah Lokal (Informal) Struktur Badan Permusyawaratan Desa Struktur Organisasi HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) Struktur Karang Taruna, yang biasa nya terdiri dari pemuda dan pemudi desa Petunjungan.
Lembaga Sosial Keluarga / Penduduk Perbandingan antara laki laki dan perempuan hampir 1 banding 1 Tidak ada adat istiadat yang mengikat oleh warga di Desa Petunjungan Batasan bagi warga yang di luar Desa Petunjungan apabila berkunjung di malam hari dibatasi sampai pukul 22.00 Kelompok usia paling banyak terdapat pada usia lebih dari 60 tahun
Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan (lulusan pendidikan umum), penduduk Desa Petunjungan dapat digambarkan sebagai berikut :
Lembaga ekonomi Pendapatan desa pertunjungan. Industri, perkantoran, lembaga jasa keuangan dan lain-lain. Ini beberapa industry dan ekonomi local desa Pertunjungan. 1. Industri Alat Rumah Tangga : 7 buah 2. Perkantoran Koperasi simpan pinjam : 1 buah Kelompok simpan pinjam : 1 buah 3. Lembaga Jasa Keuangan Bank Perkreditan Rakyat : 1 buah
Segi ekonomi berdasarkan jenis pekerjaannya penduduk Desa Petunjungan dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan survei oleh tim PKL mengenai tingkat pendapatan masyarakat desa Pertunjungan, tingkat pendapatan keluarga berkisar antara Rp 200.000,- sampai Rp3.000.000,- dengan nilai rata rata adalah Rp 1.102.000. Tingkat pendapatan responden ini dipengaruhi oleh jenis pekerjaan kepala keluarga. Berikut ini distribusi tingkat pendapatan keluarga :
Agama Keseluruhan penduduk adalah warga negara Indonesia serta beragama Islam. Sehingga hanya ada masjid sebagai tempat peribadatan warga di desa. Masjid yang dimaksud berjumlah 2 masjid.
Keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Berdasarkan buku potensi Desa Petunjungan tentang keberadaan lembaga kemasyarakatan, terdapat PKK, karang taruna, kelompok tani, LKMD, kelompok gotong royong yang masing-masing 1 buah .
Pemerintah Lokal
Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan mitra sejajar Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di desa. Kedua lembaga tersebut harus terjalin kerja sama dan koordinasi yang seimbang agar masing-masing lembaga dapat menjalankan tugas dan fungsi secara proporsional. Organisasi HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) merupakan wadah para petani dalam menentukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan irigasi tersier khususnya dalam usaha penyediaan dan pengaturan air, sehingga mencapai hasil pertanian yang optimal
Tipologi Masyarakat Tipologi : Menurut Ferdinan Tonnies, kelompok sosial dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu gemeinschaft dan gesellschaft Desa Petunjungan termasuk hubungan yang gemeinschaft karena masyarakat masih bisa membaur dengan lingkungan sosial di sekitarnya, tidak peduli status sosialnya. Karena merupakan daerah pedesaan, maka pola hubungan gemeinschaft yang dominan. Terdapat pembentukan suatu kelompok seperti karang taruna, kelompok tani, kelompok gotong royong, dan PKK.
Di Desa Petunjungan, juga terdapat pola hubungan yang gesellschaft, misalnya saja hubungan pemerintah lokal, terdapat organisasi HIPPA, dimana terdapat panitia yang tingkat kecamatan. Tidak hanya itu, ternyata masyarakat Desa Petunjungan mulai masuk Desa pra industri, karena terdapat industri dan ekonomi lokal yang biasanya bisa dilakukan kerja sama dengan pihak luar di lain desa
Emile Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis . Pada masyarakat Desa Petunjungan juga menunjukkan solidaritas mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya gotong royong antar warga seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun juga menunjukkan solidaritas organik, ditunjukkan dengan adanya beragam jenis pekerjaan yang ada, meskipun tidak merata dan tingkat pendidikannya
Budaya Masyarakat Masyarakat Desa Petunjungan Kecamatan Paiton, Probolinggo, masyarakat di Desa Petunjungan telah memiliki kesadaran yang tinggi akan kesehatan dan pelayanan kesehatan ditunjukkan oleh keaktifan dan partisipasi masyarakat akan program-program kesehatan yang ada. Polindes tidak diketahui penduduk karena banyaknya hambatan .
Budaya memberikan ASI untuk bayi masih erat dan sebagian besar ibu memberikan ASI untuk bayi mereka meskipun beberapa ibu yang bekerja tidak memberikan ASI ekslusif. Sumber air bersih yang sehari-hari digunakan masyarakat Desa Petunjungan untuk beraktivitas, seperti mencuci, mandi dan BAB berasal dari sumur dan sungai. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan penduduk yang sulit dihilangkan karana sebagian peduduk tidak memiliki kamar mandi didalam rumah.
Personal hygiene seperti mencuci tangan dengan sabun telah diterapkan dan dilakukan oleh hampir 90% masyarakat. Kebiasaan merokok didalam rumah juga masih dilakukan oleh lebih dari 50% responden . Kebiasaan pangan penduduk ada yang masih menganggap adanya makanan yang taboo. Makanan taboo tersebut adalah ayam, daging (sapi atau kambing), es, daun kelor, pisang, udang, sambal, telur. Warga juga jarang mengkonsumsi buah, daging, jagung, dan ketela .
S W O T
Strength Masyarakat lebih banyak pada usia diatas 60 tahun Sumber air bersih dan minum di Desa Petunjungan tidak berbau Pemberian ASI pada balita persentase tinggi Persentase cakupan imunisasi lengkap tahun 2012 sebesar 76,8% Persentase tinggi pada ibu hamil yang tidak mengalami keguguran Opportunity Ada proses penyelesaian permasalahan/kasus yang terjadi di Desa Petunjungan melalui musyawarah Weakness Fasilitas yankes kurang memadai Pembuangan / pengolahan sampah yang kurang tepat Kebiasaan merokok di dalam ruangan tinggi Kesadaranpenggunaan jamban sehat kurang Kurangnya pemberian ASI eksklusif Kebiasaan yang susah dihilangkan dalam penggunaan sungai untuk MCK Pendidikan tergolong rendah Threath Masyarakat Desa Petunjungan masih percaya kepada hal non medis dibandingkan dengan medis untuk masalah pengobatan. Desa Petunjungan memiliki jumlah penderita penyakit infeksi yang tinggi pada penyakit diare.
Pembobotan dan Scoring pada Strength Bobot (B) Score (S) Nilai (BxS) S1 15% +4 +0,6 S2 4% +1 +0,04 S3 12% +3 +0,36 S4 +0,48 S5 10% +0,4 S6 8% +0,24 S7 +2 S8 13% +0,39 S9 7% +0,21 S10 +0,08 S11 3% +0,06 Jumlah 100% +3,1
Pembobotan dan Scoring pada Weakness Bobot (B) Score (S) Nilai (BxS) W1 8% -2 -0,16 W2 10% -3 -0,3 W3 12% -4 -0,48 W4 11% -0,44 W5 7% -0,21 W6 W7 W8 -1 -0,07 W9 -0,2 W10 15% -0,45 Jumlah 100% -2,95
Selisih Strength dan Weakness Strength +3,1 Weakness -2,95 Jumlah +0,15
Pembobotan dan Scoring pada Opportunities Bobot (B) Score (S) Nilai (BxS) O1 13% +2 +0,36 O2 45% +4 +1,8 O3 12% +0,24 O4 30% +3 +0,9 Jumlah 100% +3,3
Pembobotan dan Scoring pada Threats Bobot (B) Score (S) Nilai (BxS) T1 32% -2 -0,64 T2 68% -4 -2,72 Jumlah 100% -3,36
Selisih Opportunities dan Threats Opportunities +3,3 Threats -3,36 Jumlah -0,06
Gambar Matriks SWOT Desa Petunjungan
Analisis POTENSI Desa Petunjungan, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Analisis Potensi Masyarakat 1. Memberdayakan ibu rumah tangga dan ibu PKK untuk menjadi kader posyandu, karena sudah sekitar 90% ibu membawa bayi/balitanya ke posyandu. 2. Memasyarakatkan gerakan “Gemar Makan Ikan” di desa Petunjungan, karena tingginya distribusi konsumsi ikan laut sebagai makanan sehari-hari. 3. Masyarakat dapat berpotensi membuat budidaya perikanan air tawar, karena sudah terdapat sumber air bersih serta tingginya konsumsi ikan di desa Petunjungan.
4. Masyarakat dapat berpotensi membuka jasa angkutan umum maupun ojek, karena banyak masyarakat desa Petunjungan yang memiliki alat transportasi, namun tidak adanya angkutan umum di desa. 5. Menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di desa Petunjungan dengan musyawarah dan peran serta perangkat desa dan ibu-ibu kader posyandu. 6. Memberdayakan peran ibu-ibu serta petugas posyandu dalam Program Penggalakan Pemberian ASI Eksklusif karena data menunjukkan bahwa pemberian ASI pada balita di Desa Petunjungan memiliki persentase tinggi daripada pemberian susu formula, hanya pemberian ASI ekslusif di desa tersebut masih kurang.
Kesimpulan Di setiap wilayah terdapat beberapa jenis kelompok masyarakat. Dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui gambaran kondisi yang ada di masyarakat, maka kita dapat melakukan analisis kondisi masyarakat. Analisis tersebut dapat berupa analisis mengenai stratifikasi sosial, lembaga sosial, tipologi masyarakat, dan budaya yang mungkin berkembag dan hidup di masyarakat. Setelah itu kita dapat melakukan analisis SWOT untuk membedah potensi yang ada dalam masyarakat serta melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah ataupun kondisi yang ada di masyarakat.
TERIMAKASIH